Kita bayangkan andai Prof. Mahfud MD benar-benar mendampingi Jokowi sebagai cawapres. Siapapun kiranya cawapres yang digandeng Prabowo, rasanya tidak akan begitu signifikan mendongkrak elektabilitas. Namun “untungnya” bukan Mahfud MD yang mendampingi Jokowi.
Diulas dalam sejumlah survey, elektabilitas Jokowi-Amin tidak naik secara signifikan, juga tidak turun. Stagnan. Meski tak jauh berbeda dengan Prabowo-Sandi, namun Sandiaga terbilang sukses sebagai media darling, ketimbang Kyai Ma’ruf.
Artinya terjadi suasana yang berkebalikan. Jokowi harus bekerja lebih giat ketimbang Prabowo yang sangat terbantu oleh gesitnya Sandiaga Uno. Salah satu contoh kecilnya ketika debat pilpres 1 yang lalu, Jokowi lebih mendominasi.
Banyak yang menyebut hal itu wajar, sebab capresnya adalah Jokowi, jadi harus capres yang lebih dominan. Namun barangkali jadi tidak wajar andai dibandingkan dengan Jusuf Kalla, juga alasan kenapa dulu Jokowi memilih JK yang punya slogan lebih cepat lebih baik.
Rasa percaya diri yang tinggi itulah yang barangkali membuat Jokowi tak begitu memperhatikan survey dalam menentukan cawapres, atau karena kuatnya tekanan dari koalisi? Entahlah.
Dari sisi personal, sekalipun jauh lebih senior dari Sandiaga Uno, tak banyak yang bisa didongkrak dari sosok Kyai Ma’ruf Amin. Apakah posisinya sebagai mantan ketua MUI dan Rois Am PBNU bisa jadi pendongkrak? Kita tidak tahu.
Bagaimana menjelaskan hasil survey yang tak beringsut sejak Agustus tahun lalu hingga sekarang? Padahal Kyai Ma’ruf Amin adalah tokoh besar NU. Meski mungkin tidak seterkenal ketua Tanfidziyah atau tokoh-tokoh NU lainnya.
Sandiaga Uno punya trend positif sebagai pengusaha muda jauh sebelum ia terjun ke politik, yang itu bisa diunggah ulang untuk mendongkrak figurnya saat ini. Ibaratnya, “jualan” sosok Sandiaga itu sangat mudah. Kemasannya sudah ciamik, sejak dulu.
Meski tetap ada celah-celah untuk melihat sisi negatifnya, dan itu pasti akan terus digaungkan.
Persaingan makin kompetitif dan kian tak tertebak. Barangkali akan berbeda jika Mahfud MD jadi nyalon, bisa dibayangkan dalam sesi debat 1 tentang hukum kemarin, yang merupakan bidang kepakarannya.
Jadi memang benar, andai duet Jokowi-Mahfud MD terjadi, maka pemilu sudah tak sengit lagi. Terlalu kuat. Lawan mungkin akan habis. Karena itulah barangkali, takdir berkata lain.
Namun Prabowo juga kerap membuat “gol bunuh diri” melalui statemen-statemennya. Jadi terlihat berimbang. Imbang dalam prestasi dan sensasi. Tinggal siapa yang lebih diuntungkan? Semoga efek Kyai Ma’ruf Amin cepat terlihat, atau justru akan tergerus dengan kelincahan Sandiaga Uno.
Kalau begini, Prabowo yang untung. []