Kamis, Maret 28, 2024

Literasi dan Anak Muda yang Kritis

Arsi Kurniawan
Arsi Kurniawan
Minat pada isu Agraria, Pembangunan, Gerakan Masyarakat Sipil, dan Politik Lokal

Tanpa literasi tidak akan bisa ada politik, tanpanya ada desas-desus, gosip, dongeng, dan prasangka tapi bukan politik (Vladimir Lenin, 1921).

Literasi sangat penting bagi peradaban manusia dan karenanya harus terus dikampanyekan. Saat ini ditengah kemajuan tegnologi informasi, kesadaran literasi dikalangan anak muda justru tidak tumbuh signifikan. Fakta menunjukan kesadaran literasi di Indonesia mengalami kemunduran hingga titik paling rendah  dan masih kalah dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Hal ini sangat nampak belakangan ini, dimana ruang perdebatan kritis-konstruktif tidak tumbuh dikalangan anak muda Indonesia. Ini bisa dibaca dari hasil tes PISA (The Programme for International Student Assessment) yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2016 dimana kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand (TheConversation, 2017).

Menurunnya kesadaran literasi di kalangan anak muda Indonesia tentu menjadi masalah yang tidak bisa dianggap sepele. Sebab semua tahu bahwa anak muda merupakan garda paling depan yang menjadi tonggak bagi kemajuan bangsa dan negara di masa depan. Kompetisi global yang saat ini semakin masif merupakan bukti paling konkrit yang harus disikapi secara serius dengan mempersiapkan anak muda Indonesia terlibat didalam kompetisi global. Oleh karena itu, tentu menjadi bermasalah apabila hal ini tidak diimbangi dengan kesadaran dan penguatan literasi.

Coba bayangkan bagaimana masa depan anak muda Indonesia bila kesadaran dan penguatan literasi tidak dipupuk sejak dini, tentu anak muda Indonesia hanya menjadi barisan penonton dan tergerus oleh persaingan global dari negara-negara yang lebih dulu mempersiapkannya.

Saat ini kita termasuk negara dengan populasi anak muda yang terus meningkat setiap tahun. Bonus demografi (Demographic dividend) yang sebentar lagi akan kita hadapi adalah bukti bahwa kita perlu formula dengan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kesadaran dan penguatan literasi di kalangan anak muda Indonesia.

Kebijakan negara menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20% merupakan salah satu kebijakan yang tepat bagi peningkatan mutu dan kualitas pendidikan. Namun dimana-mana, dipelosok daerah banyak kita temui masalah yang masih saja menghantui dunia pendidikan kita. Mulai dari infrastruktur seperti gedung, sarana-prasaran seperti komputer, jaringan internet, buku pelajaran, kualitas guru dan masih banyak lagi yang harus segera dituntaskan.

Bahkan hingga kini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih belum menemukan pendekatan yang tepat dan dianggap paling cocok untuk mengatasi kerumitan permasalahan pendidikan di Indonesia. Bahkan metode pendekatan di setiap daerah pun berbeda-beda sesuai kultur di daerah tersebut. Hal inilah yang tentunya menjadi pekerjaan rumah kita bersama dalam menuntaskan masalah pendidikan.

Karena jika kita berbicara pendidikan, kita akan berbicara bagaimana literasi itu tumbuh didalam lingkungan pendidikan itu sendiri. Di sinilah faktor yang paling menentukan jika kita hendak mendorong budaya literasi dikalangan anak muda tumbuh masif.

Lantas apakah benar kesadaran dan penguatan literasi dapat memacu adrenali berpikir kritis anak muda? Saya berpendapat bahwa kesadaran dan penguatan literasi akan tumbuh beriringan dengan tingkat kekritisan anak muda apabila kegiatan literasi terus dikampanyekan, dilakukan secara terus-menerus serta dipersiapkan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang secara umum bisa diterima dan diakui secara langsung oleh masyarakat.

Masalah kita saat ini yang banyak saya temukan ialah bagaimana sikap terbuka terhadap peningkatan literasi dari masyarakat menjadi sesuatu yang hari ini belum secara luas diterima dan diakui bahkan dirasa asing. Hal ini menurut saya salah satu faktornya ialah karena masyarakat memahami bahwa kegiatan literasi tidak secara langsung berdampak bagi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya mereka.

Sebab sejauh pengamatan saya, sesuatu itu menjadi penting, diterima dan diakui oleh masyarakat apabila hal itu membawa dampak langsung bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Ini serius! Karena kegiatan literasi merupakan proses panjang dan membutuhkan waktu, tentu kegiatan seperti ini bagi masyarakat adalah sesuatu yang melelahkan.

Sehingga menurut saya ini akan berdampak terhadap bagaimana kita mampu menciptakan lingkungan literasi yang kondusif, diterima dan diakui oleh masyarakat. Meskipun dimana-mana yang saya temukan banyak anak muda bergerak dalam mengusahakan dan menciptakan ruang atau taman baca disetiap kampung dan desa.

Namun menurut saya usaha semacam ini tanpa mendorong motivasi bagi kesadaran dan penguatan literasi hanyalah sia-sia belaka. Bahkan tanpa melalui usaha meyakinkan masyarakat tentang kegiatan literasi, kegiatan semacam ini sulit diterima dan diakui oleh masyarakat dimana kita menyediakan ruang baca. Sehingga tidak pelak menurut saya ruang atau taman baca yang kita sediakan akan bertahan dalam jangka waktu yang sangat pendek, karena minat, motivasi, kesadaran, penguatan, diterima dan diakui oleh masyarakat belum menjadi sesuatu yang mendesak dan dibutuhkan.

Disinilah metode dengan pendekatan bagaimana motivasi, kesadaran, penguatan dan diakui oleh masyarakat pertama sekali harus dipupuk dan menjadi titik awal bagi peningkatan literasi di kalangan anak muda saat ini.

Pada akhirnya menurut saya kegiatan literasi di kalangan muda harus terus dikampanyekan dan dipupuk. Sebab tegnologi hari-hari ini telah meninabobokan dan turut merusak pikiran kritis anak muda. Bahkan hoax setiap hari berseliweran dan dishare sesuka hati tanpa melalui proses verifikasi informasi apakah benar atau tidak informasi yang kita konsumsi. Tidak pelak anak muda juga turut terperangkap didalam permainan hoax.

Tidak heran apabila kekerasan verbal dan non-verbal baik dimedia sosial dan dilingkungan masyarakat marak terjadi karena informasi hoax dihembuskan terus-menerus tanpa proses pengecekan kebenaran.

Untuk itu hemat saya kita mesti mengembalikan ruang kritis bagi anak muda melalui kesadaran dan penguatan literasi. Itulah yang saat ini harus kita lakukan dengan gerakan kesadaran literasi melalui media sosial dan disetiap kampung dan desa.

Arsi Kurniawan
Arsi Kurniawan
Minat pada isu Agraria, Pembangunan, Gerakan Masyarakat Sipil, dan Politik Lokal
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.