Minggu, Mei 12, 2024

Korsel Kiblat Oplas Dunia, Strategi Diplomasi Terbaik?

Hufiyandita Felathi
Hufiyandita Felathi
I'm a undergraduate student at Mulawarman University with my major is International Relations. I'm active in various activities on campus.

Diplomasi merupakan upaya suatu negara dalam hubungan internasional yang bertujuan untuk mencapai berbagai kepentingan nasionalnya. Berbagai cara pun dilakukan oleh negara untuk lebih memperkenalkan negaranya, baik dalam hal budaya, pariwisata, dan lainnya. Korea Selatan (Korsel) merupakan salah satu negara di Asia Timur yang menyadari potensi ini.

Tingginya persaingan dan diskriminasi penampilan di Korsel memaksa masyarakatnya untuk mengubah penampilan demi menyesuaikan standar yang ada. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan operasi plastik (oplas).

Operasi plastik yang merupakan kegiatan merekonstruksi wajah sangat diminati di Korea Selatan. Tingginya diskriminasi penampilan di Korsel bahkan ber-impact pada syarat pekerjaan yang lebih mengutamakan wajah dan fisik yang menarik, sehingga hal tersebut mendorong tingginya tingkat operasi plastik di Korea Selatan.

Sejarah dan Sepak Terjang Oplas di Korsel

Dalam dunia estetika wajah, bedah plastik menjadi salah satu alternatif bagi mereka yang ingin melakukan perbaikan pada wajah. Operasi plastik sudah mulai dilakukan pada abad ke-8 SM. Pada masa itu dokter dari India mengenalkan rhinoplasty dan otoplasty (memperbaiki hidung dan telinga).

Abad ke-1 SM, orang Romawi juga memperbaiki kerusakan telinga mereka dengan cara operasi. Berlanjut ke abad 19, kerusakan anggota tubuh pasca perang membuat peran operasi plastik sangat penting saat itu. Puncaknya tahun 1960-an, para dokter berhasil mengembangkan teknik oplas modern yang dapat memperbaiki dan membuat penampilan lebih menarik.

Pada bulan Juni 1961, dokter Korea bernama Yoo Jae Duk, setelah selesai belajar di AS, ia kembali ke Korea dan memperkenalkan operasi plastik. Hingga pada bulan Mei 1966, akademi operasi plastik Korsel didirikan. Beberapa tahun setelahnya, Departemen Pelayanan Sosial dan Kesehatan mulai menerima operasi plastik sebagai bidang perawatan khusus. Tepatnya pada tahun 1975, kurikulum pendidikan di bidang operasi plastik dibentuk dengan tujuan menghasilkan ahli bedah plastik yang kompeten di bidangnya.

Oplas di Korsel ternyata tidak hanya diminati pasien domestiknya saja, namun juga pasien internasional. Hasil, harga dan keamanan yang tinggi telah diperlihatkan dokter bedah plastik korea selatan yang juga menyebabkan tingginya peminat turis mancanegara sehingga banyak turis yang datang ke Korea Selatan untuk melakukan operasi plastik.

Hubungan antara operasi plastik sebagai industri medis dan pariwisata memiliki klasifikasi yang berbeda sebelum tahun 1990-an. Setelah globalisasi, setiap bagian dari manusia dapat memiliki nilai jual. Operasi plastik dilegalkan sebagai bagian dari industri pariwisata sejak Presiden Korea Selatan Lee-Myung Bak menyatakan bahwa pariwisata medis Korea akan menjadi visi dan misi Korea pada tahun 2014. Sejak saat itu, pemerintah Korea berperan besar dalam mendatangkan jutaan wisatawan medis ke negara tersebut dengan memanfaatkan hallyu, yang sebelumnya mempengaruhi orang-orang dalam tren kecantikan alami selebriti Korea melalui operasi plastik.

Keinginan Mirip Dengan Idola

Masyarakat Korea Selatan memiliki demand terhadap operasi plastik yang sangat tinggi. Fenomena permintaan yang tinggi ini diakibatkan oleh bagaimana Korea Selatan dipengaruhi oleh standarisasi kecantikan yang mulai muncul di tahun 1980-an ketika tren globalisasi meningkat.

