Jumat, April 19, 2024

Konduktor Politik 2024

Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto
Esais. Penggagas Komunitas Seniman NU. Alumni Mahasiswa Universitas Sebelas Maret.

Permainan politik sudah perlahan dimainkan dalam harmoni demokrasi. Panggung kampanye informal digelar di tengah lengangnya aturan ketat mengenai pandemi yang membosankan. Tokoh-tokoh berpengaruh dibajak dengan mengibarkan atibut kepartaian.

Bahkan beberapa di antaranya sudah bergerilya menyuarakan nama calon presiden meski tanpa dukungan partai yang jelas. Politik domestik mengajari bahwa nyali adalah yang utama meskipun belum memiliki kejelasan perencanaan mengenai risiko presidential threshold, dukungan partai koalisi, anggaran kampanye, hingga analisis pesaing.

Namun itulah Indonesia yang suka euforia sebelum acara. Perkara tidak mendapat dukungan politik maka akan dengan senang hati menjadi pembantu calon presiden terpilih meski hanya ditawari pososi menteri atau kepala lembaga pemerintah. Tim sukses atau pendukung fanatik juga tidak ada perasaan malu sebab gagal memuluskan langkah idolanya maju menjadi calon presiden.

Di arena daring lebih ekstrem lagi. Berbagai isu kebijakan pemerintah pusat maupun daerah dengan mudah dinarasikan sebagai bentuk kejamnya politik demokrasi. Apapun kebijakan tokoh yang berpotensi menjadi lawan dalam kontestasi politik 2024 akan dihujat dan dipermasalahkan berdasarkan opini yang sarat kecacatan informasi.

Minimal narasi yang dibangun dari media sosial bisa menggiring masyarakat untuk semakin menebalkan keyakinan terhadap pilihan politiknya. Apalagi alogaritma media sosial yang mendukung perilaku kebencian terhadap seorang tokoh dengan rekomendasi konten yang serupa.

Semua tema sensitif diangkat ke permukaan untuk memanaskan keadaan politik. Beberapa di antaranya digunakan untuk memperoleh keuntungan finansial. Agama digunakan untuk menggiring suara rakyat di dalam arena politik. Keadilan dinisbatkan kepada kelompok mayoritas belaka. Bebas melakukan perilaku diskriminasi dan penindasan terhadap kelompok minoritas.

Pendidikan politik harus masif diajarkan kepada generasi milenial sebagai basis kantong suara di tahun politik 2024. Membentengi masyarakat dari doktrin sesat yang hanya bermodal ketidaksukaan atau kebencian sebab latar belakang agama, pakaian partai, atau afiliasi organisasi.

Generasi milenial harus cerdas menanggapi isu politik yang berorientasi menyebabkan perpecahan daripada usaha bekerjasama membangun peradaban bangsa. Politik identitas masih membekas dan akan menebal menjelang tahun politik 2024. Sementara budaya demokratis dan egaliter mulai ditinggalkan untuk menghalalkan segala cara memenangkan kontestasi politik.

Konduktor Politik

Setidaknya sampai sejauh ini, popularitas Jokowi maih diakui oleh tokoh-tokoh politik nasional. Bahkan beberapa partai rela menghibahkan diri untuk “menjilat” kedigdayaan presiden asal Solo tersebut.

Meskipun sering dianggap boneka partai – PDI Perjuangan -, namun kualitas gaya komunikasi politik Jokowi perlu diapresiasi. Ia bisa membaur ke berbagai kalangan termasuk kepada mereka yang dianggap lawan politiknya. Terakhir dalam gelaran Formula E, Jokowi hadir membawa lanyard tanda pembelian tiket meskipun mendapat kartu undangan.

Karisma Jokowi tersebut yang sempat mengejutkan saat banyak yang mendukung pengubahan Undang-Undang memuluskan perpanjangan masa jabatan presiden atau kesediaan melakoni jabatan 3 periode. Meskipun Jokowi masih tegas menolak, iklim demokrasi saat ini menandakan betapa besarnya pengaruh Jokowi dalam kontestasi politik 2024.

Jokowi rupanya bukan boneka politik, melainkan konduktor politik. Punya kuasa memainkan ritme, irama, dan suasana politik. Bahkan beberapa ada yang menganggap presiden 2024 bergantung kepada restu Jokowi. Bahkan pengaruh PDI Perjuangan masih tidak sekuat Jokowi ketika bisa membawa mayoritas partai masuk dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju.

Ketika Ganjar Pranowo yang kerap “berkampanye” melalui media sosial serta gerakan deklarasi calon presiden di berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah mulai banyak, PDI Perjuangan masih menimbang risiko politik atas keputusan pemilihan calon presiden. Apalagi PDI Perjuangan merupakan partai pemenang di dua pemilu tahun 2014 dan 2019.

Selanjutnya ada Erick Thohir yang dideklarasikan oleh Letho (Loyalis Erick Tohir) di Surabaya. Ada juga deklarasi dari Habiburokhman (wakil ketua umum Gerindra) untuk Prabowo Presiden 2024. Kemudian Sandiaga Uno yang dideklarasikan oleh Pemuda Bengkulu, Sedulur Sandi Uno Magelang, dan Sahabat Sandi Uno Garut. Terakhir adalah aksi Deklarasi Majelis Sang Presiden yang mendukung Anies Baswedan.

Apapun itu, Jokowi masih tetap menjadi magnet politik Indonesia. Sebab itu banyak yang masih mengkritisi hingga menghina presiden meskipun masa jabatannya akan segera berakhir. Dampak dukungan dari Jokowi akan memudahkan calon presiden menduduki RI 1 di tahun 2024.

Politik 2024 Jokowi bukan lagi menjadi aktor, melainkan akan duduk sebagai sutradara yang bisa memainkan drama, menciptakan konflik, menyusun alur sesuai keinginannya. Ia akan menjadi konduktor yang diikuti banyak tokoh politik.

Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto
Esais. Penggagas Komunitas Seniman NU. Alumni Mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.