Bagiku, buku adalah sesuatu yang istimewa. Terlebih buku tersebut memang bacaan yang aku sukai dan sebagai gizi isi kepala. Beberapa kali aku sering kalap tak karuan. Memborong beberapa buku dan lupa diri kalau kantong hanya tinggal satu-dua lembar rupiah berlogo Sukarno-Hatta. Pada kondisi ini, aku tak memikirkan dunia lain, selain membeli buku. Uang makan, bensin, atau sekadar membeli beberapa kaos, kemeja, dan celana tak aku pikirkan. Masa bodoh. Kaos, kemeja, dan celana masih bisa pakai yang lama. Makan bisa berhemat dengan makan secukupnya dan dengan lima ribu rupiah perutku sudah cukup kenyang (walau lidah anyep-anyepan) ditemani tahu-tempe goreng.
Tapi semenjak mencapai purna di kampus, kebiasaan baik ini tak menjadi baik jika berlebihan. Akhirnya, beberapa bulan ini bisa membeli tak terlalu banyak dan sebagian besar terbaca.
Jika buku adalah teman, maka kadang kala ia menyenangkan, di waktu yang lain juga sangat membosankan dan garing.
Nasib bosan itulah yang menimpa buku-buku yang tak aku selesaikan. “Mampus kau dikoyak-koyak bosan,” tiba-tiba bayangan Chairil Anwar datang.
Perlakuan istimewa inilah yang membawaku pada orang-orang yang mencintai buku, menghargai ilmu pengetahuan, dan turut serta membangun peradaban. Di Tanah Mataram inilah, tiga hal tersebut aku dapatkan. Di samping bertemu dengan orang-orang yang mendahulukan otot dari pada isi kepala.
Aku sering marah-marah kepada peminjam yang tak mau mengembalikan bukuku, atau bahkan yang menghilangkannya dan mengaku tidak tahu. Sebab, buku-buku itu diperoleh dengan kesediaan perut kosong dibanding hidup bergelimangan harta dan tahta (tanpa wanita! Bukan muhrim). Kecuali aku mengikhlaskan buku tersebut dan memberikannya. Beberapa buku telah hilang entah kemana dan barangkali menemui ajalnya masing-masing. Beberapa juga si peminjam mungkin sudah lupa dan tiba-tiba hilang ingatan. Tolong camkan ini! Ada tiga hal yang membuatmu tiba-tiba lupa: 1. Mantan kekasih, 2. Hutang, dan 3. Pinjam buku. Maka berhati-hatilah dengan peminjam buku. Terlebih yang suka hutang tapi tidak mau bayar.
Memberikan buku kepada seseorang adalah keistimewaan.
Melalui buku aku menentukan siapa yang benar-benar yang layak istimewakan. Sebagai kawan, sahabat ataupun kekasih.
Yang istimewa layak diberikan dengan sesuatu yang memang istimewa. Asalkan jangan Jogja Istimewa (hotelnya) yang sudah rela menggusur warganya.