Minggu, November 24, 2024

Kekerasan di Sekolah, Salah Siapa?

Joelinus Hidayat
Joelinus Hidayat
I'm a college student that concern about political and social problems that occur in the society.
- Advertisement -

Lembaga pendidikan yang seharusnya ideal untuk mendidik siswa malah tidak melakukan tugasnya dengan benar. Dilansir dari website kpai.go.id kasus kekerasan terhadap guru meningkat drastis di tahun 2019 dibanding tahun 2018 yang hanya ada satu. Guru yang seharusnya dihormati siswa juga mengalami tindak kekerasan. Banyaknya kasus kekerasan yang ada ini menggambarkan bahwa ada kesalahan dalam sistem pendidikan ini.

Faktor mendasar yang menyebabkan hal ini terjadi adalah sistem pendidikan di Indonesia yang sudah tidak kompatibel dengan jaman sekarang.

Sistem pendidikan yang menggunakan nilai akademik sebagai acuan keberhasilan seorang siswa atau sebuah lembaga pendidikan akan menciptakan generasi yang memiliki pendidikan karakter rendah. Padahal pendidikan karakter sangatlah penting untuk perkembangan siswa.

Kurangnya pendidikan karakter disaat siswa masih dalam proses transisi menjadi dewasa berdampak pada karakter siswa di kemudian hari. Masa transisi ini atau masa pubertas kerap membuat siswa menjadi pribadi yang menjengkelkan, merasa benar dan tidak mau salah.

Jika pendidikan karakter dan pengendalian emosi tidak diberikan sejak awal, siswa akan sangat sensititif terhadap masukan yang tidak sesuai dengan jalan pikir mereka. Hal ini tentu saja bisa membuat siswa melakukan tindakan kekerasan karena minimnya pendidikan karakter yang didapat.

Siswa bahkan menganggap guru tidak seharusnya memberitahu mana yang benar dan baik untuk dirinya. Guru dianggap sebagai orang yang tujuannya hanya mengajar materi dalam kelas saja, bukan orang yang mengajarkan nilai–nilai kehidupan.

Padahal tugas utama guru bukanlah hanya memberi materi di kelas, melainkan mendidik siswanya. Tidak heran jika siswa kerap merasa guru bukanlah orang yang tepat untuk mendidik karakter mereka, melainkan hanya orang yang mendidik dalam hal akademik saja.

Sistem pendidikan yang berfokus kepada nilai sebagai ajang keberhasilan membuat siswa akan mengukur kemampuan diri dari nilai yang didapat. Nilai – nilai tentang karakter akan memudar dengan adanya sistem seperti ini.

Siswa akan berusaha sekuat tenanga demi mendapat nilai yang baik, dengan apapun caranya. Seringkali siswa dengan sengaja mencontek hanya demi meraih nilai yang bagus. Hal kecil ini merupakan awal dari penurunan karakter siswa, dan akan terus meningkat jika sistem pendidikan di Indonesia masih menggunakan nilai akademik sebagai acuan keberhasilan.

Jika sistem ini terus menerus diberlakukan, siswa akan kehilangan pendidikan karakter yang sangat penting dalam perkembangan anak menuju dewasa. Siswa akan melegalkan hal yang sebenarnya salah dan menganggap hal itu merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Oleh karena itu, masih banyak ditemui kasus kekerasan terhadap guru karena siswa merasa apa yang dilakukannya benar.

- Advertisement -

Pembentukan karakter seharusnya menjadi fokus dalam kesuksesan lembaga pendidikan. Dengan kontrol emosi yang diajarkan dalam sekolah, siswa akan memiliki pengendalian diri sebelum menentukan tindakan yang mereka akan lakukan. Pembenahan terhadap sistem pendidikan perlu dilakukan untuk mengurangi tindakan kekerasan terhadap guru maupun sebaliknya.

Joelinus Hidayat
Joelinus Hidayat
I'm a college student that concern about political and social problems that occur in the society.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.