Menjelang natal dan tahun baru, rupanya bukan hanya membuat konsumsi kebutuhan pokok yang melambung tinggi. Salah satu pengeluaran penting bagi setiap keluarga saat menjelang natal dan tahun baru adalah pengeluaran transportasi karena adanya libur panjang yang mungkin masyarakat akan mengisi waktu liburan tersebut dengan istilah mudik atau rekreasi.
Bagi yang memiliki kendaraan sendiri, biaya bensin merupakan pengeluaran wajib yang harus dipikirkan selain parkir dan uang tol. Karena bensin adalah bahan utama dari kendaraan, jadi sangatlah penting untuk memperhatikan harga bensin saat ini apalagi sekarang menjelang natal dan tahun baru yang diperkirakan bahan bakar motor akan naik.
Kenaikan konsumsi masyarakat juga akan di alami oleh Bahan Bakar Minyak (BBM). PT Pertamina memprediksi konsumsi bahan bakar minyak harian nasional bakal naik rata-rata 4 persen selama Natal dan Tahun Baru. konsumsi BBM jenis Premium dan Pertamax di perkirakan naik 5 persen di bandingkan dengan kondisi normal.
Artinya, akan ada kenaikan konsumsi dari mulanya 94 ribu kiloliter per hari menjadi 99 ribu kiloliter per hari. Sementara konsumsi BBM jenis solar dan Pertadex akan meningkat 2 persen di bandingkan biasanya, dari 40 ribu kiloliter menjadi sekitar 41 ribu kiloliter.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan seperti bensin ataupun solar pasti terjadi pada tenggat waktu tertentu. Kenaikan harga ini pastinya dipengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah harga minyak dunia. Untuk di Indonesia sendiri, kenaikan BBM telah terjadi beberapa kali pada tahun 2018. Untuk harga BBM terkini yang berlaku sejak perubahan terbaru termasuk harga Pertamax, Pertalite, Premium dan Solar pada 27 Desember 2018 adalah sebagai berikut.
- Harga Pertamax dari Rp 9.500 menjadi Rp 10.400
- Harga Pertamax Turbo dari Rp 10.700 naik menjadi Rp 12.250
- Harga Pertamina Dex dari Rp 10.500 naik menjadi Rp 11.850
- Harga Premium dari Rp 6.550 naik menjadi Rp 7.000
- Harga Pertalite dari Rp 7.800 tetap menjadi Rp 7.800
- Harga Dexlite dari Rp 9.000 naik menjadi Rp 10.500
- Harga Bio Solar dari Rp 9.800 tetap menjadi Rp 9.800
Sumber:www.pertamina.com* Harga yang tertera di atas berdasarkan harga bbm non subsidi Harga Premium di Luar Jawa Madura Bali (Jamali) Rp 6.900/liter
Selain itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga masih belum dapat menerapkan kebijakan harga satu bahan bakar per 1 Januari seperti yang di rencanakan, dengan alasan keterbatasan waktu. Pemerintah mengatakan butuh waktu lama untuk membangun distributor bahan bakar baru terutama di daerah terpencil. Karena daerah terpencil biasanya lebih susah untuk di jangkau dengan cepat.
Kementerian telah menerima saran Pertamina untuk membangun 22 SPBU mini di daerah terpencil tahun ini, termasuk di Mentawai, Sumatera Barat Barat, ke Papua Barat. Kebijakan harga bahan bakar satu diatur oleh Peraturan Menteri Energi No.36 / 2016.
Entitas yang di tunjuk diberi mandat untuk membangun SPBU untuk bensin Premium dan solar jenis bahan bakar, dengan volume yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah pompa bensin terletak di Kementerian Energi berwenang untuk menentukan lokasi dan harga bahan bakar untuk setiap entitas, dengan evaluasi.
Kebijakan BBM satu harga di sambut baik oleh masyarakat. Dengan kebijakan ini, beban masyarakat dapat sedikit di kurangi (meski tidak terlalu signifikan). Namun sangat di sayangkan, PT. Pertamina justru ‘rewel’ dengan program BBM satu harga.
Menurut Menteri ESDM Ignasius Jonan, menegaskan bahwa program pemerataan harga BBM di seluruh Indonesia tetap berjalan dan BBM satu harga sudah menjadi komitmen untuk tidak diubah apapun juga. Karena ini keputusannya untuk pemerataan pembangunan, karena di UU migas pun migas untuk kesejahteraan rakyat.
Demi mewujudkan satu harga BBM secara nasional, pemerintah juga tidak dapat di katakan bijaksana jika terus memaksa Pertamina untuk merugi. Bagaimanapun juga pembangunan infrastruktur dan sarana – prasana harus terus di kebut dan di sediakan merata tanpa memandang status wailayah Barat, Tengah dan Timur.
Dengan meratanya pembangunan, akan memperlancar mobilitas logistik, memajukan dunia investasi dan mempercepat laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Sumber masalah kesenjangan di Indonesia dikarenakan ketidakmerataan pembangunan. Sudah sepatutnya pemerintah menyelesaikan masalah ini demi memajukan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.