Sabtu, April 20, 2024

Manusia yang Manusia Menurut Sayyed Hossein Nashr

Sayyed Hossein Nashr merupakan filsuf hidup Muslim dan diakui dunia modern.  Ia adalah seorang profesor studi islam di Universitas George Washington. Menurutnya, manusia lebih dari sekedar manusia.  Dunia tidak dilihat dari cerminan manusia melalui manusia, tapi manusia sendiri merupakan refleksi total dan paripurna dari semua kulaitas ilahi, yakni kualitas Ilahi yang cerminannya tersebar dan tersegmentasi dalam tatanan wujud dunia.

Sayyed Hossein Nashr dikenal sebagai seorang fisusf tradisionalis yang memandang manusia dengan pandangan tradisionalis tentang siapa manusia dan bagaiamana ia harus bertindak. Doktrin tradisional tentang manusia atau doktrin manusia primordial ialah sebagai sumber kesempurnan refleksi lengkap dan total atas ketuhanan serta pola dasar realitas yang mengandung kemungkinan keberadaan dunia.

Manusia adalah model dari alam semesta karena manusia merupakan cerminan dari kemungkinan-kemungkinan dalam domain utama yang memanifestasikan dirinya sebagai alam. Sehingga dapat dipahami bahwa alam diciptakan Tuhan dengan dan dari diri-Nya, yang hal tersebut manusia juga diciptakan. Dunia diciptakan karena manusia atau dengan adanya manusia, alam semesta diciptakan.

Manusia merupakan hamba Tuhan sekaligus wakil-Nya di Bumi. Manusia bukan hanya binatang yang kebetulan berjalan maupun berfikir, namun makhluk yang memilki jiwa dan roh yang diciptakan Tuhan. Manusia dalam dirinya mengandung tumbuhan dan hewan karena ia merupakan mahkota ciptaan.

Manusia memilki kekuatas rasio yang dapat digunakan untuk membagi dan menganalisis, tapi kemampuannya tidak terbatas pada akal. Ia memiliki kemungkinan dalam pengetahuan, yakni pengetahuan tentang batinnya sendiri sebagai kunci Ilmu Tuhan. Pada akhirnya, manusia memiliki tanggung jawab terhadap manusia lain, alam semesta, dan Tuhan, bukan hanya dirinya sebagai ego/pribadi karena manusia merupakan cermin dan refleksi dari Tuhan.

Manusia akan tetap menjadi manusia dan berada dimana-mana, bahkan selama periode gerhana spiritualitas dan desakralisasi kehidupan.

Manusia ini ialah manusia yang sadar akan takdir transendennya dan sadar akan fungsi kecerdasannya, yang merupakan pengetahuan tentang Yang Mutlak. Ia sepenuhnya menyadari betapa berharganya kehidupan manusia, yang hanya mengizinkan makhluk untuk melakukan perjalanan kosmos dan selalu sadar akan tanggung jawab yang di emban dalam kesempatan(kesempatan perjalanan kosmos) itu.

Ia tahu bahwa keagungan manusia tidak terletak pada kepintaran licik atau ciptaan hebatnya, tetapi terletak pada kekuatan luar biasa untuk mengosongkan dirinya dari dirinya sendiri, untuk berhenti eksis dalam arti inisiatif  untuk berpartisipasi dalam keadaan spiritual dan kekosongan sehingga memungkinkannya untuk mengalami Realitas Tertinggi.

Seyyed Hossein Nasr menggagas bagaimana hakekat manusia dan bagaimana seharusnya manusia bertindak dengan istilah manusia Pontifikal, yang berasal dari kata pontiff  yang berarti paus, sehingga jika diartikan secara sederhana manusia pontifikal ini merupakan manusia kepausan. Hal seperti ini tidak asing bagi agama Kristen dengan istilah paus, penghubung bumi dan surga.

Bagi Nasr, Manusia pontifikal ini merupakan pandangan tradisional dari manusia, yakni konsep manusia sebagai paus, uskup, pendeta, imam besar, atau dalam artian sebagai jembatan antara surga dan dunia. Manusia pontifikal diartikan sebagai manusia tradisional, hidup di dunia yang memiliki asal-usul dan pusat. Ia hidup dalam kesadaran penuh terhadap asal-usulnya yang berisi kesempurnaannya sendiri, kemurnian alami, dan keutuhan yang ia cari.

Ia hidup dengan kesadaran pusat yang ingin ia tuangkan dalam kehidupan, pemikiran, dan tindakan. Manusia pontifikal merupakan refleksi dari pusat lingkaran dan gema asal-usul dalam siklus waktu dan dan sejarah genarasi selanjutnya. Ia merupakan wakil Tuhan di bumi. Ia diberi wewenang atas dunia dengan syarat bahwa tetap setia kepada dirinya sendiri sebagai sosok utama yang diciptakan.

Manusia pontifikan berupakan ‘bentuk tuhan’ atau makhluk teomorfis yang hidup di dunia tapi diciptakan untuk selamanya. Ia bertanggung jawab kepada Tuhan atas tindakannya, pemeliharaannya dan penjagaannya terhadap dunia. Ia bertanggung jawab atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penjagaan penuh atas alam.

Manusia Pontifikal menyadari perannya sebagai perantara antara surga dan bumi. Potensi manusia yang dapat melampaui hal/wilayah duniawi sehingga ia diizinkan untuk memerintah asalkan ia tetap sadar akan sifat sementara perjalannanya di bumi. Manusia pontifikal hidup dalam kesadaran akan realitas spiritual yang mengungguli dirinya, yang tidak lain merupakan sifat batinnya sendiri. Realitas spiritual ini tidak dapat dilawan atau ia akan kehilangan dirinya dan segala sesuatu yang dirinya diinginkan sebenarnya.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia yang manusia menurut Seyyed Hossein Nasr ini merupakan manusia yang mengerti hakikat dirinya sebagai makhluk Tuhan, makhluk spiritual, bertanggung jawab atas keterhubungan langit dan bumi, serta bertanggung jawab atas kelestarian bumi ini. Sehingga manusia yang manusia tidak akan bertindak sesukanya, seperti eksploitasi sesama manusia, eksploitasi hewan, serta eksploitasi alam karena manusia bertanngung jawab atas penjagaan itu semua.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.