Senin, Mei 5, 2025

Ketidakpastian Opini Publik, Antara Keyakinan dan Ambivalensi

Karunia Kalifah Wijaya
Karunia Kalifah Wijaya
Laki-laki kelahiran 13 Maret 1997 yang berasal dari sebuah kabupaten kecil yang terletak di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, ruang di mana perjalanan intelektual dan spiritual saya terus berkembang. Lebih dari sekadar mahasiswa, saya adalah seorang pembelajar yang terinspirasi oleh filosofi dan gagasan luhur Ki Hadjar Dewantara. Pemikiran beliau tentang pendidikan dan kemanusiaan menjadi kompas hidup saya, memandu setiap langkah dalam memahami jiwa manusia dan mencari makna dalam kehidupan.
- Advertisement -

“Lebih baik ragu-ragu daripada salah melangkah, atau lebih baik yakin meski tersesat?” Pernyataan ini mungkin terdengar seperti dilema filosofis yang biasa ditemukan dalam diskusi filsafat, tetapi dalam ranah opini publik, pertanyaan ini memiliki implikasi yang sangat nyata. Di era digital yang sarat dengan arus informasi yang cepat dan deras, opini masyarakat terhadap isu-isu sosial dan politik tampak semakin dinamis, bahkan terkadang berubah secara drastis dalam waktu singkat. Namun, apakah perubahan ini benar-benar mencerminkan evolusi pemikiran yang mendalam, atau justru mencerminkan ketidakstabilan opini yang dangkal?

Dalam diskursus psikologi sosial, stabilitas opini bukan sekadar perkara seberapa kuat seseorang mempercayai suatu gagasan, tetapi juga bergantung pada tingkat ambivalensi yang melandasi keyakinan tersebut. Ambivalensi, atau keadaan di mana seseorang memiliki perasaan yang bercampur antara positif dan negatif terhadap suatu isu, sering kali menjadi faktor utama yang membuat opini seseorang rentan berubah. Namun, menariknya, bukan hanya ambivalensi yang menentukan stabilitas opini, tetapi juga seberapa yakin individu terhadap opini tersebut.

Fenomena ini menciptakan paradoks yang menarik, ketika seseorang memiliki opini yang ambivalen tetapi sangat yakin terhadapnya, mereka justru lebih mungkin mengalami perubahan sikap dibandingkan dengan mereka yang memiliki opini yang lebih konsisten. Ini menunjukkan bahwa keyakinan yang kuat bukanlah jaminan dari kestabilan opini, tetapi justru bisa menjadi faktor yang mempercepat perubahan opini ketika berhadapan dengan informasi baru. 

Ambivalensi dan Kepastian (Dua Sisi Mata Uang dalam Opini Publik)

Ambivalensi terjadi ketika seseorang memiliki pemikiran atau perasaan yang bertentangan terhadap suatu isu, seperti dalam debat hukuman mati di satu sisi dianggap efektif mengurangi kejahatan, namun di sisi lain melanggar hak asasi manusia. Kontradiksi ini membuat individu lebih mudah mengubah pendapatnya bergantung pada konteks atau informasi baru. Namun, perubahan opini tidak hanya dipengaruhi oleh ambivalensi, tetapi juga oleh kepastian yakni sejauh mana seseorang yakin terhadap pendapatnya. Individu dengan kepastian tinggi cenderung lebih resisten terhadap perubahan, kecuali jika opininya juga ambivalen.

Menariknya, individu yang sangat yakin tetapi ambivalen justru lebih rentan mengubah pendapatnya. Dalam upaya mencari informasi yang menguatkan pandangannya, mereka bisa menemukan bukti yang berlawanan, sehingga mendorong perubahan sikap drastis. Ini menunjukkan bahwa kepastian hanya memperkuat stabilitas opini jika opini tersebut tidak ambivalen. Jika yakin tetapi bercabang, individu justru lebih terbuka terhadap perubahan ketika dihadapkan pada informasi yang menggugah pemikirannya.

Ketika Keyakinan yang Salah Justru Diperkuat

Dalam dunia yang semakin terkoneksi melalui media sosial, polarisasi opini menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan. Setiap hari, miliaran orang di seluruh dunia mengakses berita, berbagi pendapat, dan terlibat dalam diskusi daring mengenai berbagai isu sosial, politik, dan ekonomi. Namun, alih-alih menciptakan ruang diskusi yang sehat dan produktif, media sosial justru sering kali menjadi medan perang opini yang penuh dengan bias konfirmasi dan disinformasi.

