Proses transisi dari remaja menuju dewasa awal adalah masa yang penuh tantangan dan sering kali membutuhkan waktu yang lebih panjang dari kita bayangkan. Gangguan kecemasan menjadi salah satu penghambat signifikan dalam proses perkembangan ini, di mana individu dewasa awal mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari dan menarik diri dari lingkungan sosial, meningkatkan pikiran negatif, serta risiko perilaku menyakiti diri hingga ide bunuh diri.
Gangguan kecemasan adalah hal yang umum terjadi pada orang muda. Biasanya terjadi semenjak usia anak-anak dan kemudian menjadi masalah depresi yang berkembang pada usia remaja atau pada dewasa awal (Kalin, 2021). Rasa cemas sering muncul akibat situasi penuh tekanan seperti menghadapi ujian atau melakukan presentasi, yang memicu gejala fisik seperti jantung berdebar, gemetar, dan sesak napas (Siswanto & Krisetya, 2023).
Ketidakmampuan mengatasi stres yang berulang-ulang dapat membuat kecemasan menjadi lebih kronis dan berbahaya (Santoso & Arbi, 2023). Terjadinya Rasa cemas diakibatkan karena adanya respon untuk menghindari kejadian yang ditunjukkan frustasi akibat tidak adanya pujian atau respon positif dari orang lain (PAVIĆEVIĆ, 2019)
Menurut PPDGJ, gangguan kecemasan ditandai dengan rasa cemas, takut, gelisah, dan khawatir yang berlebihan tanpa adanya faktor penyebab yang jelas (Rahmawati, 2022). Pada masa remaja hingga dewasa awal, individu seringkali merasa kesulitan menanggapi perubahan situasi dengan cepat, sehingga merasa tidak mampu menghadapi situasi tertentu. Mereka juga lebih mungkin memikirkan bagaimana mereka dipandang orang lain, perilaku, dan penampilan fisik mereka, yang dapat memunculkan perilaku menghindar dari lingkungan sosial dan isolasi diri (Yli-Länttä, 2020). Padahal, fase ini penting untuk membentuk kemandirian dalam pengambilan keputusan dan memperluas interaksi sosial.
Faktor keluarga sangat mempengaruhi risiko gangguan kecemasan pada individu muda. Anak-anak yang mengalami konflik keluarga, kekerasan, atau penelantaran lebih rentan mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat, dan PTSD. Pengalaman traumatis ini dapat mengganggu perkembangan otak dan keterampilan kognitif, mengakibatkan perilaku impulsif, rendahnya empati, dan buruknya regulasi emosi (Avdibegovi & Brki, 2020; Greene dkk., 2020). Anak-anak dari orang tua yang bercerai sering kali merasa terjebak dalam konflik dan bahkan menyalahkan diri sendiri, yang meningkatkan risiko masalah perilaku dan mental (Suprihatin, 2018 dalam Hasanah, 2019).
Gangguan kecemasan berdampak pada prestasi akademik dan karier anak muda. Remaja yang mengalami kecemasan dan depresi cenderung menghindari aktivitas sekolah dan pekerjaan yang menantang, sehingga prestasi akademik mereka menurun, berisiko putus sekolah, dan enggan melanjutkan pendidikan tinggi (Swan & Kendall, 2016).
Di kota Semarang, beberapa kasus bunuh diri terjadi dalam waktu yang berdekatan, mencakup mahasiswa berusia 20 dan 24 tahun, serta percobaan bunuh diri oleh siswi SMA (Utami, 2023; Pramana, 2023). Gangguan kecemasan yang berat dapat berkembang menjadi depresi, ditandai dengan hilangnya minat, perasaan kosong, dan ide bunuh diri (Siswanto & Krisetya, 2023). Beberapa faktor yang terkait bunuh diri termasuk gejolak depresi, serangan panik, dan ketidakmampuan menghadapi masalah, yang mencerminkan kurangnya dukungan sosial dan pengelolaan stres yang buruk pada individu tersebut (Yusuf, 2023).
Intervensi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) telah terbukti efektif dalam membantu remaja mengatasi kecemasan dengan meningkatkan keterampilan sosial dan mengembangkan pola pikir positif. CBT mampu mengurangi kecemasan, meningkatkan kompetensi sosial, dan memberikan individu rasa kendali yang lebih baik atas diri mereka sendiri, sehingga menurunkan risiko bunuh diri (Wood, 2006; Settipani & Kendall, 2013 dalam Swan & Kendall, 2016; Rahmawati, 2022). Dukungan keluarga yang bersikap empati dan terbuka dalam menerima pendapat remaja juga penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mental yang sehat dan efektif dalam resolusi konflik (Yusuf, 2023).
Dalam menghadapi kecemasan dan depresi pada masa dewasa awal, penting bagi individu untuk menyadari pentingnya kesehatan mental dan berani mencari bantuan saat dibutuhkan. Kesadaran tentang kesehatan mental dapat mencegah perburukan kondisi dan membantu individu mencapai keseimbangan dalam kehidupan sosial, akademik, dan emosional mereka.
Daftar Pustaka
PAVIĆEVIĆ, M. (2019). ANXIETY AND REINFORCEMENT SENSITIVITY IN ADOLESCENTS. ORIGINAL SCIENTIFIC PAPER, 49(1), 227-234. doi:10.5937/ZRFFP49-18622
Siswanto, & Krisetya, M. (2023). Pastoral Konseling dan Kesehatan Mental. PBMR ANDI.
Kalin, N. H. (2021). Anxiety, depression, and suicide in youth. American Journal of Psychiatry, 178(4), 275–279. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2020.21020186
Santoso, D. Y., & Arbi, D. K. A. (2023). Hubungan Antara Kecemasan dan Ide Bunuh Diri Pada Dewasa Awal Dengan Adverse Childhood Experiences. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental, 3(1), 1–10. http://e-journal.unair.ac.id/BRPKM
Rahmawati, R. (2022). Menurunkan gejala kecemasan pada gangguan kecemasan umum dengan Cognitive Therapy. Procedia : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi, 10(4), 103–107. https://doi.org/10.22219/procedia.v10i3.17460
Yli-Länttä, H. (2020). Young people’s experiences of social fears. International Journal of Adolescence and Youth, 25(1), 1022–1035. https://doi.org/10.1080/02673843.2020.1828110
Avdibegovi, E., & Brki, M. (2020). Child Neglect-Causes and Consequences. Psychiatria Danubina, 32(3), 337–342. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33030448/
Hasanah, U. (2019). Pengaruh Perceraian Orang Tua Bagi Psikologis Anak. Jurnal Analisis Gender dan Agama, 2(1), 18–24. https://doi.org/10.31958/agenda.v2i1.1983
Swan, A. J., & Kendall, P. C. (2016). Fear and Missing Out: Youth Anxiety and Functional Outcomes. Dalam Clinical Psychology: Science and Practice (Vol. 23, Nomor 4, hlm. 417–435). Blackwell Publishing Inc. https://doi.org/10.1111/cpsp.12169
Yusuf, N. R. (2023). CEGAH BUNUH DIRI REMAJA: YUK, DETEKSI!. Penerbit Buku Kompas.