Jumat, April 26, 2024

Kekuasaan Jangan Membuat Kita Saling Curiga

Agus Buchori
Agus Buchori
Saya seorang arsiparis juga pengajar yang menyukai dunia tulis menulis, berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Kabupaten Lamongan tepatnya Desa Paciran

Dalam hidup dikenal tiga macam cobaan yang lazim dikenal dengan istilah tiga TA: Harta, Wanita, dan Tahta. Namun, di antara ketiga itu, yang paling berbahaya dan paling menggoda adalah “Ta” yang terakhir yaitu Tahta atau Kekuasaan. Kekuasaan inilah yang mempermudah seseorang ataupun golongan untuk mendapatkan dua Ta yang sebelumnya yaitu Harta dan Wanita.

Dalam setiap perebutan kekuasaan kita bisa mengambil pelajaran dari masa lampau bagaimana kekuasaan diperebutkan hingga melupakan sanak saudara bahkan tak jarang sampai menumpahkan darah. Kini, di zaman modern ini perebutan kekuasaan memang tak lagi berdarah darah seperti zaman baheula. Ada mesin mesin politik yang menjadi sarananya untuk mendapatkan kekuasaan itu.

Kita sebagai negara yang berbhineka tunggal ika yang sudah banyak mengalami kerugian sejak zaman kolonial hanya karena kita berbeda dan dimanfaatkan oleh para penjajah dengan mengadu dombanya.

Melihat gejala  pilpres kali ini  tentunya saya berfikir apakah harus saling curiga dan membenci sehingga kita akan diketawakan oleh orang asing bagaimana kita begitu mudah di panas panasi untuk saling memusuhi keluarga sendiri hanya karena kita mabok kekuasaan.

Isu-isu SARA sering mewarnai setiap event pemilihan pemilihan umum  terutama di daerah yang majemuk kondisi sosial budayanya. Harusnya, kita menyadari bahwa tujuan kita bernegara adalah hidup bersama, bahagia bersama, dan makmur bersama, tanpa ada yang mendominasi karena kita mempunyai konstitusi yang disepakati bersama.

Terlepas dari keinginan keinginan golongan, harusnya keinginan berkuasa jangan sampai menjadikan kita lupa diri meski berkuasa itu menyenangkan bagi yang rakus kekuasaan. Siapapun penguasa harusnya selalu waspada agar tidak tergelincir dalam godaan Harta dan Wanita.

Banyak sekali pendapat yang saling menyudutkan Capres. Dan kebanyakan pendapat itu memang berasal dari orang orang berafiliasi ke partai tertentu. Jarang sekali kita temukan terutama di media sosial  yang berpendapat positif pada sosok kedua capres  ini. Meski tak lepas dari isyu isyu kontroversial bahkan cenderung SARA namun publik harusnya bisa meminimalkan tindakan mengumbar sisi kepribadian kedua capres.

Apapun yang publik lihat dari kedua sosok capres saat debat harusnya membuat berfikir dewasa bagaimana mereka berdua saling puji di acara tersebut.  Hal  tersebut, adalah contoh baik untuk konstituen, sebuah sikap yang  jarang  dilakukan atau dimiliki seorang pejabat publik.

Memang tak selalu sempurna karakter yang dimiliki seseorang, tapi dalam melayani publik,  ketegasan, kejujuran, dan keterbukaan adalah sikap yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat yang dipimpinnya. terlepas dari apa latar belakang sosok tersebut.

Banyak ketakutan ketakutan yang tidak beralasan yang kebanyakan dilakukan oleh intelektual dari partai partai atau dari pihak pihak yang merasa harus memenangkan dengan segala cara demi kepentingan golongannya.

Terlepas dari benar tidaknya pendapat pendapat tentang kedua capres baik yang positif maupun yang negatif tentunya para  pemilih bisa bersikap mana mana yang benar dan tidak tentang sosok yang sudah menjadi pemimpinya itu. Apa saja yang pernah ia perbuat buat sebelumnya hendaknya menjadi acuan mereka. Stop Isyu SARA dalam kampanye karena kita adalah Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika.

Biar bagaimanpun,pemilih tetap yang paling menentukan dalam setiap event pemilihan presiden. Yang penulis harapkan dari partai partai peserta Pemilu  adalah bimbinglah para pemilih dengan sikap bijak berpolitik bukan malah memanasinya dengan menebar kebencian, itulah demokrasi.

Tak perlu lagi saling curiga hanya karena ingin berkuasa karena saya meyakini bahwa niat tulus tidak akan dilakukan dengan jalan menjelek jelekan orang lain. Karena hanyalah si bodoh yang meyakini bahwa jalan tercepat memperoleh simpati adalah dengan jalan menjelek-jelekan orang lain. Raihlah kekuasaan dengan cara yang bijaksana jangan saling curiga supaya kekuasaan itu bisa menjadi berkah buat sesama.

Agus Buchori
Agus Buchori
Saya seorang arsiparis juga pengajar yang menyukai dunia tulis menulis, berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Kabupaten Lamongan tepatnya Desa Paciran
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.