Salah satu faktor yang memperburuk situasi ini adalah bagaimana algoritma media sosial bekerja. Algoritma dirancang untuk menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi dan keyakinan pengguna, yang pada akhirnya menciptakan echo chambers (ruang gema), di mana seseorang hanya terpapar pada opini yang sejalan dengan keyakinannya. Bagi individu yang memiliki opini ambivalen tetapi sangat yakin terhadapnya, fenomena ini menjadi semakin berbahaya.

Bayangkan seseorang yang memiliki pandangan ambivalen tentang kebijakan energi terbarukan. Mereka mungkin meyakini bahwa energi terbarukan adalah solusi yang baik untuk mengatasi perubahan iklim, tetapi mereka juga khawatir bahwa kebijakan ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Jika individu ini sangat yakin terhadap opininya, mereka akan mencari informasi yang mendukung salah satu sisi dari pendapat mereka.

Dalam prosesnya, mereka mungkin terperangkap dalam echo chamber yang hanya menyajikan informasi dari satu sisi, sehingga opini mereka dapat berubah secara drastis dalam waktu singkat, bukan karena pemikiran yang lebih matang, tetapi karena manipulasi informasi yang mereka konsumsi.

Apakah Kepastian Justru Dapat Memperkuat Stabilitas Opini?

Sebagian pihak berpendapat bahwa kepastian dalam opini justru menjadi faktor yang membuat seseorang lebih tahan terhadap perubahan. Pendekatan ini banyak digunakan dalam kampanye politik dan strategi pemasaran, di mana individu didorong untuk semakin yakin terhadap pandangan mereka melalui propaganda atau informasi yang berulang-ulang.

- Advertisement -

Namun, argumen ini hanya berlaku jika opini yang diyakini tersebut tidak ambivalen. Ketika seseorang memiliki opini yang tidak bercabang dan yakin terhadapnya, maka kemungkinan besar opini tersebut akan tetap stabil. Tetapi, ketika ada ambivalensi yang mendasari opini tersebut, kepastian justru bisa menjadi faktor yang mempercepat perubahan opini. Hal ini karena individu yang yakin akan cenderung mencari informasi untuk mengonfirmasi keyakinan mereka, tetapi dalam proses tersebut justru bisa menemukan bukti yang membuat mereka mempertanyakan kembali opini mereka.

Membangun Opini Publik yang Kritis di Era Informasi

Di era informasi yang serba cepat, penting bagi masyarakat untuk tidak hanya memiliki keyakinan yang kuat, tetapi juga memahami bagaimana ambivalensi dapat memengaruhi cara mereka berpikir dan merespons informasi. Literasi media dan pendidikan politik menjadi elemen kunci dalam membantu individu mengelola informasi dengan lebih kritis, sehingga mereka tidak mudah terseret oleh arus opini yang berubah-ubah tanpa dasar yang kuat.

Ketidakstabilan opini publik bukan hanya disebabkan oleh kurangnya informasi, tetapi juga oleh interaksi kompleks antara ambivalensi dan kepastian. Di era digital yang semakin terfragmentasi, tantangan terbesar adalah bagaimana membangun opini yang lebih stabil, kritis, dan berorientasi pada pencarian kebenaran. Maka, alih-alih bertanya siapa yang lebih berbahaya, orang yang ragu-ragu atau yang terlalu yakin. Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah bagaimana kita bisa membangun opini publik yang lebih cerdas, reflektif, dan tahan terhadap manipulasi informasi?

Karunia Kalifah Wijaya
Karunia Kalifah Wijaya
Laki-laki kelahiran 13 Maret 1997 yang berasal dari sebuah kabupaten kecil yang terletak di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, ruang di mana perjalanan intelektual dan spiritual saya terus berkembang. Lebih dari sekadar mahasiswa, saya adalah seorang pembelajar yang terinspirasi oleh filosofi dan gagasan luhur Ki Hadjar Dewantara. Pemikiran beliau tentang pendidikan dan kemanusiaan menjadi kompas hidup saya, memandu setiap langkah dalam memahami jiwa manusia dan mencari makna dalam kehidupan.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.