Jumat, Agustus 1, 2025

LAN Sebagai Beyond Bureaucracy

Kemal Hidayah
Kemal Hidayah
Analis Kebijakan Pusjar SKPP LAN RI
- Advertisement -

Dalam dua dekade terakhir, masyarakat Indonesia menyaksikan birokrasi yang terus berbenah, namun sering kali tertinggal oleh kecepatan perubahan zaman. Kita hidup bukan lagi dalam era yang sekadar tidak pasti, melainkan di tengah kondisi dunia yang rapuh, mencemaskan, tidak linier, dan sulit dipahami era yang oleh para futuris disebut sebagai era BANI (Brittle, Anxious, Nonlinear, Incomprehensible).

Birokrasi lama, yang dibangun dengan struktur kaku dan hierarki panjang, jelas tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan semacam ini. Karena itu, perubahan bukan hanya penting, tetapi mendesak. Di sinilah posisi strategis Lembaga Administrasi Negara (LAN) diuji. Bukan sekadar sebagai lembaga pelatihan aparatur, tetapi sebagai arsitek pemerintahan masa depan yang merancang ulang cara negara bekerja, merespons krisis, dan melayani rakyatnya.

Tata Kelola dalam Dunia yang Rapuh dan Cemas

Kita menyaksikan bagaimana sistem pemerintahan sering kali tampak kuat di permukaan, namun rapuh (brittle) ketika diuji krisis. Pandemi COVID-19 memperlihatkan betapa birokrasi sering kali gagap dalam menghadapi kejadian tak terduga. Ketergantungan pada prosedur formal membuat respon menjadi lambat dan tidak fleksibel.

Lebih dari itu, aparatur negara kini menghadapi tekanan psikologis yang tinggi. Kecemasan (anxious) akibat ketidakpastian kebijakan, perubahan regulasi, hingga ancaman otomatisasi pekerjaan melanda ASN di berbagai level. Survei LAN (2023) mencatat bahwa hanya 42% ASN yang merasa organisasi mereka memberikan dukungan pembelajaran berkelanjutan, sisanya merasa dibiarkan beradaptasi sendiri di tengah perubahan.

Kondisi tidak linier (nonlinear) juga semakin nyata: satu kebijakan kecil bisa memicu efek besar yang tidak diprediksi, seperti penghapusan tenaga honorer yang berdampak sosial luas, atau disinformasi kebijakan publik yang viral dan merusak legitimasi pemerintah dalam hitungan jam.

Sementara itu, birokrasi menghadapi realitas yang makin sulit dipahami (incomprehensible). Kompleksitas data, teknologi, dan ekspektasi publik berkembang begitu cepat sehingga pembuat kebijakan sering kali “bertindak dalam kabut.” Di sinilah pentingnya institusi seperti LAN: menjadi tempat untuk berpikir jernih, merancang dengan visi, dan mendukung birokrasi agar tetap waras dalam ketidakpastian.

Dari Pelatihan Menuju Perancangan Pemerintahan

Masih banyak yang melihat LAN sebagai lembaga teknis yang menyelenggarakan pelatihan. Namun di tengah era BANI, pendekatan teknis tidak lagi cukup. LAN harus melompat jauh lebih tinggi, mengambil peran sebagai desainer pemerintahan. Bukan hanya mengajarkan “bagaimana bekerja,” tetapi mendesain ulang “untuk apa dan bagaimana sistem bekerja.”

Pertama, LAN harus memperkuat diri sebagai think tank administrasi negara. Selama ini, LAN telah menghasilkan kajian strategis seperti desain manajemen talenta nasional (yang melandasi Perpres 107/2023), hingga evaluasi inovasi pelayanan publik. Tapi ke depan, LAN perlu menyasar isu-isu sistemik: kecerdasan buatan dalam tata kelola, etika digital ASN, hingga strategi kelembagaan menghadapi krisis iklim dan ketimpangan.

Kedua, LAN perlu mengubah ekosistem pembelajaran ASN. Bukan sekadar kelas, tetapi membangun ekosistem pembelajaran adaptif dan kontekstual. Platform seperti SIPKA dan LATLAN perlu ditingkatkan menjadi learning intelligence hub, memanfaatkan AI untuk pemetaan kebutuhan pelatihan personal dan prediksi kompetensi masa depan. Ini sejalan dengan tren global microcredentialing dan pembelajaran sepanjang hayat.