Kaitannya ialah standar kecantikan Korea Selatan pada saat itu mulai lebih diperhatikan dikarenakan banyaknya inspirasi serta influensi gaya kecantikan barat akibat dari Westernisasi. Perbedaan fisik yang signifikan dipandang sebagai kekurangan antara orang asia timur, terutama Korea Selatan, dengan tampilan orang barat yaitu mayoritas berhidung mancung dan memiliki kelopak mata ganda.

Oplas Penting Bagi Perekonomian Korsel

Di Korea Selatan sendiri fenomena operasi plastik penting bagi perekonomian domestik. Selain gencarnya fenomena Hallyu, meningkat pula pasar oplas yang mayoritas dipengaruhi oleh keinginan untuk memiripkan struktur fisik dan wajah dengan para idola. Tidak hanya dari dalam negeri, namun masyarakat luar korea selatan yang memiliki keinginan untuk memiliki wajah dengan standarisasi korea selatan atau seperti idola juga datang ke korea selatan untuk melaksanakan operasi plastik.

Fenomena ini menyebabkan naiknya kunjungan luar negeri ke Korsel hingga 100 ribu pengunjung tiap tahunnya. Target utama para pasien asing adalah daerah Gangnam yang terkenal dengan pria dan wanita terbaiknya. Di tahun 2022 saja, pendapatan perkapita tertinggi Korsel dari penghasilan operasi plastik dengan kunjungan 50 ribu orang. Data lain menunjukkan korea selatan melakukan praktik sebanyak 1 juta kali tiap tahun.

Reality Show “Let Me In” Sebagai Upaya Pemerintah Korsel Mempromosikan Oplasnya

Pada awal tahun 2010, Pemerintah Kore mulai memberi dukungan penuh pada Industri kecantikan di Korea Selatan untuk menstimulasi peningkatan wisatawan medis dengan tujuan oplas ke Korea Selatan. Campur tangan pemerintah Korea Selatan di dalam industri hiburan Korea menjadi salah satu bentuk dukungan yang bertujuan menghapus perspektif negatif tentang operasi plastik di Korea Selatan.

Pemerintah Korea Selatan pun melakukan kerjasama dengan Id Hospital untuk meluncurkan sebuah reality show dengan judul “Let Me In”. Reality show “Let Me In” menunjukkan bagaimana seseorang yang mempunyai wajah dibawah standar kecantikan mempunyai hak untuk melakukan operasi plastik karena jika dibiarkan akan menyebabkan keadaan psikis yang mengganggu. Melalui reality show “Let Me In” yang ditayangkan di televisi kabel Korea, pemerintah Korea Selatan bertujuan melakukan diplomasinya tidak hanya kepada warga negaranya, namun juga kepada masyarakat Internasional.

Negara Yang Warganya Menjadikan Korsel Sebagai Tujuan Oplas

The Korea Health Industry Development Institute (KHIDI) atau Institut Pengembangan Industri Kesehatan Korea melaporkan bahwa jumlah pasien asing rawat inap dan rawat jalan meningkat dari 60.201 pasien dari 139 negara pada tahun 2009 menjadi 2.760.553 pasien dari 198 negara pada tahun 2019.

Pada tahun 2019 saja, ada 497.464 pasien asing yang datang mengunjungi Korea untuk berobat. Jumlah pasien asing yang berasal dari China adalah yang tertinggi, diikuti oleh pasien dari Jepang, Amerika Serikat, Rusia, dan Mongol. Pengobatan penyakit dalam memiliki peningkatan terbesar sekitar 36,1%, selanjutnya operasi plastik (35,1%), dermatologi (33,8%), medical check up (31,4%), OB/GYN (67,6%), dan ortopedi (9,2%).

Institut Pengembangan Industri Kesehatan Korea pun telah menerbitkan laporan tentang dampak faktor lingkungan makro dalam menarik pasien domestik dan pasien asing khususnya yang berasal dari keempat negara besar tersebut, seperti China, Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia, yang menandai ulang tahun ke-10 Korsel atas penarikan pasien asing. Menurut ringkasan industri kesehatan yang telah diterbitkan tahun 2019 lalu, telah dikonfirmasi bahwa sejak tindakan menarik pasien asing diizinkan oleh UU Korea dengan revisi Pasal 27 UU Medis tahun 2009, kebijakan promosi pariwisata medis yang dipimpin pemerintah tumbuh lebih cepat cepat.

Hufiyandita Felathi
Hufiyandita Felathi
I'm a undergraduate student at Mulawarman University with my major is International Relations. I'm active in various activities on campus.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.