Selasa, Maret 19, 2024

Kolaborasi Revolusi Mental dan Revolusi Industri 4.0

Kemal Hidayah
Kemal Hidayah
Analis Kebijakan Puslatbang KDOD LAN RI

Usia Indonesia pada tahun ini akan memasuki usia yang ke 74 tahun. Namun demikian, semakin banyak persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia diantaranya rendahnya daya saing bangsa, kemiskinan, kesenjangan serta berbagai persoalan lain yang tersebar diberbagai sektor.

Hal tersebut, disebabkan oleh cara memahami dan berpikir yang kurang tepat atau faktor mental yang kurang baik. Kemajuan teknologi dan modernisasi diberbagai bidang telah menggerus sebagian nilai-nilai moral peninggalan nenek moyang.

Saat ini Indonesia sudah memasuki era industri yang dikenal dengan era digitilasisasi di berbagai sektor kehidupan. Para pakar menyebut ini sebagai eranya revolusi industri 4.0. Perubahan dinamika laju pergerakan yang semula tersentralisasi bahwa manusia sebagai subyek vital dalam tumbuh dan berkembangnya denyut nadi perekonomian telah mengalami pergeseran secara perlahan tetapi nantinya bakal tergantikan oleh otomatisasi mekanis dan digitalisasi teknologi dalam menggerakan roda perekonomian.

Perkembangan cepat dari teknologi ini ditandai dengan terciptanya robotic artificial intelegency, super-computer, dan modifikasi genetik saat ini telah menciptakan suasana dunia yang sangat berbeda dari dunia sebelumnya. Konsekuensi logisnya dan harus ditanggung bersama-sama adalah perubahan dan pergeseran jenis tenaga kerja di era sekarang (zaman now) dan mendatang.

Pemandangan pergantian dan pergeseran banyaknya tenaga kerja disektor padat karya mulai digantikan oleh otomatisasi dan digitilasi mesin sudah ada disekitar kita dan masuk ke pelosok-pelosok desa dimana sebagai tempat komunal ketersediaan tenaga kerja.

Dapat dikatakan revolusi indusri ini bagaikan dua mata sisi uang. Satu sisi, mempunyai nilai yang positif untuk produktivitas hasil kerja dan efesiensi proses produksi. Sementara dilain sisi, kompetitifnya dunia kerja yang berujung banyaknya tenaga kerja yang tidak terpakai akan menjadi masalah sosial serius bagi pilar stabilitas politik atau ekonomi sebuah negara.

Menerima perubahaan sebagai keniscayaan hidup harus diikuti dengan mempersiapkan diri menghadapi perubahan tersebut dengan cara mengembangkan diri dan meningkatan kompetensi diri melalui sinergisitas revolusi industri 4.0 dengan revolusi mental.

Pada konteks ini revolusi mental merupakan perubahan sistem nilai yang berlaku pada masyarakat yang menjadi panutan berperilaku serta bagian dari perubahan kebudayaan. Oleh karena itu, perubahan mentalitas masyarakat akan sangat dibutuhkan untuk dapat menjadi bagian dari memajukan bangsa Indonesia ditengah kompetisi global yang semakin kompetitif.

Merubah pola pikir (mindset) dan mentalitas yang kuat bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Karena menyangkut persoalan kebiasaan yang telah menjelma menjadi budaya, maka perlu perubahan secara cepat dan bersifat menyeluruh dilakukannya revolusi mental. Secara subtansi paradigma revolusi mental adalah pandangan baru tentang perubahan besar dalam struktur mental manusia dalam membangun mentalitas yang baik.

Saat ini dunia sedang ramai menghadapi fenomena disrupsi, situasi dimana pergerakan dunia industri atau persaingan dalam dunia kerja tidak lagi linear. Perubahannya sangat cepat dan dinamis, sampai merubah pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru. Disrupsi menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi yang lebih inovatif dan disruptif. Cakupan perubahannya sangat luas mulai dari dunia perbankan, bisnis, transportasi, pendidikan, hingga sosial masyarakat.

Era ini akan memberikan dua pilihan berubah atau punah. Fenomena tersebut merupakan suatu yang tidak bisa dihindarkan, namun menjadi peluang baru sehingga Indonesia perlu mempersiapkan diri. Basis dari era ini adalah digitalisasi dengan menggunakan analisa data menyeluruh sehingga diperlukan literasi baru selain literasi lama.

Literasi lama yang kita ketahui mencakup kompetensi dengan sistem membaca, menulis dan berhitung, sementara literasi baru mencakup literasi teknologi, literasi data, dan literasi manusia. Literasi teknologi terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin. Aplikasi teknologi dan bekerja berbasis produk teknologi untuk mendapatkan hadil maksimal.

Sedangkan, literasi data ini terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi berpikir berbasis data dan informasi (big data) yang telah diperoleh. Terakhir, literasi manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Secara obyektif tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi industri terkini menyimpan beragam keuntungan dan tantangan besar yang harus dihadapi bagi setiap entitas diri yang terlibat didalamnya. Berdasarkan informasi dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, sudah lebih 85 juta penduduk Indonesia menggunakan jaringan internet.

Disinilah Indonesia mempunyai peluang dalam e-commerce dan pengembang ekonomi digital. Pada era ini potensi Indonesia lebih besar kepada dunia. Indonesia merupakan empat negara besar dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta penduduk yang terdiri dari multikultural dan terbagi pada daerah kepulauan yang terpisah jarak, ruang dan waktu. Jumlah penduduk yang besar ini dan mayoritas penduduknya ada pada rentang usia 15-64 tahun, dimana usia tersbut disebut usia produktif.

Besarnya jumlah penduduk walau dengan struktur proporsi usia produktif juga dapat menjadi ancaman jikalau kualitas penduduknya masih relatif rendah sehingga berdampak pada pasar tenaga kerja di tengah perubahan orientasi memenangkan pasar dan sikap budaya instan.

Indonesia bisa melakukan lompatan jauh dan menjadi pemain dalam revolusi industri jika pembangunan manusia dilakukan melalui revolusi mental. Terdapat kata-kata bijak, pengalaman adalah guru terbaik. Belajar dari pengalaman negara-negara maju dengan memajukan pendidikan karakter bangsa, maka bangsa tersebut akan maju pula dalam ilmu pengetahuannya, budaya dan teknologi.

Kunci keberhasilan memasuki revolusi industri 4.0 adalah melalui revolusi mental demi perbaikan karakter bangsa. Mengutip kata-kata mutiara dari bahasa arab “man jaddah wa jaddah” barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Revolusi industri ini bukan sebuah peristiwa masa yang datang tetapi sebuah masa yang sedang berjalan.

Kemal Hidayah
Kemal Hidayah
Analis Kebijakan Puslatbang KDOD LAN RI
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.