Konflik Palestina–Israel saat ini kembali muncul menjadi perhatian global dalam beberapa waktu terakhir ini. Serangan dari militan Hamas terhadap Israel terjadi pada 7 Oktober 2023 lalu dan kemudian tentara Zionis Israel melakukan serangan pembalasan terhadap militan Hamas pada 11 Oktober 2023. Dengan dalih tentara zionis Israel memerangi militan Hamas membombardir Gaza dari segala arah darat, laut, udara dengan membabi buta. Serangan yang dilakukan tentara Zionis Israel banyak menewaskan warga sipil Gaza, Palestina.
Hingga sampai saat ini situasi kemanusiaan kian semakin memburuk, korban pun terus bertambah. Sudah, tercatat banyak warga sipil Palestina tewas akibat serangan pembalasan tersebut. Jumlah korban tewas Palestina di Gaza telah tembus 20.057 korban tewas sejak pecahnya konflik Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Dan sebagian besar korban yaitu anak-anak dan Perempuan. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa total jumlah korban tewas adalah 20.057 orang, lebih dari 50 ribu warga sipil luka-luka, dan lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.
“Sekitar dua pertiga dari korban tewas adalah perempuan dan anak di bawah umur,” terang Kementerian Kesehatan Gaza. Jumat (22/12/2023).
Selain penyerangan ini, tentara Zionis Israel juga menangkapi warga Gaza dan juga banyak penyiksaan- penyiksaan terhadap warga Gaza, Palestina. Sehingga wilayah Palestina di Gaza sudah tidak menjadi tempat yang aman bagi warga Gaza Palestina, khusus nya kepada anak-anak akibat serangan kebrutalan Zionis Israel tersebut. Di karenakan banyak anak anak yang mengalami trauma psikologis akibat kebrutalan serangan tentara Zionis Israel.
Selain itu, tentara Zionis Israel juga menyerang fasilitas umum seperti rumah sakit, rumah penduduk, sekolah, tempat pengungsian, serta tempat ibadah masjid maupun gereja dan lainnya. Tercatat, sudah 110 masjid, 3 gereja, dan 56 sekolah yang rusak, dimana tempat tersebut untuk berlindung warga Gaza. Akibat serangan tersebut mengakibatkan putusnya aliran listrik, air bersih, serta aliran komunikasi ke wilayah Gaza semakin memburuk. “Seluruh Jalur Gaza sudah dalam kegelapan sejak 11 Oktober ketika jaringan listrik dimatikan dan bahan bakar minyak (BBM) sudah tidak datang lagi,” kata Laerke.
Dengan ke terbatasannya air bersih, sebagian warga Gaza mengebor sumur pribadi untuk dapat di minum bahkan ada juga warga terpaksa minum air laut. “Karena banyaknya orang di dalam kamp, tidak ada air. Jadi saya pikir saya akan menjadi sukarelawan, datang dengan becak dan membawa air dari tempat yang jauh,” kata seorang warga di Khan Younis, Mohammad Saqr. Dia menambahkan, “Sekarang kita sedang mengisi air asin, saya siap minum dari air laut karena apa lagi yang bisa kita lakukan?”.
Bahkan, rumah sakit menjadi kekurangan air bersih, stok obat-obatan semakin lama semakin menipis. Bahan bakar pun untuk generator rumah sakit tidak lagi tersisa. Sehingga banyak rumah sakit mau tak mau harus menggunakan senter untuk alat penerang saat melakukan pengobatan baik luka berat maupun luka ringan. “Kami kekurangan segalanya dan kami berurusan dengan operasi yang sangat kompleks,” kata Abed yang bekerja dengan Dokter Lintas Batas (Doctors Without Borders) kepada AP News dari Rumah Sakit Al Quds.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pihaknya “terkejut” atas apa yang mereka sebut sebagai “diamnya” komunitas internasional di tengah serangan yang sedang berlangsung oleh pasukan Israel di wilayah utara.
Juru bicara Ashraf al-Qudra mengatakan “pembantaian” di daerah tersebut terjadi karena tidak adanya layanan kesehatan akibat “penghancuran rumah sakit” oleh tentara Israel.
“Itu berarti pendudukan (Israel) bersikeras melakukan genosida terhadap penduduk,” tambahnya. Dilasir CNBC Indonesia (19/12/2023). Kondisi ini sungguh sangat memperihatinkan bagi masyarakat dunia internasional.
Banyak dari negara-negara lain memberikan bantuan terhadap warga Gaza Palestiana. Tetapi bantuan dari negara lain pun sulit untuk masuk ke wilayah Gaza, karena di tutupnya pintu masuk perbatasan Rafah untuk ke Gaza. Mereka (tentara Zionis Israel) juga memusnahkan bantuan serta membuang- buang makanan dan benda-benda lainnya. Tindakan tentara Zionis Israel tersebut menjadi kecaman bagi masyarakat dunia internasional, karena tindakan tersebut tidak wajar.
Kebiadaban tentara Zionis Israel semakin lama semakin tidak mempunyai rasa kemanusiaan terhadap penderitaan warga Palestina di Gaza. Sehingga membuat warga Palestina merasa dititik akhir mereka karena pasokan pangan sulit di cari. Warga Palestina yang kelaparan dan putus asa, sampai nekat menaiki truk bantuan untuk mendapatkan makanan dan membagikan makanan tersebut kepada warga lainnya dan juga bahan pokok lainnya di Rafah,Gaza perbatasan Gaza dan Mesir. Mereka (warga Palestina) memakan apa saja yang mereka dapatkan dari truk bantuan tersebut.
New York (ANTARA, 20/12/2023) – Utusan Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland mengatakan akhir 2023 menjadi salah satu era paling mematikan dalam sejarah konflik Palestina-Israel ketika hampir semua lini memburuk. Wennesland kembali menegaskan bahwa permukiman Israel terang-terangan melanggar resolusi PBB dan hukum internasional. Dia menyerukan pemerintah Israel segera menghentikan aksinya.
PBB masih berkomitmen mendukung Palestina dan Israel dalam mengakhiri pendudukan dan menyelesaikan konflik berdasarkan hukum internasional, resolusi-resolusi PBB dan perjanjian bilateral guna mencapai solusi dua negara, pungkasnya.
Dewan Amerika Serikat mulai melunak di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Amerika Serikat awalnya menggunakan hak vetonya dalam gencatan sejata antara militan Hamas dengan tentara Zionis Israel di jalur Gaza. Tetapi pada Jumat, 22 desember 2023 Amerika Serikat mengubahnya abstain dalam perundingan tersebut. Hasil resolusi itu di setujui oleh Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat, 22 desember 2023 dengan 13 suara mendukung dan tidak ada yang menolak. Sementara AS dan Rusia abstain.
Resolusi yang disetujui tersebut bisa meloloskan gencatan senjata di Gaza serta untuk segera membuka akses bantuan kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan, dan memperluas akses kemanusiaan di jalur Gaza serta menciptakan kondisi untuk penghentian permusuhan yang berkelanjutan.
Dengan kata lain Dewan Keamanan PBB masih berkomitmen mendukung agar perang antara Palestina dan Israel dapat di hentikan berdasarkan hukum internasional dan terciptanya perdamaian serta tidak ada permusuhan berkelanjutan. Tetapi, Hamas mengatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait Gaza adalah “langkah yang tidak memadai” karena perjanjian tersebut tidak memuat resolusi internasional untuk menghentikan perang.