Selasa, Oktober 8, 2024

Konsistensi Inklusifitas Beragama

Muhammad Dudi Hari Saputra
Muhammad Dudi Hari Saputra
Lecturer at Kutai Kartanegara University and Former Industrial Ministry Special Analyze

Oleh Muhammad Dudi Hari Saputra, Pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam.

Pembuka

“Bagi kita, Theis dan Atheis itu bisa berkumpul, Muslim dan Kristiani bisa bercanda, Artis dan Atlit bisa bergurau, Kafirin dan Mutaqqien bisa bermesraan.
Tapi, Pluralis dan Anti-pluralis tak bisa bertemu”.
(Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam)

Menurut saya, tafsir sikap pluralis adalah sikap yang timbul dari kepemilikan iman yang kuat, orang-orang pluralis adalah orang-orang yang bisa hidup berdampingan dengan orang yang berbeda tanpa sedikitpun merasa terusik dan resah.

Sigmund Freud menjelaskan bahwa sikap resah dan tidak nyaman timbul akibat jiwa menerima pengetahuan baru yang di luar kebiasaan pengetahuannya.

Begitulah saya memahami orang-orang anti-pluralitas, adalah orang-orang yang resah dan tidak nyaman dengan perbedaan, sehingga mereka mengambil sikap frontal untuk menghilangkan perbedaan dan menyamakan pengetahuan hanya berdasarkan tafsiran tunggal mereka.

Jelas hidayah Qur’an memaparkan bahwa; manusia-manusia yang masuk kedalam pengikut Nya adalah manusia-manusia yang memiliki ketenangan jiwa sehingga mendapat ridha Nya.
(Al-Fajr)

Karena ketenangan jiwa merupakan manifestasi keteguhan iman, sedangkan keresahan jiwa merupakan manifestasi kegoyahan iman.

Sikap anti-pluralitas yang ingin mendorong kehancuran dan kematian perbedaan, telah mempercepat proses masuk neraka nya orang-orang yang berbeda menurut penafsiran mereka.

Dengan sikap tersebut, mereka bersikap lebih parah dari setan, jika setan hanya menggoda manusia untuk masuk neraka, sedangkan mereka telah bersikap memaksa dan mendorong manusia untuk lebih cepat masuk neraka.

Padahal, sikap seorang beragama yang baik adalah mengarahkan manusia dari jalan yang keliru ke jalan yang benar tanpa memaksanya, mudahnya; mengajak manusia untuk masuk surga, bukan neraka.

Sehingga, sikap yang diambil adalah sikap yang menerima perbedaan (pluralis) dan hidup didalamnya tanpa menghilangkan tujuan dakwah untuk mengajak orang lain menuju jalan yang benar dan menjadikan Islam sebagai tonggak kebaikan semesta (Rahmatan lil Alamin).

Bulan terlihat benderang, ketika berada di kegelapan malam.
(Jalalludin Rumi ra.) 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (QS: Al Hujurat 13).

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (QS: Ar Rum 22).

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (Falsafah) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(An-Nahl 125).

Tauhid menghasilkan bentuk hubungan sosial-kemasyarakatan yang menumbuhkan kebebasan menyatakan pikiran dan kesediaan mendengarkan pendapat, sehingga terjalin hubungan saling mengingatkan apa yang benar dan baik, serta keharusan mewujudkan yang benar dan baik itu dengan tabah dan sabar (Cak Nur).

Jadi, ukhuwah Islam dan Ummah bukanlah pada tataran eksoteris (lahir), melainkan pada tataran esoteris (hakikat) transendentalnya (Sayyed Hosein Nasr). Memaksakan penyatuan pada tataran eksoteris, sama saja mengupayakan keseragaman bentuk pemahaman lahir dari jiwa yang menerima pancaran spiritual ilahi, di mana hal ini adalah sesuatu yang mustahil. Karena keragaman (pluralitas) adalah sebuah keniscayaan pada sisi lahiriyahnya.

Konsistensi Sikap Jalan Tengah

Dalam sejarah Islam ada yang dinamakan dengan kelompok khawarij, kelompok ini terbentuk setelah perang shiffin terjadi, kelompok ini adalah kelompok yang paling dimusuhi dalam sejarah Islam, karena telah dengan berani menganggap kafir para sahabat Rasulullah seperti Ali bin abi thalib kwjh, Amr bin ash dan Muawiyah.

Dan dalam proses nya, kelompok khawarij inilah yang membunuh, sehingga Khilafah waktu itu yakni Ali bin abi thalib syahid pada malam ke 19 bulan ramadhan (pembunuhnya adalah Abdurrahman bin Muljam, dan dilakukan ketika Ali bin abi thalib sedang shalat).

Oleh Muthahhari, kelompok ini disebut dengan fenomena kejumudan dan kebekuan berpikir dalam dunia Islam. fenomena kelompok Islam ini disebut pula sebagai ifrath (terlalu berlebih-lebihan/ekstrem), sehingga menghilangkan perasaan dan pengetahuan akalnya.

Dan Ali bin abi thalib pernah mengingatkan bahwa kefanatikan yang berlebihan adalah perilaku setan, karena setan adalah pemimpin orang-orang yang fanatik (al-muta’ashibin).

Sehingga sikap seorang muslim seharusnya tidak ekstrem kiri atau kanan, tidak berlebih-lebihan (ifrath) dan tidak pula memudah-mudahkan (tafrith), melainkan di tengah-tengah (i’tidal).

Dan demikian pula kami menjadikan kamu sebagai ummat Islam yang adil (moderat) (QS 2-143).

Tapi tidak jarang sikap kita yang membenci kelompok khawarij ini juga menjadi sama seperti khawarij itu sendiri, ketika terlalu buta membenci kejumudan dan kebekuan berfikir khawarij, sehingga kita juga ikut jumud dan beku dalam menilai mereka.

Berikut sikap tengah/moderat Ali bin abi thalib ketika ditanya bagaimana itu Khawarij:
Kaum khawarij tidak menyembunyikan niat jahat, hanya saja pemahaman mereka salah dan menyimpang dalam menafsirkan sesuatu, dan mereka sangat kaku serta jumud.

Di dalam Nahj Al-Balaghah, khutbah 59: Ali bin abi thalib berwasiat “Janganlah kalian membunuh kaum khawarij sepeninggalanku. Sebab berbeda antara orang yang mencari kebenaran dan terjerumus di dalam kesalahan dengan orang yang mencari kebatilan dan mendapatkannya.”

wallahu’alam bishawab.

Muhammad Dudi Hari Saputra
Muhammad Dudi Hari Saputra
Lecturer at Kutai Kartanegara University and Former Industrial Ministry Special Analyze
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.