Senin, Desember 8, 2025

Krisis Ekologi Gaza dan Perubahan Wajah Konflik Konpemporer

Fitria Salsabila
Fitria Salsabila
Fitria Salsabila, seorang mahasiswa yang memiliki minat tinggi terhadap isu-isu global, khususnya diplomasi budaya, konflik internasional, media, dan dinamika politik dunia. Ketertarikannya pada bidang ini membuatnya aktif menulis, membaca, dan mengikuti berbagai perkembangan internasional sebagai bentuk eksplorasi akademik. Selain fokus pada studi, ia juga terlibat dalam kegiatan kampus yang mendukung pengembangan kemampuannya dalam komunikasi dan pengelolaan informasi.
- Advertisement -

Dalam pembahasan global mengenai Gaza, diskusi menjadi sering terjebak dalam dimensi militer dan politik semata serangan roket, operasi darat, diplomasi internasional, dan retorika geopolitik yang sering  mengerasdari waktu ke waktu. Tetapi, di balik suara ledakan dan laporan korban, terdapat tragedi lain yang tak kalah mengerikan, yaitu keruntuhan ekologs yang menghancurkan fondasi kehidupan masyarakat yang tinggal di Gaza. Inilah aspek konflik yang jarang di bahas, tetapi justru menentukan hidup di kawasan dalam jangka waktu yang panjang.

Gaza bukan lah sekedar area perang, tetapi ia merupakan ruang hidup yang bisa di katakan rapuh, padat dan bergantung kepada jaringan infastruktur yang sama selama bertahun-tahun. Ketika serangan menghancurkan bangunan, Bukan hanya beton yang runtuh tetapi air bersih, santasi, dan kualitas tanah yang menopang kehidupan mejadi korban. Hal ini menciptakan krisis kesehatan lingkungan yang memperburuk penderitaan manusia. Sistem air yang sebelumnya sudah tertekan kini mengalami kehancuran total, Pompa berhenti karena listrik yang padam, pipa-pipa hancur, dan limbah yang mencemri akuifer yang menjadi umber utama air minum.

Di waktu yang sama, Gaza kini dipenuhi oleh 61 juta ton puing banguan, banyak di antaranya mengandung asbes, logam, dan bahan bahan yang beracun. Bangunan yang ambruk menghasilkan debu serta praktik membakar plastik dan sampah akibat kekurangan bahan bakar. Hal ini mengancam kesehatan publik hingga jauh setelah konflik berhenti, Sebuah ancaman senyap dan enunggu menghantam generasi yang akan datang.

Di tengah kehancuran, lingkungan hidup Gaza menghadapi tekanan sruktural lain yang sudah berjalan cukup lama. Akuifer pesisir Gaza memliki tingkat kerentanan intrinsik yang tinggi terhadap kontamnasi bahkan sebelum perang berkncamuk. Dengan keterbatasan sumber air bersih dan tingginya infilrasi polutan ke dalam tanah, konflik hari ini mempercepat keruntuhan ekologis yang telh lama diperingati oleh para peneliti sumber daya air. Perang bukan sekedar memperburuk kondisi lingkungan, ia menghantam titik-titik paling rentndi sistem ekologis Gaza.

Kerusakan ini menunjukkan bahwa perang modern tidak lagi tebtas pada pertempuran militer. Ekologis ini menjadi arena konflik yang sama pentingnya. Lingkungan bukan hanya menjadi korban akibat perperangan, tetapi bagian dari dinamika kekerasan itu sendiri. Ledakan yng megahasilkan toksin, keruntuhan tanah subur dan sistem air menyebabkan kelaaran dan lingkungan yang rusak  memaksa penduduk hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Dengan ini, melihat Gaza hanya sebagai konflik olitik semata adalah bentuk penyederhanaan yang cukup keliru. Apa yang telah terjadi di sana merupakan tragedi ekologis yang mengubah wajah konflik kontemporer. Perang masa kini bkan hanya siapa yang menang, melinkan siapa yang harus terus hidup dalam tanah yang tertinggal.

Apabila dunia ingin berbicara tentang rekontruksi dan perdamaian, aspek ekologi tidak boleh menjadi catatan pinggiran. Pemulihan Gaza harus mencakup pemulihan lingkungan dari restorasi akuifer, pengelolaan puing-puing yang berbahaya, perbaikan sanitasi, hingga rehabilitasi lahan pertanian. Perang dapat dihentikan  oleh kesepakatan politik, tetapi kehidupan dapat pulih melalui perbaikan ekologi. Tanpa itu, Gaza akan terus terjebak dalam ligkaran krisis yang  tak berkesudahn dan konflik kontemporer kn semakin menunjukkan bahwa pertarungan paling menentukan pada masa kini adalah pertarungan untuk mempertahankan ruang hidup.

Fitria Salsabila
Fitria Salsabila
Fitria Salsabila, seorang mahasiswa yang memiliki minat tinggi terhadap isu-isu global, khususnya diplomasi budaya, konflik internasional, media, dan dinamika politik dunia. Ketertarikannya pada bidang ini membuatnya aktif menulis, membaca, dan mengikuti berbagai perkembangan internasional sebagai bentuk eksplorasi akademik. Selain fokus pada studi, ia juga terlibat dalam kegiatan kampus yang mendukung pengembangan kemampuannya dalam komunikasi dan pengelolaan informasi.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.