Minggu, Oktober 13, 2024

Joe Biden Presiden AS, Bagaimana Nasib Timur Tengah?

Adzhlan Muhammad Shah
Adzhlan Muhammad Shah
Fresh Graduated Hubungan Internasional, Universiti Utara Malaysia

Pemilu AS telah usai, Joe Biden ditetapkan sebagai pemenang pemilu dan akan ditetapkan menjadi presiden ke -46 di negara Paman Sam. Ia meraih suara electoral sebanyak lebih dari 270 suara, ini merupakan persentasi yang tersbesar dalam suara Amerika Serikat. Wajar saja ia menang, karena selain masyarakat Amerika sendiri sudah muak dengan pemerintahan Trump, Biden juga memanfaatkan dari ketidakbecusan dari pemerintah Trump. Bahkan ia berjanji akan berusaha untuk menyembuhkan negara yang telah retak oleh Trump.

Kemenangan Biden terebut dsambut dengan suka cita oleh warga Amerika, dan juga dunia internasional ikut merayakannya. Dunia berharap, dengan Amerika yang akan dipimpin oleh Biden, Amerika akan lebih baik kembali dengan tidak ada tensi-tensi politik yang akan picu perang dunia ke-3.

Joe Biden sendiri bukanlah politisi yang baru lahir. Sebelumnya, ia pernah menjadi senator dari partai Demokrat yang mewakili Delaware dari tahun 1973 hingga 2009. Ia pernah mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 1998 dan 2008, namun ia gagal. Hingga pada tahun 2008, presiden Obama menunjuk Biden sebagai wakil presiden selama dua periode. Namun, yang menjadi sorotan dari sini adalah, dibawah presiden Biden, bagaimana nasib Timur Tengah di tangan presiden baru? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya akan menjawabnya.

Untuk Timur Tengah, Biden diprediksi akan melanjutkan penarikan tantara AS, serta ia juga memperjuangkan mengembalikan kebijakan luar negeri yang lebih condong pada domestic, seperti berfokus pada pandemic Covid-19 dan membalikan perekonomian AS yang telah runtuh.

Menurut pakar analisis  politk internasional, walaupun Biden terpilih, tidak serta merta juga untuk menghentikan total terhadap peran AS di timur tengah. Karena Biden juga harus menghadapi berbagai tantangan dari kebijakan luar negerinya terhadap Timur Tengah yang bisa dibilang begitu kompleks, seperti perang Libya dan Yaman dan harus meyakini kepada sekutu Arab bahwa Amerika Serikat akan selalu ada untuk melindungi dari serangan Iran.

Mengevaluasi kebijakan nuklir terhadap Iran

Pada tahun 2018, presiden Trump menarik diri dari perjanjian nuklir iran atau Joint Compherensive Plan of Action (JCPOA) kemudian Trump menerapkan kampanye baru yang bernama “tekanan maksimum” yang berupaya agar Iran agar merundingkan kesepakatan  kembali dengan AS secara penuh. Melihat hal tersebut, Biden melihat pendekatan yang dilakukan oleh Trump sangat beresiko, karena ia telah berulang kali dalam memuji kesepakatan tersebut dan ia berjanji untuk membalikan kembali terhadap penarikan Trump.

Biden juga berusaha untuk membuat pemerintah Iran lebih mudah diprediksi dengan evaluasi kembali kedalam hubungan timbal balik. Selain itu, ia juga menberi pemberitahuan kepada dunia bahwa AS merupakan mitra yang dapat dipercaya. Karena dunia melihat kepercayaan terhadap AS semakin menurun pada era Trump.

Selain itu, Menurut Dewan Eropa untuk Hubungan luar negeri, Ellie Geranmayeh mengatakan  bahwa sekutu AS di wilayah Timur Tengah, yakni Israel dan Arab Saudi meminta kepada AS untuk membuat kesepakatan nuklir kembali kepada Iran. Karena dengan situasi ekonomi di Iran sendiri sekarang lagi menurun juga, hal ini dapat kesempatan untuk berunding mencari solusi dengan damai. Akan tetapi, perundingan tersebut mungkin ditunda dikarenakan kebijakan Biden yang saat ini berfokus pada penanganan pandemi dan Iran akan menyelenggarakan pilpres pada 2021.

Konflik Regional di  Timur Tengah

Menurut penuturan para ahli, masa depan timur tengah di tangan Biden masih belum jelas, apakah Biden akan tetap menarik tantara AS seperti yang telah dilakukan oleh Obama dan juga Trump. Tetapi, para ahli mengatakan bahwa Biden sepertinya untuk menjatuhkan pemerintahan yang ada di Timur Tengah. Jika hal ini terjadi, maka berakhirlah intervensi tantara AS terhadap konflik Timur Tengah. Namun, Biden tidak sepenuhnya untuk menarik seluruh tantara di Timur Tengah dengan alasan mempertahankan militernya di Syria dan akan terus memberikan sanksi terhadap presiden Syria,  Bashar Al-Assad.

Mengenai organisasi Al Qaeda dan ISIS, Biden akan berfokus untuk melawan organisasi teroris tersebut. Karena menurut Biden, dua kelompok bersenjata tersebut masih dibilang kuat, meskipun pemimpin mereka telah mati, sehingga masih ditetapkan sebagai ancaman bagi dunia Internasional.

Hak Asasi Manusia

Dalam Hak Asasi Manusia (HAM) terutama pada Timur Tengah, Biden kemungkinan akan mengevaluasi kembali terhadap kasus kekerasan HAM. Serta, Biden akan meninjau kembali hubungan AS dan Arab Saudi yakni membela para aktivis, jurnalis dan pembangkak politik yang ditahan di Arab Saudi. Selain itu, Biden akan menghentikan memasok senjata AS kepada Arab Saudi untuk menyerang Yaman yang telah menekan jutaan korban yang menjadi bencana kemanusiaan terbesar pada abad ini.

 Hubungan Israel – Palestina 

Ketika Trump mengakui Yerusalem adalah ibukota dari Israel, yang membuat negara Islam menjadi berang, Biden kemungkinan tidak akan merubah kembali ibukota Israel ke Tel Aviv. Ia juga tidak akan menarik kembali terhadap pengakuan Trump atas  kedaulatan Israel terhadap dataran tinggi Golan. Meskipun begitu, Biden kemungkinan akan membatalkan penarikan bantuan ekonomi kepada Palestina dan akan membuka kembali misi kemanusiaan organisai kebebasan Palestina di AS yang telah dihapus pada era Trump.

Biden juga senang jika Israel – UAE telah berdamai, yang berarti Ia akan membujuk lebih banyak negara untuk mendukung  atas kedaulatan negaraIsrael  di Kawasan Timur Tengah.

Jadi  nasib Timur Tengah di tangan presiden baru akan sama saja, namun yang membedakan adalah bahwa Biden akan terus mengurangi pengaruh tantara AS yang berada di Timur Tengah dan akan mendukung Hak Assasi Manusia terhadap perang di Timur Tengah. Sepertinya ia mencoba untuk menebus dosa dia selama menjadi Kongress AS yang telah menyetujui untuk invasi Timur Tengah pada era Bush.

Adzhlan Muhammad Shah
Adzhlan Muhammad Shah
Fresh Graduated Hubungan Internasional, Universiti Utara Malaysia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.