Sabtu, Desember 7, 2024

Kelahiran Sastra Indonesia

Dinniaty Dinni
Dinniaty Dinni
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Advertisement -

Selama ini kita hanya mengetahui dan menikmati beberapa karya sastra dari para sastrawan yang populer dan sering kali kita dengar bahkan kita temukan pada pelajaran bahasa Indonesia ketika kita masih berada di bangku sekolah dahulu. Ada beberapa sastrawan populer yang namanya sering didengar seperti Chairil Anwar, Wisran Hadi, Sapardi Djoko Damono dan lain-lainnya. Namun, kita berpikir kapan sebuah sastra lahir? Lebih tepatnya, kapan kesusastraan Indonesia lahir?

Sebagai seorang yang tertarik akan bidang sastra ataupun sebagai seorang penikmat karya sastra hendaknya kita lebih bisa mengkritis masalah-masalah kecil dan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang bisa saja timbul seperti ini dengan berpikir logis.

Kelahiran sastra Indonesia merupakan bagian dari sebuah sejarah sastra yang tentunya sejarah tersebut terjadi di Indonesia. Sampai saat ini penentuan awal kelahiran sastra Indonesia serta tolak ukur suatu karya disebut sebagai sastra Indonesia masih menjadi polemik. Sejauh ini para pengamat dan akademisi sastra memiliki pertimbangan yang berbeda sehingga menghasilkan berbagai pendapat yang berbeda pula mengenai kelahiran sastra Indonesia.

Manfaat penulisan artikel ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kelahiran sastra Indonesia.

Pengertian Sastra

Sastra adalah sebuah istilah yang sering kali disebutkan dan banyak diperbincangkan seiring dengan perkembangannya dari zaman ke zaman. Tak jarang sastra juga dianggap sebagai sesuatu yang fiktif dan imajinasi. Sastra adalah hasil kegiatan kreatif yang menjelma dalam tulisan atau bahasa tulis yang mencerminkan peristiwa kehidupan masyarakat.

Sastra hakikatnya merupakan sebuah gejala universal yang tidak selalu ditanggapi secara sama sehingga interpretasinya tergantung dari mana sudut pandang yang digunakan oleh penikmatnya dalam memahami sebuah karya sastra. Pada hakikatnya ilmu sastra memiliki sifat intersubjektif yaitu selagi pendapat tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan diterima, maka pendapat tersebut dianggap “benar”. Hal inilah yang menyebabkan perumusan kesejarahan sastra yang begitu panjang dan penentuan awal lahirnya sastra Indonesia menjadi sedikit rumit.

Kelahiran Sastra Indonesia

Awalnya pada tahun 1920, salah satu aktivitas dari pelaksanaan politik etis oleh Belanda diwujudkan dengan didirikannya beberapa sekolah. Hal inilah yang mendasari terbentuknya suatu badan yang bertugas menerbitkan buku-buku yang baik untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Disisi lain, badan ini mengusahakan perpustakaan yang ditempatkan di sekolah-sekolah rakyat. Badan ini juga yang diperluas dan diperbesar seiring dengan banyaknya tamatan sekolah yang memerlukan bahan-bahan bacaan, dan badan ini disebut dengan nama Balai Pustaka.

Suatu hal yang menambah keyakinan bahwa Balai Pustaka merupakan awal dari lahirnya sastra Indonesia adalah pada masa penjajahan setelah Belanda, tepatnya kependudukan Jepang (1942-1945) Balai Pustaka masih tetap ada meski menggunakan nama lain yaitu Gunseikanbo Kokumin Tosyokyoku yang artinya Biru Pustaka Rakyat Pemerintah Militer Jepang.

Hadirnya Balai Pustaka ini telah membuka hati penulis-penulis untuk memperlihatkan hasil karyanya yang sebelumnya menggunakan bahasa daerah kemudian beralih ke bahasa Indonesia sebagai ungkapan rasa bangga berbangsa Indonesia. Selain itu, hal ini telah membuka semangat, pikiran, dan kesadaran para penulis untuk mempersatukan daerah-daerah demi keutuhan bangsa Indonesia.

Selain menjadi tonggak lahirnya sastra Indonesia, pada masa Balai Pustaka pula karya-karya masterpiece dilahirkan. Hal ini terbukti dari beberapa karya Balai Pustaka yang mengalami pencetakan ulang dan penerbitan kembali. Diantara beberapa karya sastra tersebut  roman Azab dan Sengsara karangan Merari Siregar mengalami cetak ulang ke -10 tahun 1992, roman Kalau Tak Untung karangan Selasih yang mengalami cetak ulang ke -12 tahun 1992, roman Atheis karangan Achdiat K. Mihardja yang mengalami cetak ulang ke -28 tahun 2006, novel Bukan Pasar Malam karangan Pramoedya Ananta Toer yang dinyatakan terlarang pada tahun 1966 dan diterbitkan kembali oleh Bara Budaya tahun 1999 dan Lentera Dipantara tahun 1994, dan roman Surapati karangan Abdul Moeis mengalami cetak ualang ke-10 tahun 1995.

- Advertisement -

Sastra Indonesia secara umum dibagi menjadi Sastra Indonesia lama dan Sastra Indonesia Baru. Sastra Indonesia Lama adalah periode sastra yang dimulai pada masa prasejarah (sebelum suatu bangsa mengenal tulisan).

Tetapi, dikatakan bahwa Sastra Indonesia Lama muncul bersamaan dengan adanya peradaban bangsa Indonesia. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Kebangkitan Nasional (1908), masa Balai Pustala (1920) dan masa munculnya Bahasa Indonesia (1928). Ada juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia Lama berakhir pada masa Balai Pustaka.

Sementara itu, Sastra Indonesia Baru ditandai dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai cerminan perasaan, ide, dan pikiran manusia dalam hubungannya dengan sastra bahasa menggambarkan suatu tindakan dalam pikiran yang disajikan dengan penuh imajinasi. Sastra Indonesia Baru (modern) lahir bersamaan dengan adanya nasionalisme Indonesia. Sastra Indonesia Baru menurut beberapa ahli, dimulai dari munculnya roman-roman terbitan Balai Pustaka tahun 1900-an.

Menurut Andi Teeuw, Sastra Indonesia lahir pada tahun 1920. Pada waktu itu para pemuda Indonesia untuk pertama kalinya menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat tradisional setempat dan menuangkan dalam bentuk sastra. Lalu A. Teeuw menegaskan pendapat lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit novel Mirari Siregar yang berjudul Azab dan Sengsara.

Jadi, kelahiran kesusastraan Indonesia berawal pada tahun 1920 melalui suatu badan yang diberi nama Balai Pustaka. Sastra Indonesia dibagi menjadi Sastra Indonesia lama yang dimulai pada masa prasejarah dan Sastra Indonesia Baru yang ditandai dengan digunakannya bahasa Indonesia.

Daftar Pustaka

Ariatamulucky, Awal Kelahiran dan Karakteristik Sastra Indonesia. http://ariatamilucky-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-102409-Sastra%20Indonesia Awal%20Kelahiran%20dan%20Karakteristik%20Sastra%20Indonesia.html (diakses pada Rabu, 23 Maret 2022 pukul 19.01 WIB.

Suprapto, Edy dan Apri Kartikasari Hs, Kajian Kesusastraan Sebuah Pengantar. Jawa Timur: CV. AE Media Grafika. 2018.

Dinniaty Dinni
Dinniaty Dinni
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.