Rabu, April 17, 2024

Logika Tirai Warung Saat Puasa

Adi Fauzanto
Adi Fauzanto
Pusat Studi Sosial Demokrasi dan Anti Korupsi

“Puasa di Bulan Ramadhan. Menjaga hawa nafsu, tidak makan, dan tidak minum. Tirai warung ditutup”

Ketika mencermati kata tersebut, terdapat tiga variabel. Mari kita membedah perkataan tersebut. Tapi sebelumnya mohon dibaca penuh artikel ini.

Sebelum itu, saya coba sedikit jelaskan keadaan umum di beberapa tempat terlebih dahulu. Ketika puasa di bulan ramadhan, warung-warung makan baik yang berskala besar (restoran) maupun kecil (warung) pada umumnya ditutup dengan tirai.

Tirai tersebut berfungsi sebagai penutup keadaan ruangan warung-warung tersebut. Tujuan nya tentu agar tidak terlihat kondisi didalamnya (secara fisik). Adapun alasan lain untuk menghormati yang berpuasa.

Keadaan fisik didalam warung tentunya terdapat makanan, dan minuman, beserta manusia baik penjual maupun pembeli. Tapi, sedikit tambahan. dihari biasa (bukan bulan ramadhan) terdapat puasa sunnah, tetapi tidak ada kondisi demikian (warung ditutup tirai).

Itulah kondisi umum dibeberapa tempat, sekarang mari kita bedah. Puasa dalam aspek fisik (dilihat dari luar) adalah menahan dari godaan nafsu, termasuk didalamnya, godaan tidak makan, goadaan tidak minum. Walaupun ada definisi puasa secara teologis, tapi penulis tidak akan menyentuh diranah tersebut.

Puasa merupakan pelajaran yang berharga. Dalam aspek sosial, setidaknya kita belajar seperti orang yang membutuhkan, dalam artian dia tidak mempunyai materi untuk membeli makanan, atau minuman atau kebutuhan primer lainya. Disana kita belajar untuk tidak makan dan minum walau hanya 13-14 jam.

Selain itu juga terdapat manfaat kesehatan, yaitu mengosongkan perut untuk detoksifikasi (mengeluarkan racun dalam tubuh). Disana kita mendapatkan obat secara gratis, dikenal istilah terapi tradisional.

Dari ketiga aspek tadi yaitu aspek fisik, aspek sosial, aspek kesehatan. Dalam tulisan ini secara khusus membedah aspek fisik. Sebelumnya, definisi fisik yaitu merupakan yang tampak dari luar ( bisa dilihat oleh indera mata kita ).

Contoh, si A sedang melakukan olahraga, dalam aspek fisik dia melakukan gerakan-gerakan pada tubuh mereka. Mengerti?

Sebelumnya, coba bayangkan ketika kita menjadi orang asing ( orang yang tidak mengenal puasa ), ketika kita melihat orang sedang berpuasa? Apa yang mereka lakukan? Pastinya tidak makan dan minum, selebihnya tidak marah, tidak berbuat hal dalam konteks negatif. Nah itu bisa kita sebut dengan mengjaga nafsu. Nafsu sendiri merupakan keinginan hati yang kuat.

Tentunya, kita dalam kehidupan sehari-hari harus memenuhi kebutuhan primer, seperti makan minum, dan kita harus menahannya. Artinya kita menjaga nafsu untuk memenuhi kebutuhan primer kita.

Konteks menjaga disini, bersifat individual, kembali kepada sifat perorangan. Ada tipe orang yang kuat dengan pengjagaan nya, ada juga yang lemah. Tentunya ini berasal dari internal seseorang. Baru diuji dalam lingkungan eksternalnya.

Contoh kecil seperti ini, ‘seorang siswa dengan pendirian yang kuat untuk belajar, tidak terpengaruh walaupun kondisi kelas kosong tidak ada guru dan banyak yang bermain game.’

Logika nya sama seperti puasa. Orang dengan pendirian kuat untuk menahan nafsu termasuk menahan makan dan minum, walaupun kondisi lingkungannya sebaliknya yaitu tidak puasa, seperti banyak makan dan minum disekitar orang tersebut.

Nah. Apakah sudah mendapatkan alur berfikirnya?

Dalam hal ini puasa menguji ketahanan nafsu kita termasuk tidak makan dan minum, tentunya diperkuat dengan kondisi internal kita. Sehingga, lingkungan diluar kita (kondisi eksternal) tidak dapat mempengaruhi kita.

Lalu apa hubunganya dengan warung?

Warung dikondisikan sebagai faktor eksternal, faktor luar yang mencoba menguji ketahanan nafsu kita tentunya dari makan dan minum. Yang dalam hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi orang yang berpuasa. Apakah dia kuat atau tidak?

Bukan dengan menutupnya, dalam arti lain penulis mencoba menafsirkan, yaitu meminimalisir atau mengurangi faktor eksternal yang menguji ketahanan nafsu dari makan dan minum.

Hal tersebut tentunya bertengtangan dengan semangat puasa, termasuk menjaga nafsu untuk tidak makan dan minum.

Contoh kita menggunakan yang sama, menggunakan seorang siswa diatas.

‘Seorang siswa dengan pendirian yang kuat untuk belajar, tidak terpengaruh walaupun kondisi kelas kosong tidak ada guru dan banyak yang bermain game. Namun disela-sela belajar dia mengusir yang berisik serta yang bermain game keluar dari kelas. Sampai dia selesai belajar. Padahal kelas tersebut kosong tidak ada guru dan dimiliki bersama satu kelas’

Kondisi ini seharusnya sudah harus difikirkan, dan diterapkan. Baik yang melakukan puasa, dan siapa pun itu, termasuk pemiliki warung.

Terkahir, untuk penutup. Semoga pikiran kita tercerahkan beserta dengan menjaga nafsu kita semakin kuat, serta tidak merusak kondisi eksternal disekitar kita.

Ada satu kutipan untuk menutup agar saya tidak dituduh macam-macam.

“fasting is shield, it will protect you from the hellfire and prevent you from sins” –Prophet Muhammad

Adi Fauzanto
Adi Fauzanto
Pusat Studi Sosial Demokrasi dan Anti Korupsi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.