Minggu, Desember 8, 2024

Kenali Logical Fallacy, Hindari Sesat Berpikir Saat Berargumen

Indah Kresna
Indah Kresna
Tim Penulis lia s. Branding & Design | Branding, Design, Education, Copywriting, Creative Industry, Communication, Media, Brand Display, Multimedia
- Advertisement -

Adu argumen kini bisa terjadi kapan saja, dimana saja. Penggunaan media sosial yang semakin masif membuat siapa saja dapat dengan “bebas” mengemukakan opini dan argumennya. Untuk sekadar mempertahankan argumen, tidak jarang seseorang tidak dapat berpikir secara logis sehingga menimbulkan kesesatan berpikir atau yang disebut dengan logical fallacy.

Logical fallacy atau sesat pikir adalah penggunaan alasan yang tidak valid atau salah saat berargumen. Kesalahan dalam berargumen ini muncul karena proses penalaran yang salah, tidak logis, atau tidak valid, sehingga argumen yang dikemukakan pun menjadi salah. Dalam penyampaiannya, hasil logical fallacy ini mampu terlihat seperti argumen yang benar dan kuat selama kesalahan tersebut belum disanggah. Terlihat keren, memang, jika lawan bicara Anda tidak menyadarinya. Namun jika lawan bicara atau audiens lebih menguasai topik tersebut, argumen Anda bisa membawa Anda ke posisi yang lebih sulit

Jenis-Jenis Logical Fallacy

 Untuk menghindari ketersesatan dalam berpikir dan harus malu di depan umum karena argumen Anda tidak valid, mari kenali berbagai jenis logical fallacy di bawah ini;

1. Ad Hominem

Ad hominem adalah ketika seseorang menyerang sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan topik pembahasan. Biasanya, bentuk serangan ini adalah serangan personal yang menyerang terhadap situasi kehidupan lawan argumennya (bentuk tubuh, gaya berpakaian, sifat, keadaan finansial, dan lain-lain) dan bukannya menyerang argumen atau topik pembahasan yang seharusnya.

2. Appeal to Popularity

Logical fallacy ini melibatkan persepsi masyarakat akan hal yang dianggap benar oleh sebagian besar masyarakat. Padahal bisa saja, argumen tersebut tidak memiliki logika maupun bukti pendukung yang kuat.

3. False Dilemma

False dilemma adalah ketika seseorang mengaitkan dua pilihan yang salah, yang tidak memiliki hubungan sama sekali akan validitas argumen yang ingin didukung maupun dilawan.

4. Straw Man

- Advertisement -

Logical fallacy ini terjadi ketika seseorang meringkas argumen orang lain secara salah. Dengan membuat ringkasan tersebut, bisa saja menghilangkan ide atau gagasan asli dari argumen pertama yang diringkas — sehingga akhirnya akan terjadi kesalahpahaman.

5. Circular Argument

Seperti namanya, circular argument adalah ketika seseorang menyampaikan pendapatnya dengan cara berputar-putar, terus mengulang argumen-argumen yang sebelumnya telah disampaikan — hingga pada akhirnya tidak jelas inti dari argumen yang disampaikan.

6. Slippery Slope

Slippery slope adalah ketika seseorang berargumen mengenai sebab-akibat, tapi logical step di antara kedua tidak berkaitan satu sama lain. Misalnya, seseorang membuat post mengenai bencana yang berada di kota A. Lalu, ada orang yang berkomentar mengenai mengapa dia hanya peduli dengan bencana yang terjadi di kota A, dan tidak di kota B, C, dan D juga — yang tentu saja sangat tidak logis, karena subjek yang ingin diperhatikan oleh masing-masing individu tentulah berbeda satu sama lain.

7. Overgeneralization

Logical fallacy ini adalah ketika seseorang menarik kesimpulan akan sesuatu yang terjadi berdasarkan sampel yang sedikit, atau sampel yang tidak bisa mewakili semua populasi secara adil. Misalnya, “Cowok itu pasti selingkuh.” Hanya karena ia mengenal seseorang, yang bergender laki-laki, dan selingkuh. Tentu saja, satu sampel tersebut tidak bisa mewakili seluruh populasi.

8. Red Herring

Red herring adalah ketika seseorang menggunakan pengalih perhatian atau fokus utama dari topik pembicaraan awalnya, meskipun topik pengalih tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan fokus awal pembicaraan.

9. Burden of Proof Reversal

Merupakan logical fallacy, di mana seseorang membebankan keharusan untuk membuktikan yang ia utarakan terhadap lawan bicaranya. Padahal harusnya dialah yang membuktikan hal tersebut. Misalnya, A berkata bahwa B telah mencuri barangnya. B, tidak merasa mencuri barang milik A tentu saja menolak. A, kemudian nyolot, bahwa bila B benar tidak mencuri barang milik A, maka ia harus menyediakan bukti bahwa ia tidak melakukan hal tersebut.

Nah itu dia kesembilan jenis dari logical fallacy. Cukup banyak, serupa tapi tak sama. Semoga dengan mengenali jenis logical fallacy di atas dapat menjauhkan Anda untuk berargumen yang tidak valid lagi, ya. Pelajari selengkapnya dalam WHITESPACE melalui Youtube atau IG TV!

Indah Kresna
Indah Kresna
Tim Penulis lia s. Branding & Design | Branding, Design, Education, Copywriting, Creative Industry, Communication, Media, Brand Display, Multimedia
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.