Minggu, November 24, 2024

Label Propaganda Barat Terhadap Berita Konflik Rusia-Ukraina

Fauzan Dewanda
Fauzan Dewanda
Mahasiswa Kriminologi UI 2019
- Advertisement -

Invasi yang dilakukan oleh Russia terhadap Ukraina sejak tanggal 24 Februari 2022 lalu telah memicu berbagai respon dari masyarakat internasional. Besarnya kerugian yang diakibatkan oleh invasi ini mengakibatkan banyak pihak memberikan reaksi.  Banyak pihak terutama dari negara barat menganggap invasi yang dilakukan oleh pihak Rusia sebagai bentuk pelanggaran HAM berat.

Kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia membuat banyak negara seperti melakukan respon keras. Misalnya  Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia. Tidak hanya entitas negara, organisasi internasional seperti FIFA juga turut memberikan sanksi terhadap Rusia dengan mendiskualifikasi mereka dari kualifikasi piala dunia 2022 zona Eropa.

Di satu sisi, terdapat pihak yang memberikan dukungan kepada Rusia. Misalnya masyarakat Indonesia seringkali secara terang-terangan memberikan dukungan kepada Rusia dengan meninggalkan komentar “URA” di berbagai postingan berita yang membahas kerugian masyarakat sipil Ukraina. Banyak pihak pro Rusia juga menganggap pemberitaan mengenai perang Rusia-Ukraina yang dilakukan oleh media barat merupakan bagian dari propaganda. Menurut mereka propaganda tersebut dilakukan dengan memberikan berita hoaks mengenai kondisi masyarakat sipil di Ukraina

Selama perang Rusia-Ukraina berlangsung, ditemukan banyak sekali foto dan video hoaks mengenai jalannya konflik tersebut. Misalnya ditemukan sebuah video Ghost of Kyiv yang merupakan jet tempur jenis Mig-29 milik Ukraina berhasil menjatuhkan enam pesawat Sukhoi Su-35 milik Rusia dalam satu hari. Faktanya video tersebut berasal dari sebuah cuplikan game. Video hoaks lain juga menampilkan seorang ayah yang menangis ketika harus berpisah dengan anaknya karena ikut berperang bersama tentara Ukraina untuk melawan invasi Rusia bersama militer Ukraina. Melansir dari laman ukrainefact.org, video tersebut ternyata ternyata diambil jauh sebelum Rusia menginvasi Ukraina.

Banyaknya berita hoaks mengenai perang Rusia-Ukraina telah mengakibatkan berkurangya simpati masyarakat internasional terhadap para korban perang. Para pengguna media sosial seringkali melabel setiap berita yang membicarakan kondisi masyarakat sipil Ukraina sebagai bagian dari ‘propaganda barat’. Media barat seperti BBC atau CNN dianggap hanya menampilkan berita dari sudut pandang negara Barat.

Istilah propaganda seringkali ditemui ketika mendengar pemberitaan mengenai perang. Propaganda merupakan usaha sistematis dan terencana yang dilakukan secara berulang-ulang dalam menyebarkan pesan untuk mempengaruhi seseorang atau khalayak sehingga mengubah dapat mengubah sikap, pandangan, pendapat, dan tingkah laku terhadap suatu isu. Dalam situasi perang propaganda berfungsi untuk menumbuhkan kebencian terhadap musuh dan mempertahankan persahabatan dengan sekutu.

Label propaganda barat seringkali digunakan untuk mengkritik pandangan diskriminatif yang dilakukan oleh masyarakat Amerika-Eropa terhadap Islam.  Misalnya pemberitaan negatif terhadap Islam oleh media lokal di Perancis yaitu Charlie Hebdo. Dalam kasus Konflik Rusia-Ukraina saat ini, label propaganda barat juga ditujukan untuk mengkritik media barat yang hanya memberikan perhatian kepada isu tersebut. Media barat dianggap jarang memberikan perhatian terhadap kasus konflik di negara timur tengah seperti okupasi yang dilakukan oleh militer Israel ke Palestina.

