Ini pertama kali saya mencoba mengirimkan tulisan ke geotimes.id dalam rangka mensosialisasikan konten terakhir di Blog yang disertai beberapa tautan link literasi menulis guru dan siswa mulai dari Awal Oktober hingga Akhir Nopember di beritadisdik.com.
Menjadi sebuah rahasia umum, jika sesuatu yang merupakan tahapan permulaan memiliki daya rangsang cukup tinggi. Permulaan bisa diartikan sebagai tahapan keadaan yang benar-benar baru atau juga merupakan tahapan yang merupakan keberlanjutan dari tahapan sebelumnya yang sebetulnya masih sejenis.
Berbekal sedikit pengalaman pernah menjadi kontributor di website milik sekolah saat menjadi Wakasek Bidang Humas. kemudian Media Lokal Radar Sukabumi beserta hobi merekonstruksi blog, baik konten, maupun template-nya telah menjadikan saya tersesat dibelantara media online.
Bekal lain adalah sedikit pengalaman menjadi bagian dari kelompok yang sering menyisakan rekam jejak digital, mulai era e-mail group-nya Yahoo, Friendster dan Google+ disertai Path yang sudah berakhir dan Panoramio (aplikasi untuk placemark di Google Earth yang telah berhenti melayani). Pengalaman lainnya bersamaan dengan menyeruaknya aplikasi slide share satu grup dengan Linked-in sebagai bagian dari aplikasi khusus berbasis presentasi hingga sedikit pengalaman di wordpress, kompasiana serta gurusiana.id.
Sejalan dengan dinamika Pendidikan Indonesia saat ini, walaupun Facebook dan Twitter lahir di era yang lebih jadul, tapi sebagai media ekspresi antar para guru dan sebagian kecil peserta didik, keberadaan keduanya melengkapi Youtube dan Instagram yang mulai digunakan secara familiar belakangan ini.
Fungsi media ekspresi ini menjadi prenting bagi kami, para pendidik yang menjadikannya, selain menjadi sebatas ekspresi diri juga menjadi bagian kontrol kami terhadap asuhan kami para peserta didik, baik terhadap konten positif sebagai porto folio yang harus diberi reward, maupun konten negatif yang para peserta didik yang diintrusi oleh habit dewasa yang harus kami persiapkan antisipasinya sedini mungkin.
Akhirnya, sampai juga pada tujuan kami menulis reportase ini di Media Tingkat Nasional semacam geotimes.id ini agar mendapatkan kesempatan berkontribusi, walau produk reportase ini tak begitu banyak memberikan manfaat seperti produk-produk tulisan khas geotimes.id yang begitu seksi untuk dibaca dan diteladani oleh kami para guru di ekolah Menengah. Tercatat, di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi saat ini pun, baru Rekan Tantan Hadian, M.Pkim. yang sedang menmpuh pendidikannya di Program Doktoral UNINUS Bandung.
Selanjutnya, dibawah ini saya lampirkan sebuah paparan tentang budaya porto folio itu dalam bentuk reportase atas kerja saya bersama teman-teman muda yang telah menjadi rekan sejawat di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi selama 5 Minggu berselang yang saya unggah di blogspot saya “Stimulan Viralisasi”, Sebuah Upaya Mendampingi Siswa Mengembangkan Kemampuan Literasinya (Bagian 1) ~ GEOGRAPHY of SMA Negeri 1 KOTA SUKABUMI (adefathurahman.blogspot.com)
Sebagai bagian dari tugas ASN Pemprov. Jawa Barat, maka saya dan beberapa rekan guru memiliki kewajiban untuk melakukan reportase atas kinerja harian yang telah dilakukan. Tentu saja untuk tugas utama berupa KBM, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian serta remedial dan tindak-lanjutnya menjadi lahan point bagi kami.
Pada tahapan pelaksanaan KBM sebagaimana layaknya guru-guru yang lain, saya nemberikan keleluasaan pilihan untuk tambahan nilai dalam bentuk porto-folio penugasan tak terstruktur. Beberapa alternatif bisa dilakukan siswa untuk memenuhi capaian pembelajaran, diantaranya melalui produk tulisan siswa.
Produk tulisan siswa pun dikategorisasikan dalam 2 macam. Essay berupa narasi yang berisi refleksi atas sub materi yang diajarkan atau artikel mengenai tema yang lebih bebas.
Nah, untuk produk artikel ini siswa diberi stimulan berupa peluang untuk eksis di media online. Saya mentriger mereka dengan motto : “Penuhi Rekam Jejak Digital dengan Karya-Karya Positif sebagai Bahan Kenangan Manis di Masa Datang.”
Ternyata, tak diduga dalam dua bulan ini, walau jumlahnya tak banyak, tapi cukup membuat saya tetap bersemangat untuk terus melanjutkan kegiatan ini.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, maka saya terbantu dengan keberadaan sebuah Media Pendidikan online berita.disdik.com yang dimediasi melalui komunikasi yang simpel melalui Whatsapps. Saya mendapatkan rekan kerja eksternal baru dari komunikasi ini, yakni H. Dadan Supardan yang senantiasa mengapresiasi produk peserta didik saya di medianya.
Walau beberapa kali saya menyempatkan juga berkonstribusi di Harian Umum Radar Sukabumi untuk tulisan pribadi saya, tapi karena rekan-rekan guru yang lain, dari berbagai kota hadir di media online khas pendidikan ini, maka saya pun memilih beritadisdik.com sebagai prioritas utama yang dijadikan sebagai ruang ekspresi saya bersama peserta didik yang saya asuh.
Sebagai kerja tambahannya saya pun mengajak rekan-rekan guru muda di sekolah untuk meramaikan media online dengan tulisan-tulisan mereka disana. Walau hanya baru sekali dua kali, tetapi sebagai awalan yang saya jadikan stimulan kepada para peserta didik untuk terus bersemangat menulis.
Media online khas pendidikan atau kolom pendidikan dibeberapa media harian umum tersedia, tetapi sepertinya media online beritadisdik.com lebih familiar saat ini sebagai ruang ekspresi para tenaga pendidikan atau peserta didik, khususnya Jawa Barat.
Sukabumi, Awal Desember 2022