Etika dan estetika adalah dua cabang filsafat yang seringkali mendapat sorotan dalam pemahaman tentang manusia dan dunia. Etika berkaitan dengan prinsip-prinsip moral dan berkaitan juga dengan apa yang benar atau apa yang salah dan tidak hanya itu etika juga berkaitan dengan baik atau buruk.
Berbeda etika, estetika membahas tentang keindahan, apresiasi seni, dan nilai-nilai estetis pada pengalaman manusia. Meskipun kedua bidang ini tampak berbeda dalam ruang lingkup dan fokus yang dikaji, tetapi keduanya seringkali terkait dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam pemahaman kita mengenai dunia. Antara etika dan estetika keduanya saling mempengaruhi dan melengkapi satu dengan yang lain.
Keindahan adalah landasan utama yang digunakan sebagai landasan etika. Ada argumen yang menyatakan bahwa ketika kita mengalami suatu keindahan, kita cenderung akan merasa lebih terhubung dengan nilai-nilai positif yang ada disekitar kita yaitu seperti nilai kasih sayang, harmoni, dan kebaikan. Misalnya, ketika saat melihat lukisan yang indah atau mendengarkan musik yang menggetarkan jiwa, pasti seringkali merasakan perasaan kagum, penghormatan, dan bahkan munculnya rasa takjub.
Dalam konteks ini, etika dapat dihubungkan dengan estetika melalui suatu gagasan bahwa pengalaman estetis dapat memengaruhi perilaku serta tindakan manusia. Jika kita dapat mengahargai dan menghormati keindahan dalam berbagai bentuknya, kita sebagai penikmat keindahan cenderung lebih terbuka terhadap nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kita banyak menerapkan nilai-nilai postif pada suatu keindahan maka kita sama dengan mengapresiasi terhadap keindahan dan menjadikan nilai-nilai postif tersebut menjadi fondasi moral kita.
Selanjutnya, estetika juga dapat berperan dalam proses pengambilan keputusan etis. Saat ketika kita dihadapkan pada situasi estis yang kompleks, pasti seringkali kita mengandalkan intuisi dan penilaian pribadi. Estetika dapat memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan etis ini.
Misalnya, saat ketika seseorang mengahadapi dilema etis yang dimana melibatkan antara kebaikan individu dengan kebaikan kolektif, pengalaman estetis dapat membantu kita dalam mencapai keputusan yang tepat.
Apakah tindakan tersebut akan menciptakan harmoni, menghasilkan keindahan dalam hubungan, atau mendukung nilai-nilai estetis lainnya?. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat membantu kita dalam merenungkan implikasi etis dari tindakan yang telah kita lakukan.
Selain itu, seni seringkali digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan pesan etis dan sosial. Seorang seniman seringkali menggunakan karya seni untuk menggambarkan rasa ketidakadilan, rasa ketidaksetaraan, atau masalah-masalah sosial yang lain.
Melalui estetika, para seniman dapat membangkitkan perasaan empati dan kesadaran yang mendalam terhadap masalah-masalah tersebut. Ini adalah contoh konkret bagaimana estetika dan etika dapat berinteraksi untuk memengaruhi pandangan kita terhadap dunia dan tindakan kita lainnya.
Estetika juga dapat berperan dalam mengembangkan kebijakan etis. Ketika kita melibatkan diri dalam refleksi yang etis dan pencarian pemahaman yang lebih dalam tentang moralitas, pengalaman estetis dapat membantu kita mencapai pandangan yang lebih komperhensif.
Dalam proses ini, estetika dapat menginspirasi kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai etis dalam konteks yang lebih luas. Estetika juga membantu kita dalam memahami bahwa kebaikan moral seringkali tidak terpisah dari keindahan yang ada di sekitar kita.
Pertimbangan seorang filsuf atau seorang pemikir etis yang mendekati masalah-masalah moral secara teoritis. Pengalaman estetis, seperti mengagumi pemandangan alam yang indah atau mendengarkan musik dengan penghayatan yang dalam, dapat membantu kita mencapai pemahaman yang lebih dalam mengenai nilai-nilai dan makna kehidupan. Estetika bisa menjadi sumber inspirasi dalam pemikiran filosofis yang lebih mendalam dan juga sebagai refleksi etis yang lebih bermakna.
Di sisi lain, ada juga seni yang seringkali mencerminkan pertimbangan etis dalam karyanya. Seniman seringkali menggunakan seni sebagai cara dalam menyampaikan pesan moral atau mengeksplorasi konsep-konsep etis dalam karya para seniman. Lukisan, sastra, dan karya seni visual lainnya seringkali menciptakan narasi yang mempertanyakan nilai-nilai moral, memeriksa masalah-masalah etis, atau juga bahkan mengkritik ketidakadalan yang terjadi di masyarakat.
Karya seni yang memprovokasi seringkali memiliki tujuan yang etis, yaitu memicu pemikiran kritis tentang masalah-masalah moral dalam kehidupan kita. Karya seni yang bersifat propokativ seingkali menghadirkan pandangan alternatif tentang realitas sosial dan politik, sehingga menggugah minat penonton untuk melihat dan mempertanyakan nilai-nilai yang ada dan eksplorasi lebih dalam tentang moralitas.
Dalam upaya ini, seni dapat menjembatani pemahaman mengenai lintas budaya dan tentang isu-isu etis yang relevan, membantu menghapus batasan-batasan pemikiran yang sempit, dan menggugah dialog lintas masyarakat yang diperlukan untuk perubahan positif. Dalam hal ini, seni dapat menjadi instrumen yang kuat dalam membangkitkan perdebatan etis dan menggerakkan perubahan sosial.
Melalui penyampian pesan moral, seni menghasilkan perenungan yang lebih dalam mengenai kompleksitas masalah etis yang menghadang kita di dalam kehidupan sehari-hari, mendorong tindakan yang lebih sadar secara moral, dan mewujudkan perubahan yang dibutuhkan dalam masyarakat.