Jumat, Mei 3, 2024

Karikatur Sebagai Seni Kritik Tanpa Batas

Teresa Revina
Teresa Revina
Seorang mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari salah satu universitas yang berdiri di Kota Pelajar, Yogyakarta.

Pada zaman di mana kebebasan telah seutuhnya menjadi hak masyarakat yang hidup, kita jadi mudah menjumpai orang-orang yang mengekspresikan dirinya baik secara fisik maupun psikologis dengan tanpa mengkhawatirkan batas-batas yang masih dianggap tabu atau melenceng dari nilai moral yang telah ditetapkan dahulu kala.

Sisi baiknya daripada kebebasan mengekspresikan diri ini adalah munculnya keunikan-keunikan yang menyangkal aturan-aturan yang telah tidak lagi sesuai oleh perkembangan zaman. Manusia jadi lebih mudah untuk menggali hal-hal terpendam yang belum pernah dijumpai atau dirasakannya. Akan tercipta banyak pelopor berlandaskan ide-ide cemerlang yang menjadi salah satu alasan bertumbuhnya hal-hal baru.

Di samping sisi positif yang dijumpai, kebebasan berekspresi juga mampu membuat penikmatnya melupakan atau mengabaikan kewajaran moral yang memang masih berlaku dalam masyarakat. Kebebasan tanpa batas mengeluarkan jiwa serakah manusia untuk menguasai dan mengucilkan banyak hal karena ia dibatasi oleh moral itu sendiri. Manusia jadi sulit membedakan pantas tidaknya sesuatu yang ingin ia lakukan.

Akhir-akhir ini, di pinggir jalan kota wisata yang ramai pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri, terdapat pelukis karikatur. Menurut Nurnaningsih (2020:164) (dalam Surfani (2016:23)), karikatur adalah gambar sederhana yang dilengkapi dengan tulisan yang berisi sindiran, pesan, olok-olok, kritik dan sebagainya. Dalam hal ini, menyoroti pada bagian mengolok-olok yang memiliki arti lain menghina atau mengejek.

Karikatur merupakan salah satu seni lukis yang digunakan oleh masyarakat yang berbakat di bidangnya sebagai media pengungkapan ekspresi terutama untuk yang berkaitan dengan kritik. Orang-orang akan membuat mimik maupun bentuk wajah yang berlebihan sehingga pada beberapa kesempatan hal tersebut memiliki kesan untuk menghina.

Pada kaitannya dengan para seniman karikatur yang membuka jasa melukis karikatur untuk para wisatawan yang tengah berlibur adalah bahwa ia melukis para wisatawan tersebut menyoroti pada bagian fisik yang dianggap membuat pemiliknya merasa tidak percaya diri, seperti pada bagian gigi yang terlalu maju, hidung yang besar, bibir yang tebal, jidat yang jenong, atau gigi yang berwarna kuning.

Beberapa wisatawan yang mendapati dirinya dilukis sedemikian rupa hanya meresponsnya dengan tawa, beberapa lain memberi tanggapan bahwa lukisan tersebut terlihat bagus. Wisatawan yang melihat karikatur dirinya yang ditonjolkan pada bagian gigi yang terlalu maju pun sama-sma memberikan respons tawa, tetapi dengan satu tangannya yang tampak menutupi mulut.

Berbagai respons orang-orang yang dilukis dalam versi karikatur membuktikan bahwa seni lukis karikatur tidak selalu baik untuk digunakan pada orang lain. Meski sudah terdapat persetujuan melalui kesediaannya untuk dilukis, tetapi tetap ada beberapa batasan yang harus diperhatikan supaya tidak terlalu menyakiti hati siapapun.

Dalam hidup ini, ada beberapa tipe manusia yang sulit untuk mengungkapkan apa yang tengah hatinya rasakan oleh sebab beberapa hal yang terjadi sejak ia masih belia. Ketidakmampuan tersebut membawanya dalam penerimaan melalui ekspresi bahagia yang dikeluarkan karena takut dengan respons masyarakat luas jika ia berekspresi sebenarnya. Hal ini dapat dilihat pada respons wisatawan yang merasa tidak percaya diri, tetapi tetap mengeluarkan tawa seolah ia setuju dengan yang diterimanya.

Karikatur tidak lagi terasa menyenangkan dan lucu ketika telah berhasil menyakiti perasaan orang lain yang tidak memiliki tanggung jawab untuk menanggung olok-olokan itu. Seni seharusnya menjadi wadah bagi penggunanya untuk mengungkapkan kritik dan saran yang ditujukan kepada orang yang tepat karena seni adalah pengekspresian batin yang tidak terbatas oleh apa pun.

Menurut Lauster (2001) (dalam Dana, dkk (2022:31)) percaya diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Rasa percaya diri cukup sulit untuk dibangun ketika sebelumnya orang tersebut telah melalui perjalanan tidak menyenangkan yang membuatnya merasa traumatis. Jadi, ketika telah ditemukan kembali keberanian untuk menampilkan keunikan diri, maka sangat disarankan untuk terus menjaganya tetap berada pada tingkat yang seharusnya.

Salah satunya dengan tidak secara sengaja membeli jasa yang terfokus pada tujuannya untuk mengolok-olok, mengejek, atau menghina seperti seni lukis karikatur. Keindahan keragaman dapat terjadi apabila manusia berekspresi dengan cara terbaiknya masing-masing, tetapi tetap memperhatikan nilai-nilai moral yang masih berlaku dan selamanya akan berlaku.

Karikatur sebagai seni lukis yang berbeda dari aliran seni lukis yang lain cocok ditujukan untuk mengkritik orang-orang yang telah melanggar moral dengan sengaja dan tanpa rasa bersalah serta enggan untuk bertanggung jawab. Karena pada tujuannya memang karikatur ditujukan sebagai ekspresi dari ketidakmampuan masyarakat untuk bersuara secara langsung kepada pihak terkait.

Mengesampingkan makna dan tujuan dari karikatur, seni lukis ini sendiri memang tergolong unik dan memiliki ciri khas yang tidak ada pada seni lukis yang lain. Seringnya karikatur juga mengikutsertakan dialog-dialog penjelas supaya pembaca tidak salah persepsi dalam memahami makna gambar yang hendak disampaikan oleh pelukis.

Oleh karena karikatur memiliki ditujukan untuk pengekspresian sesuatu yang sensitif, maka diharapkan penggunaannya pun memiliki tujuan yang masih dapat dalam batas wajar.

 

Pustaka

Nurnaningsih Ayu Luluk. 2020. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS ANEKDOT DENGAN MEDIA KARIKATUR. Jurnal Ilmiah SARASVAT. Vol 2, Nomor 2: 164, Desember.

Dana Titis Semara, Nur Eva, dan Sri Andayani. 2022. Kepercayaan Diri dan Kesejahteraan Psikologis Anggota Organisasi Mahasiswa. Jurnal Psikologi Perseptual. Vol 7: 31, Juli.

Teresa Revina
Teresa Revina
Seorang mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari salah satu universitas yang berdiri di Kota Pelajar, Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.