Minggu, November 24, 2024

Interaksi Saat Pandemi di Era Digital

Nuha Taqiyyah
Nuha Taqiyyah
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka - Ilmu Komunikasi
- Advertisement -

Kita telah memasuki era baru yang di mana orang biasa menyebutnya era digital. Di era digital ini kita juga telah mengalami peningkatan cukup drastis dalam digital itu sendiri. Derasnya arus informasi di era yang sedang kita jalani saat ini bisa berdampak positif mau pun juga negatif.

Pandemi menjadi salah satu kejadian atau fenomena yang terjadi pada saat era digital berlangsung, yang kebetulan juga sangat berpengaruh bagi banyak orang. Karena kebanyakan orang memegang alat elektronik seperti, ponsel/smartphone, PC, televisi, dan masih banyak lagi. Mereka menggunakannya sebagai alat untuk menerima dan mengirimkan informasi. Namun tidak hanya itu saja kegunaannya, kita juga dapat berinteraksi melalui sambungan telepon atau video. Sebab terbatasnya interaksi sosial secara berlangsung saat pandemi. Akan tetapi kondisi pandemi saat ini terus membaik.

Interaksi sosial biasanya dilakukan secara langsung kebanyakan atau sekarang kita dapat melakukannya lewat media sosial. Akan tetapi karena pandemi, membuat banyak masyarakat susah untuk berinteraksi secara langsung antar individu mau pun kelompok. Jika ingin bertemu, pun harus menjaga jarak karena sudah ada peraturannya untuk protokol kesehatan atau disebut social distancing. Social disatancing tidak asing lagi di telinga kita bukan? Ya, artinya adalah pembatasan sosial. Hal ini membuat kita jadi menjaga jarak dengan orang lain, biasanya tidak boleh lebih dari 1 meter.

Menurut saya, dengan adanya social distancing untuk beberapa orang sepertinya agak kesulitan untuk berinteraksi. Karena biasanya kita berinteraksi dengan bebas, seperti saat bergandengan tangan, makan bersebelahan tanpa dibatasi jarak, mengobrol tanpa dibatasi oleh sebuah pembatas, dsb.

Akan tetapi social distancing ini terbilang efektif juga, untuk mencegah penularan berlebih kepada orang lain. Hanya saja saya lihat orang-orang juga terkadang tidak perlu pembatas seperti itu, bisa disebut juga melanggar ketentuan yang sudah berlaku. Jadi cara ini bisa dibilang efektif dan tidak efektif, tergantung bagaimana orangnya itu sendiri. Jika dia paham apa arti social distancing yang sebenarnya, ia tidak akan melanggar begitu saja.

Kemudian selain adanya social distancing, saya juga melihat bahwa, orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, ketimbang berada di luar. Karena banyak dari mereka yang memilih untuk menetap di rumah daripada harus keluar, mungkin alasannya bermacam-macam, seperti memang tidak ingin, tidak mau tertular atau pun menularkan, takut akan penyakit COVID-19 dan sebagainya. Salah satunya juga adanya WFH yang artinya Work From Home, orang-orang bekerja dari rumah, sebab banyak perusahaan yang tidak memperbolehkan para pekerjanya untuk datang langsung, efek dari COVID-19 untuk mencegah penularan berlebih, tapi penerapan tersebut juga tidak diterapkan di semua perusahaan.

Dengan adanya fenomena pandemi, seperti bekerja dari rumah, orang biasa menggunakan aplikasi video konferensi untuk pertemuan secara virtual selain media sosial, contohnya adalah zoom dan google meet. Aplikasi tersebut sangat berguna untuk orang-orang yang tidak bisa berkumpul jadi satu secara langsung, akan tetapi tetap dapat melakukan interaksi sosial, meski hanya lewat aplikasi.

Selain para pekerja yang melakukan WFH, anak-anak sekolah atau yang sedang menempuh pendidikan, juga menerapkan hal tersebut, yang biasa disebut belajar daring (menurut kamus KBBI Kemendikbud, daring adalah akronim ‘dalam jaringan’, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya). Dengan adanya fenomena daring ini bisa disebut sebagai kontak sosial sekunder langsung.

Meskipun sangat berguna untuk tidak bertemu langsung dan meminimalisir penularan berlebih, aplikasi ini juga memiliki kesulitan dalam interaksi secara langsung, seperti saat mereka harus bertemu dengan orang langsung, tidak mudah untuk bisa berinteraksi sosial kembali. Karena saya melihat tidak hanya satu atau dua orang saja, namun banyak orang yang akhirnya susah tidak biasa berinteraksi sosial secara langsung (kontak sosial primer).

Penyebab yang terjadi saat kesulitan berinteraksi, bisa aja karena sudah terbiasa menggunakan aplikasi video konferensi dan akhirnya mengharuskan orang untuk harus bisa adaptasi kembali dalam lingkungan. Maka dari itu jika kita semisalnya menemukan orang yang susah berinteraksi untuk bersosialisasi, tidak ada salahnya untuk membantunya agar ia berani dan mau untuk berinteraksi secara langsung lagi. Karena bagaimanapun juga kita ini adalah makhluk sosial bukan, yang hidup berdampingan satu sama lain.

- Advertisement -

Akan tetapi interaksi tidak hanya dilakukan secara langsung, ya betul sekarang ada ponsel serta media sosial kita sudah bisa berinteraksi dengan orang lain dan sangat berguna untuk orang-orang di sekitar kita. Saat kita menggunakan media sosial, kita juga akan mendapatkan informasi dengan sangat cepat. Karena selama pandemi berlangsung, informasi yang bermanfaat akan sangat membantu. Apalagi jika itu mengenai keadaan COVID-19, berita soal PPKM, vaksin, dsb..

Jarak memang memisahkan kita selama pandemi berlangsung, namun masyarakat harus tetap bersatu, agar bisa membangun kebersamaan dan berjuang bersama dalam melawan COVID-19 di era pandemi, maka dari itu ada yang namanya kerja sama. Yang saya lihat kerja sama itu seperti, dokter yang membantu para pasien untuk sembuh, pemberian bantuan sosial (bansos) kepada orang yang terserang COVID-19 atau yang membutuhkan, menyemangati satu sama lain (karena selama pandemi mungkin rasanya berat untuk dilewati), dan sebagainya.

Menurut saya pandemi yang terjadi di masyarakat ini adalah kondisi yang memprihatinkan, tapi juga membutuhkan perhatian yang besar. Karena kita juga perlu kerja sama antar masyarakat untuk mencapai Indonesia yang lebih baik. Dari pandemi kita juga belajar bahwa kita tetap bisa bersosialisasi meski kita harus menjaga jarak, dan tetap bisa berinteraksi lewat media sosial, jika kita tidak bisa bertemu langsung. Sekian pemaparan opini saya, terima kasih.

Nuha Taqiyyah
Nuha Taqiyyah
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka - Ilmu Komunikasi
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.