Rabu, Mei 8, 2024

Kecemasan di Masa Pandemi

Dewi Yully
Dewi Yully
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat

Saat ini, dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 yang sangat mengkhawatirkan. Hampir semua Negara-negara di Dunia sedang mengalami pandemi covid-19 ini, termasuk Indonesia dan juga penyebaran covid-19 semakin hari semakin meningkat terutama di Indonesia sendiri. Situasi pandemi atau epidemi global berarti menandakan bahwa penyebaran covid-19 sangat cepat.

Covid -19 membuat keadaan yang tiba-tiba kepada mayarakat untuk tidak siap secara fisik maupun mental. Masyarakat memiliki keseharian yang berbeda dari biasanya, seperti selalu memakai masker saat keluar rumah, menjaga jarak dengan orang sekitar bahkan aturan yang lainnya. Adanya Virus Covid-19 ini juga membuat Pemerintah membuat kebijakan seperti working from home (WHF).

Selain itu, pelajar juga menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Oleh karena itu, masyarakat lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah dengan tujuan untuk menghindari virus tersebut.  Kebijakan yang dibuat Pemerintah membuat masyarakat bahkan remaja memiliki kondisi mental yang sangat tinggi diantaranya adalah rasa cemas yang berlebihan.

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak tahu disebabkan oleh apa dan juga tidak didukung oleh situasi itu sendiri. Ketika merasa cemas, seseorang merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.

Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau   kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang berlebih.

Terlebih lagi pada usia remaja, bisa dikatakan usia pubertas yang masih labil dalam menghadapi kondisi berbeda terutama kondisi yang tidak terduga ini. Keadaan emosi remaja mudah terguncang pada saat pandemi ini misalnya, kecemasan yang berlebihan, takut akan tertular virus, dll (Dani & Mediantara, 2020).

Ada penelitian dari sebuah Jurnal Pendidikan Indonesia, yang di dalam jurnal tersebut mengungkapkan tentang kondisi kecemasan yang dialami oleh remaja pada masa pandemik Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Sampel untuk penelitian ini adalah 139 Remaja dengan menggunakan teknik purposive random sampling.

Hasil penelitian itu menunjukan bahwa tingkat kecemasan remaja berada pada kategori tinggi. Hal ini kemungkinan terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan pada pandemi Covid-19, diantaranya adalah kurangnya informasi mengenai situasi ini, berita yang terlalu ramai dibicarakan di media massa atau media sosial (Aulia, 2018), dan juga kurangnya literasi serta membaca terkait komunikasi dan ekspetasi terhadap penyebaran virus corona.

Kecemasan yang dialami akan berdampak pada individu itu sendiri, diantaranya.

1. Kurang tidur

Kurang tidur bisa menyebabkan kecemasan Insomnia dan masalah tidur lainnya. Semakin sedikit tidur, semakin besar tingkat kecemasan yang terjadi. untuk itu kita perlu mengatasai dan mengurangi rasa cemas itu sendiri dengan cara meningkatkan kualitas tidur.

2. Kesulitan berkonsentrasi

Covid-19 juga mengancam pada kesehatan fisik maupun mental dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa tidak sengaja kita terus mendengarkan semua jenis berita, lalu memikirkan bagaimana cara untuk melindungi diri dari virus tersebut. Masalahnya adalah, kita juga harus tetap fokus belajar dan beraktivitas saat berada di rumah karena akibat dari pemberitaan Covid-19, pikiran menjadi lalai dan sulit untuk berkonsentrasi.

3. Meningkatnya iritabilitas dan mudah marah

Kecemasan dapat mengubah emosi seperti mudah marah bahkan mudah tersinggung. Kecemasan yang dialami tiap orang berbeda-beda, tentu saja menyebabkan seseorang mudah tersinggung dan marah. Penelitian juga menunjukkan bahwa kecemasan dapat memicu emosi tersebut (Hanifah et al., 2020).

Kecemasan merupakan bagian dari kondisi kehidupan, yang artinya setiap orang memiliki kecemasan. Kecemasan merupakan salah satu sumber motivasi untuk memperbaiki diri, jika kecemasan dalam keadaan normal, namun kecemasan yang tinggi melebihi batas normal akan mengganggu stabilitas diri dan keseimbangan hidup. Oleh karena itu, perlu digunakan metode pengendalian kecemasan untuk mengendalikannya. Psikoterapis dan konselor telah merancang metode apa pun yang menurut kita lebih tepat dan mudah untuk digunakan.

Berikut ini adalah beberapa prosedur untuk pengendalikan diri yang ditawarkan oleh para ahli di bidang ini, yaitu antara lain.

1. Kanfer dan Kareloy (Jinzhong, 1988) mengusulkan empat langkah untuk mengembangkan keterampilan pengendalian diri, yaitu.

a. Berkomitmen untuk mengubah perilaku yang ada.

b. Tentukan struktur spesifik dari perubahan perilaku sebagai tujuan dari perubahan itu sendiri.

c. pemantauan diri dan penilaian diri dari langkah-langkah sendiri.

d. Menerapkan peningkatan diri.

2. Mahoney dan Thoreson (Upper, Dennis, 1977) mengemukakan tiga langkah pelatihan pengendalian diri sebagai berikut.

a. Pengamatan diri, yaitu memperhatikan, mengamati, dan mencatat kejadian yang dialaminya untuk mendapatkan umpan balik dan evaluasi.

b. Perencaaan lingkungan, yaitu mengubah lingkungan, di mana kejadian sebelum tingkah laku atau akibat setelah tingkat laku dapat diubah.

c. Perencaan perilaku, yaitu penggunaan teknik terapi seperti penguatan diri untuk merencanakan perilaku, atau menggunakan manajer diri lain untuk mengubah frekuensi yang ada.

Selain dari beberapa yang disebutkan tadi, ada Metode yang sangat dikenal dalam dunia psikologi klinis dan kaunseling untuk mengatasi berbagai gangguan emosial termasuk juga kecemasan, yaitu relaksasi.

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang dikembangkan dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan. Melalui  latihan, seseorang dapat menyadari dan menghilangkan ketegangan stres dan kecemasan batinnya tanpa menggunakan obat-obatan. Walker (1981) juga percaya bahwa pasien dapat menggunakan teknik ini tanpa bantuan terapis, dan mereka dapat menggunakan teknik ini untuk meredakan ketegangan dan kecemasan yang mereka alami di rumah setiap hari.

Oleh karena itu, pentingnya juga kesehatan mental disaat seperti ini, bukan hanya kesehatan fisik saja tetapi kesehatan mentalpun perlu kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sama pentingnya dengan kesehatan fisik kita sendiri.

Sumber :

Fitria, L., & Ifdil, I. (2020). Kecemasan remaja pada masa pandemi Covid-19. Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 1-4.

Diferiansyah, O., Septa, T., & Lisiswanti, R. (2016). Gangguan Cemas Menyeluruh. Jurnal Medula, 5(2), 63-68.

Hayat, A. (2017). Kecemasan dan metode pengendaliannya. Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 12(1).

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fblogsadli.com%2F7-tips-mengatasi-cemas-yang-berlebihan%2F&psig=AOvVaw0Rmr83uCBoJ8s8K6GBu8GA&ust=1606262463408000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCLCyp5bwme0CFQAAAAAdAAAAABAb

Dewi Yully
Dewi Yully
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.