Pihak pro rusia seringkali menyalahkan presiden Ukraina atas invasi yang terjadi di negaranya. Menurut pihak pro Rusia, hal ini tidak akan terjadi jika Presiden Ukraina, Zelensky, memilih untuk tidak mendekatkan diri ke NATO dan bersikap netral. Pemerintah Ukraina yang memilih untuk melakukan perlawanan terhadap Rusia mengakibatkan masyarakat sipil turut menjadi korban peperangan. Banyak pihak akhirnya menganggap Zelensky seharusnya bertanggung jawab atas jatuhnya korban di kalangan masyarakat sipil.

Kurangnya simpati terhadap Ukraina kemudian ditambah dengan keterlibatan Batalyon Azov dalam melawan invasi Rusia. Mereka awalnya adalah pasukan sukarelawan yang dibentuk di kota Berdyansk untuk mendukung tentara Ukraina dalam memerangi separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Batalyon Azov adalah Kelompok paramiliter yang memiliki keterkaitan dengan ideologi neo Nazi.

Keterkaitan Azov dengan ideologi neo Nazi telah meningkatkan dukungan terhadap Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan operasi militer ke Ukraina salah satu tujuannya adalah De-Nazisasi. Azov juga dianggap merupakan kelompok paramiliter yang anti Islam. Hal ini dikarenakan munculnya video  seorang anggota Azov mengoleskan peluru dengan minyak babi untuk melawan pasukan Muslim Chechnya yang pro Rusia.

- Advertisement -

Keberpihakan media barat terhadap Ukraina, kemunculan berita hoaks, dan keberadaan Azov bukan berarti invasi yang dilakukan oleh Rusia layak mendapatkan pembenaran. Penderitaan fisik dan psikologis yang dialami oleh masyarakat Ukraina adalah nyata. Masyarakat sipil Ukraina yang telah menjadi korban perang membutuhkan perlindungan dan kepedulian dari masyarakat internasional. Menganggap semua produk berita adalah hoaks dan sekedar alat propaganda barat dapat berujung pada terabaikannya  penderitaan masyarakat sipil Ukraina yang menjadi korban perang.

Banyaknya pihak yang mendukung invasi Rusia di satu sisi dapat menjadi pelajaran bagi organisasi internasional dan industri media untuk terus bersikap adil. Media barat seringkali hanya memberikan perhatian terhadap konflik yang mengakibatkan korban di kalangan masyarakat Amerika-Eropa dan kulit putih.

Kurangnya perhatian terhadap konflik yang terjadi di timur tengah juga menjadi kritik terhadap media barat. Organisasi internasional seperti PBB juga perlu mengevaluasi diri. Munculnya pihak yang memberikan dukungan tindakan yang dilakukan oleh Rusia tidak bisa dilepaskan dari rasa kekecewaan terhadap PBB dalam mengatasi konflik di kawasan lain seperti timur tengah. PBB dianggap hanya bersikap keras terhadap ancaman yang menyerang negara Eropa-Amerika.

Segala bentuk invasi atau penjajahan sudah seharusnya tidak dapat dibenarkan. Pengguna media sosial seharusnya menyadari sebuah kenyataan bahwa saat ini tidak media yang murni netral atau objektif. Media seringkali dipengaruhi oleh kondisi politik dan pengejaran kapital seperti jumlah pembaca berita sehingga berita yang dihasilkan cenderung bias.

Akan tetapi, sudah merupakan sebuah fakta bahwa dalam setiap situasi perang, masyarakat sipil akan selalu menjadi pihak yang paling dirugikan. Label propaganda barat akhirnya tidak lagi berfungsi mengkritik fenomena produk berita barat yang selama ini bias. Penggunaan label propaganda barat akhirnya hanya digunakan sebagai alat balas dendam yang mendukung sebuah bentuk kejahatan kemanusiaan.

Fauzan Dewanda
Fauzan Dewanda
Mahasiswa Kriminologi UI 2019
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.