Kamis, April 25, 2024

Kebijakan Luar Negeri Australia dalam Kepentingan Laut Cina Selatan

Bayu Satria
Bayu Satria
Bachelor's Student of Political Science, Universitas Indonesia

Setiap negara tidak dapat mengabaikan permasalahan pertahanan dan keamanan dalam merumuskan politik luar negerinya. Begitu krusialnya kebijakan tentang pertahanan dan keamanan, sehingga memunculkan sebuah dilema keamanan atau security dilemma.

Dilema Keamanan merupakan suatu konsep bagian dari teori realisme yang didasarkan pada sebuah asumsi bahwa tindakan suatu negara meningkatkan kekuatan militernya dapat dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan negara lain. Tindakan untuk meningkatkan kapasitas militer suatu negara ini dapat memposisikan negara tersebut sebagai negara yang dapat mengancam negara lain atau berada pada posisi terancam sekaligus (Ashari, 2015).

Secara geografis, Laut Cina Selatan memainkan peran penting dalam geopolitik Indo-Pasifik. Laut Cina Selatan (LCS) berbatasan dengan Brunei, Kamboja, Cina, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Formasi pulau dan karang utama di Laut Cina Selatan adalah Kepulauan Spratly, Kepulauan Paracel, Pratas, Kepulauan Natuna, dan Beting Scarborough (Lowy Institute, 2021).

Bagi dunia, negara kawasan dan negara Australia, LCS penting secara strategis karena beberapa alasan (Lowy Institute, 2021), yaitu jalur perdagangan antara Eropa, Timur Tengah dan Asia Timur lewat dari Samudera Hindia, melalui Selat Malaka dan selanjutnya menggunakan LCS sebagai rute selanjutnya ke Korea Selatan, Jepang dan Cina. Diyakini sumber daya hidrokarbon yang signifikan berada di wilayah laut yang luas di LCS.

Dengan adanya klaim Nine-Dash-Line yang dikeluarkan oleh China maupun Taiwan, menyebabkan sebagian ataupun hampir seluruh dari kawasan Laut China Selatan akan menjadi bagian dari laut teritorial dari suatu negara yang kemudian akan menyebabkan kebebasan bernavigasi menjadi terbatas.

Jalur perniagaan akan diatur oleh negara yang memiliki klaim tersebut dan disesuaikan dengan ketentuan pelayaran dalam perairan dalam yang diatur dalam UNCLOS 1982. a kepentingan nasional Australia terhadap stabilitas keamanan di kawasan Laut China Selatan adalah agar kepentingan nasional Australia yang terkait dengan lalu lintas perdagangan yang melintas tidak menjadi terganggu.

Sementara itu Australia juga mendukung upaya sekutu lamanya Amerika Serikat, untuk menandingi dominasi kekuatan militer China di kawasan, agar tidak secara sepihak klaim NDL untuk diakui sebagai batas wilayah perairan dalam dari China yang akan kebebasan bernavigasi dari berbagai perlintasan. Selain itu dukungan Australia terhadap Amerika Serikat juga disebabkan untuk mengamankan wilayah kedaulatan Taiwan yang memiliki kedekatan, agar tidak di invasi oleh China.

Australia memiliki tujuan (Ends) dan kepentingan untuk menjaga kawasan Laut China Selatan agar memiliki stabilitas keamanan yang tinggi, sehingga kepentingan nasional Australia menjadi tidak terganggu karenanya. Australia juga berkepentingan untuk menjaga agar kawasan tersebut tetap berada dalam kawasan yang menjadi suatu kawasan yang bebas bagi jalur pelayaran, baik dalam hal perdagangan, maupun perlintasan dari kapal perang yang akan mengamankan kapal-kapal niaga dari Australia, ataupun negara lainnya.

Sesuai teori Kompleksitas Keamanan Regional (Regional Security Complex Theory (RSCT)), keamanan internasional dan keamanan nasional memiliki keterikatan satu sama lain, sehingga dapat dikatakan bahwa keamanan internasional adalah keamanan nasional dalam skala global (Buzan, 1992).

Domestic Source atau sumber lingkungan internal suatu negara akan mempengaruhi sifat dan jalannya kebijakan politik luar negeri (Foreign Policy) suatu negara. Salah satu sumber dalam negeri yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan politik luar negeri (Foreign Policy Analysis) suatu negara adalah kekuatan militer. Kekuatan militer suatu negara, sangat menentukan strategi kebijakan politik luar negeri suatu negara.

Lokasi Australia yang berada di selatan dari kawasan Laut China Selatan dan tidak bersinggungan, menyebabkan negara tersebut tidak terdampak langsung dengan perebutan atas klaim dari sebagian ataupun keseluruhan dari kawasan tersebut oleh China.

Akan tetapi stabilitas keamanan di kawasan menjadi hal yang menjadi pertimbangan bagi Australia, oleh karena merupakan jalur perdagangan yang sangat sibuk dan hampir sepertiga dari nilai perdagangan melintasi wilayah tersebut. Termasuk bagi Australia, kawasan tersebut menjadi lintasan utama bagi lalu lintas perdagangan antara negara tersebut dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur.

Referensi

Alex Mintz dan Karl deRouen (2010). Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge University Press. h. 3

Buzan, B. (1992). The evolution of international society. In International Affairs (Vol. 68, Issue 4). https://doi.org/10.2307/2622712

Klein, N., Mossep, J., & Rothwell, D. (2010). Maritime Security; International Law and Policy Perspectives from Australia and New Zealand (1st editio). Routledge.

Bayu Satria
Bayu Satria
Bachelor's Student of Political Science, Universitas Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.