Jumat, November 22, 2024

Jalinan Asmara Era Digital

Okta Novita Sari
Okta Novita Sari
Saya fresh graduate, D3 manajemen informatika dari universitas mahakarya asia Saya memiliki karakter percaya diri, ceria, mudah beradaptasi, berani menyampaikan pendapat, berjiwa kepemimpinan, dan terbuka akan masukan Kekurangan saya adalah santai dan overthinking Saya memiliki pengalaman pekerjaan dibidang administrasi selama 1 tahun Saya juga memiliki kemampuan : Mahir menggunakan Microsoft office (word, excel, power point) Mahir dalam pemrograman java android studio Mahir dalam menggunakan Adobe Photoshop, Adobe Lightroom, figma, canva dan aplikasi sejenis nya
- Advertisement -

Di era serba digital ini, asmara dan cinta telah bertransformasi menjadi fenomena yang sangat berbeda dari apa yang dikenal oleh generasi sebelumnya. Jika dulu surat cinta dan tatap mata di kafe menjadi lambang romansa, kini swipe kanan, emoji hati, dan “seen” menjadi bahasa baru yang mengiringi perjalanan cinta manusia modern. Namun, di tengah kemudahan dan kecepatan ini, kita perlu bertanya: apakah cinta di era digital ini membawa romantisme yang sejati, atau justru ilusi yang rapuh?

Istilah cinta dalam Sekejap

Aplikasi kencan, media sosial, dan platform digital telah meruntuhkan batas-batas geografis dalam menemukan cinta. Kini, menemukan pasangan hanya membutuhkan satu gerakan jari. Swipe kanan di Tinder atau match di Bumble bisa dengan cepat mempertemukan dua orang yang tidak pernah bertemu sebelumnya. Namun, apa yang terjadi setelah itu? Yup, kehilangan!

Kecepatan dalam menemukan cinta, sayangnya, juga sejalan dengan kecepatan dalam kehilangan cinta. Ketika ada begitu banyak pilihan, komitmen sering kali menjadi sesuatu yang sulit dipertahankan. Dalam hitungan detik, seseorang bisa berpindah dari satu hubungan ke hubungan lainnya. Aspek kedalaman dan komitmen sering tergantikan oleh permukaan hubungan yang cepat berubah. Hubungan asmara dalam bentuk digital sering kali terasa instan, namun kurang diresapi oleh ketulusan dan pertahanan dalam komitmen masing-masing.

Romantis yang Terukur?

Salah satu hal yang menarik dari asmara di era digital adalah bagaimana romantisme kini bisa dihitung dan diukur. Berapa banyak “like” yang didapatkan pada foto pasangan di Instagram, berapa lama pesan dibalas, atau seberapa sering seseorang mengunggah kebersamaan mereka di media sosial menjadi indikator “keberhasilan” dalam cinta. Namun, apakah hal-hal ini benar-benar mencerminkan perasaan yang sesungguhnya? Tentu tidak!

Kita sering terjebak dalam kebutuhan untuk menampilkan hubungan kita secara publik, berharap agar diakui sebagai pasangan yang “bahagia.” Namun, dalam prosesnya, kita mungkin mengabaikan esensi dari hubungan itu sendiri. Perhatian kita lebih banyak tersita untuk mengabadikan momen, daripada benar-benar menikmati momen itu bersama orang yang kita cintai. Romantis, dalam bentuk digital, bisa terasa terukur dan terkendali, namun terkadang menghilangkan aspek spontanitas dan ketulusan yang menjadi inti dari cinta itu sendiri.

Aspek positif

Namun, asmara di era digital tidak melulu negatif. Teknologi juga telah membuka peluang bagi banyak orang untuk bertemu pasangan yang mungkin tidak pernah mereka temui dalam kehidupan nyata. Bagi sebagian orang, aplikasi kencan telah menjadi jembatan bagi pertemuan yang sulit terjadi secara langsung, entah karena kesibukan, jarak, atau perbedaan latar belakang.

Platform ini juga memungkinkan orang untuk lebih terbuka dalam mencari pasangan yang benar-benar sejalan dengan nilai dan tujuan hidup mereka. Algoritma yang digunakan aplikasi kencan sering kali membantu mencocokkan orang berdasarkan kesamaan minat dan pandangan hidup, memberikan peluang yang lebih besar bagi hubungan yang lebih bermakna.

Mengembalikan Esensi Cinta

Namun, terlepas dari segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi, cinta tetaplah tentang keterhubungan yang mendalam antara dua hati. Teknologi bisa menjadi alat untuk menemukan cinta, tetapi tidak bisa menggantikan keintiman dan komitmen yang sejati. Cinta adalah tentang kerentanan, tentang keinginan untuk berkomunikasi dengan jujur, dan tentang usaha bersama untuk mempertahankan hubungan di tengah godaan dunia yang serba cepat.

Untuk menjaga esensi asmara tetap hidup di era digital ini, penting bagi kita untuk kembali pada hal-hal dasar. Koneksi nyata—melalui percakapan yang mendalam, tatap mata yang penuh makna, dan kehadiran secara fisik yang nyata adalah elemen yang tidak bisa tergantikan oleh notifikasi atau pesan instan. Cinta yang bertahan adalah cinta yang dibangun di atas fondasi kepercayaan, saling menghargai, dan komitmen yang tulus, bukan sekadar seberapa sering hubungan itu dipamerkan di dunia maya.

Okta Novita Sari
Okta Novita Sari
Saya fresh graduate, D3 manajemen informatika dari universitas mahakarya asia Saya memiliki karakter percaya diri, ceria, mudah beradaptasi, berani menyampaikan pendapat, berjiwa kepemimpinan, dan terbuka akan masukan Kekurangan saya adalah santai dan overthinking Saya memiliki pengalaman pekerjaan dibidang administrasi selama 1 tahun Saya juga memiliki kemampuan : Mahir menggunakan Microsoft office (word, excel, power point) Mahir dalam pemrograman java android studio Mahir dalam menggunakan Adobe Photoshop, Adobe Lightroom, figma, canva dan aplikasi sejenis nya
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.