Jumat, April 26, 2024

Jihad Akademik Tuntutan Kemerdekaan

Muhammad
Muhammad
Dosen STAIN Meulaboh, Aceh. Alumni Master Level Course on Sharia and Human Rights UMM

Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena berhasil keluar sebagai pemenang dari belenggu musuh penjajah (Belanda dan Jepang). Hingga saat ini telah mencapai hampir setengah abad lamanya (74 tahun) pasca memproklamirkan sebagai negara merdeka dan bebas dari tirani penjajahan.

Meskipun penjajah telah pergi dan kita telah merdeka, akan tetapi perjuangan tidak boleh disudahi, karena ada sesuatu yang penting untuk dipikirkan selanjutnya yaitu “mengisi kemerdekaan”. Kemerdekaan merupakan nikmat yang tak terhingga sebagai buah dari perjuangan para pahlawan yang patut disyukuri.

Mengisi kemerdekaan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara yang telah berikrar “kami berbangsa yang satu bangsa Indonesia”. Ikrar tersebut musti diterjemahkan secara komprehensif dan menyeluruh dari Sabang ujung barat hingga Merauke ujung timur tapal batas Indonesia. Sehingga kemerdekaan dapat dinikmati secara merata dan bersama, tidak hanya dinikmati segelintir orang dan daerah tertentu, sedang lainnya meregang penderitaan berkepanjangan sejak dulu, kini dan nanti.

Sesuai tema yang diusung pada hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini (2019) “SDM Unggul Indonesia Maju”. Jika diamati dari tema tersebut dapat dijelaskan bahwa ada sesuatu yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai bangsa yang merdeka yaitu kemajuan (negara maju), namun kemajuan itu memberikan prasyarat yang harus dipenuhi yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Unggul dalam artian kreatif dan inovatif dengan basis keilmuan. Mencapai hal tersebut tentu perlu adanya kesungguhan yang maksimal (jihad).

Bila disebutkan kata jihad kira-kira apa yang terbayang di benak yang mendengar kata itu? Sebagian pasti akan mengatakan “usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga atau perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam”. Namun jika merujuk pada kata jihad dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada yang diterjemahkan “sebagai usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan”.

Dari terminologi di atas tidak ada yang salah akan tetapi ada baiknya jika dikembangkan ke arah yang dapat menyatukan ide menuju suatu yang positif, seperti pengertian yang terakhir disebutkan.

Kata jihad ini sudah medapat padanan kata yang tepat sejak beberapa dekade terakhir ini, disebut demikian karena arah jihad itu telah dimaknai secara luas seperti jihad konstitusi yang digagas sebagai bentuk kesungguhan mengadvokasi berbagai persoalan hukum di negeri ini, ada pula jihad politik yang diarahkan agar politik itu benar-benar berangkat dari kesungguhan berpihak pada kepentingan rakyat dan negara.

Ada jihad ekonomi yang bertujuan untuk menggugah para pelaku ekonomi agar mamainkan peran dengan sunguh-sunguh mengetas kemiskinan, dan tulisan ini diberi penekanan pada jihad akademik yang berbicara seputar kesungguh-sungguhan menekuni ilmu pengetahuan agar tidak terjebak dalam kerangkeng doktrin dan merasa cukup dengan capaian pendahulu di masa lalu.

Jihad akademik kenapa penting?

Kesungguhan menekuni ilmu pengetahuan sebagai tuntutan kemerdekaan Indonesia yang telah memasuki abad 21 dan digadang-gadangkan sebagai era post moderen dimana segala sesuatu disajikan dengan sangat canggih, kecanggihan itu memaksa manusia yang hidup di abad ini untuk memiliki ilmu pengetahuan yang memadai di bidangnya masing-masing untuk dapat survive dalam segala hal.

Islam mengajarkan “menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap kaum muslimin”. Anjuran menuntut ilmu telah disuarakan sejak lama, mengingat pentinganya persiapan sumber daya manusia yang tangguh menyongsong peradaban umat. Bagi sebahagian manusia yang tidak menggubris anjuran ini hanya akan tertinggal dan ditelan oleh zaman tanpa menyumbang manfaat yang berarti.

Berangkat dari kenyataan saat ini, SDM itu telah disiapkan yang dibuktikan dengan bertumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan dan pemberian beasiswa kepada sebahagian peserta didik yang memenuhi syarat dan ketentuan, namun perlu adanya keseimbangan kuantitas lembaga dan kulitas lulusannya agar SDM yang mengisi kemerdekaan ini layak dan mampu membawa Indonesia maju. Harapan yang lebih besar dari itu adalah menemukan cara baru yang memberi solusi terhadap berbagai persoalan bangsa yang hadir saat ini (sesuai waktu dan tempatnya).

Oleh karena itu perlu terus-menerus diajukan pertanyaan kepada stakeholder seperti negara sebagai pemangku kewajiban, tokoh masyarakat dan akademisi seberapa maksimal persiapan yang telah ada untuk melahirkan generasi SDM yang unggul.

Bila pertanyaan ini belum selesai dijawab dengan kenyataan, maka nawacita menuju Indonesia maju harus diurung karena hanya akan menjadi angan-angan yang tidak kesampaian sampai kapanpun. Pada sisi yang lain, ada hal yang tidak kalah pentingnya yaitu kesadaran individu-individu pembelajar untuk terus memaksimalkan usaha demi terserapnya ilmu pengetahuan secara baik dan benar sebagai bentuk nyata jihad akademik dan pada saatnya Indonesia maju benar-benar menjadi suatu kenyataan yang dapat kita saksikan bersama.

Nawacita Indonesia maju digambarkan dalam beberapa program prioritas pemerintah, pertama negara hadir melindungi segenap bangsa dan menjamin keamanan warga negara, kedua pemerintah hadir membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

Ketiga membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa, keempat memperkuat negara melalui reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi dan bermartabat, kelima meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, keenam meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

Ketujuh menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik sebagai kemandirian ekonomi nasional, kedelapan melakukan revolusi karakter bangsa, dan kesembilan memperkuat restorasi sosial dan memperteguh kebhinekaan. Tercapainya program tersebut di atas tentunya didorong oleh kualitas sumber daya manusia yang unggul yang mempunyai ilmu pengetahuan akademik yang cukup memadai.

Muhammad
Muhammad
Dosen STAIN Meulaboh, Aceh. Alumni Master Level Course on Sharia and Human Rights UMM
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.