Ketiga, LAN perlu menjadi katalis perubahan institusional, bukan hanya pendukung inovasi sesaat. Sampai tahun 2024, tercatat ada 2.928 inovasi pelayanan publik dari berbagai program seperti KIPP, IGA, dan Laboratorium Inovasi LAN. Namun, hanya sekitar 254 inovasi yang benar-benar direplikasi oleh instansi lain, atau sekitar 32 persen dari jumlah instansi pengusul (KemenpanRB, 2024). Data ini menunjukkan bahwa inovasi belum menjadi bagian dari budaya birokrasi.

- Advertisement -

Banyak inovasi masih bersifat proyek sementara, belum diadopsi secara luas, dan belum melembaga dalam sistem kerja instansi pemerintah. LAN memiliki posisi strategis untuk mengubah situasi ini. Dengan mandat lintas sektor dan fokus pada penguatan kapasitas birokrasi, LAN dapat mendorong agar inovasi tidak berhenti di ide awal, tetapi benar-benar diterapkan dan dikembangkan di berbagai daerah dan instansi.

BANI Bukan Medan Baru, tapi Arena Alami bagi LAN

Era BANI yang ditandai dengan kondisi rapuh, mencemaskan, tidak linier, dan sulit dipahami sering dianggap sebagai tantangan baru bagi birokrasi dan lembaga negara. Namun bagi Lembaga Administrasi Negara, BANI bukanlah medan asing yang tiba-tiba datang dan mengguncang. Justru sebaliknya, inilah medan alami tempat LAN bertumbuh, bekerja, dan terus memperkuat perannya sejak lama.

LAN tidak pernah dirancang hanya untuk menghadapi dunia yang stabil dan dapat ditebak. Sejak awal, LAN dibentuk untuk membantu negara merespons perubahan, menavigasi kompleksitas kebijakan, serta memperkuat kapasitas pemerintahan menghadapi dinamika zaman. Ketika birokrasi terbukti rentan saat krisis, saat para aparatur dilanda kecemasan karena ketidakpastian arah, dan ketika kebijakan publik semakin sulit diprediksi atau dipahami, LAN telah lebih dahulu hadir dengan pendekatan berbasis pengetahuan, pembelajaran berkelanjutan, serta desain kelembagaan yang adaptif.

Dengan pengalaman menghadapi situasi-situasi tak menentu, LAN tidak hanya memahami dunia BANI, tapi telah hidup di dalamnya. Karena itu, yang dibutuhkan saat ini bukanlah penyesuaian mendadak, melainkan langkah konsisten untuk mengambil peran lebih besar sebagai perancang tata kelola negara. LAN bukan lagi sekadar penyelenggara pelatihan teknis, melainkan pengarah perubahan institusional.

Dengan posisi strategis yang lintas sektor, relatif netral secara politik, serta berorientasi pada pembangunan kapasitas negara, LAN memiliki modal kuat untuk memimpin di tengah ketidakpastian. Justru ketika banyak institusi masih mencari pijakan di tengah kekacauan, LAN sudah lebih siap untuk mengarahkan. Maka BANI bukan sekadar tantangan, tapi panggung di mana LAN paling relevan dan paling dibutuhkan.

Menjadi Navigator Republik

Jika kita percaya bahwa pemerintahan masa depan bukan sekadar soal teknologi, melainkan soal kemampuan membaca zaman dan menjawabnya secara tepat, maka kita perlu lembaga yang mampu menjadi navigator perubahan. Dalam dunia yang rapuh, cemas, tidak linier, dan sulit dipahami LAN harus menjadi jangkar. Tidak lagi terjebak dalam rutinitas birokrasi, tapi hadir sebagai arsitek institusional, penyusun kebijakan strategis, dan penjaga nilai-nilai pelayanan publik.

Sudah saatnya kita tidak sekadar berpikir bagaimana membenahi birokrasi, tapi bagaimana mendesain ulang cara negara ini bekerja. Dan untuk itu, LAN bukan hanya dibutuhkan tetapi harus berada di depan.

Kemal Hidayah
Kemal Hidayah
Analis Kebijakan Pusjar SKPP LAN RI
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.