Bulan agustus selalu berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Karena bulan ini begitu spesial bagi masyarakat Indonesia. Gedung, rumah, dan jalan-jalan yang kita temui disetiap penjuru tanah air dihiasi bendera merah putih.
Upacara, tirakatan, perlombaan menjadi hal yang tidak pernah absen dibulan ini. Karena pada bulan ini, bangsa Indonesia berdiri tegak sebagai negara yang merdeka. Bulan agustus menjadi awal berdirinya negara yang bernama Indonesia, tepatnya 17 agustus 1945. Sudah 75 tahun pemimpin bangsa Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan bahwa rakyat Indonesia sudah merdeka dan sejajar dengan bangsa lain.
Diawal kemerdekaan, Belanda datang dengan agresi militer untuk menjajah kembali. Peristiwa ini mengingatkan kita atas perjuangan rakyat yang direnggut kebebasannya oleh penjajah. Semboyan; “Merdeka atau Mati” dikobarkan oleh Bung Tomo menjadi penyemangat rakyat yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi bangsa. Merdeka bukan hanya kata, tapi ghiroh bahwa tanah dan kebebasan manusia direbut oleh bangsa lain.
Dalam merayakan kemerdekaan, rakyat biasanya mengisi dengan berbagai cara. Suka-cita perayaan hari kemerdekaan ditengah masyarakat yang sering diisi dengan perlombaan dan teater bernuansa perjuangan tidak pernah absenkemerdekaan. Perlombaan seperti balap karung, sepakbola sarung, makan kerupuk, dll menjadi ajang untuk silaturahmi dan meluapkan kegembiraan bahwa rakyat Indonesia sudah merdeka.
Namun kali ini perayaan kemerdekaan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena Indonesia sedang mengalami pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya. Selama pagebluk, kita diharuskan untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan menjaga jarak fisik (physical distancing) dari orang lain. Hal ini sangat penting guna mengurangi resiko penularan dan memutus mata rantai penyebaran pagebluk Covid-19.
Hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk memperingati 75 tahun kemerdekaan. Perayaan yang biasanya dilakukan secara langsung (bertemu fisik), kali lebih banyak dialihkan secara virtual namun tidak mengurangi substansi dari perayaan kemerdekaan.
Kalau ditilik dari sejarah, Indonesia pernah mengalami masa pagebluk yang mirip seperti Covid-19. Sekitar tahun 1918 saat mewabahnya pagebluk Flu Spanyol. Suatu virus yang melanda dunia dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang banyak.
Dalam hal ini, pemerintah harus belajar dari sejarah. Kebijakan yang diputuskan dapat memotong rantai penyebaran virus. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus disiplin dalam menjaga jarak (Social Distancing). Penanganan dari pemerintah pun perlu ditingkatkan lagi agar dapat menekan angka positif dan mempercepat angka kesembuhan Covid-19. Memang tidak mudah dalam menghadapi pagebluk Covid-19. Terlebih sampai saat ini belum tersedianya vaksin yang dapat menyembuhkan dari virus tersebut.
Hal yang dapat kita dilakukan untuk merdeka dari Pandemi ini adalah melakukan hidup sehat misalnya dengan rajin mencuci tangan, menggunakan masker/face shield ketika beraktivitas di luar rumah, meminimalisir berkumpul atau berada di tengah kerumunan, makan makanan yang sehat dan bergizi,
Peringatan ke-75 Kemerdekaan RI hendaknya menjadi ajang pembelajaran dari para pendiri bangsa yang telah mewariskan spirit kebersamaan, gotong royong, ketangguhan, dan daya adaptasi yang telah teruji dalam menggapai kemerdekaan.
Indonesia adalah bangsa tangguh, yang tidak pernah luntur perjuangannya melawan musuh negara. Kalau penjajah saja bias kita lawan, harusnya covid-19 juga bias diusir dari bumi pertiwi. Semua ini dapat menjadi modal bangsa untuk bangkit dari keterpurukan.
Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 75. Semakin jaya dan maju. Merdeka…!!!
