Kamis, Oktober 10, 2024

Inovasi Pemerintah Daerah dengan Cinta

Fani Heru Wismono
Fani Heru Wismono
Sedang mencoba untuk banyak mendengar, karena sudah terlalu banyak bicara.

Syahdan, para pujangga mengatakan bahwa cinta adalah sebuah variabel yang memiliki hubungan erat dengan semua variabel lain di luar dirinya. Sebuah peperangan besar bisa tersulut gara-gara cinta.

Ingat, kisah Rahwana yang begitu melihat Sinta langsung jatuh cinta dan ingin memiliki meskipun milik orang lain. Hingga akhirnya perang tak bisa dielakkan lagi, dengan kekalahan Rahwana ditangan Rama suami dari Sinta.

Lain lagi kisah perang Troya yang dipicu karena kisah cinta terlarang Helen dan Paris. Akibat melarikan istri dari Menelaos Raja Sparta, maka perang atas nama kehormatan dan cinta tidak bisa terelakkan. Namun demikian sebaliknya juga kisah cinta juga dapat mendamaikan dua keluarga yaitu Montague dan Capulet yang berseteru sejak lama.

Kematian antara anak-anak mereka yaitu Romeo dan Juliet karena kisah cintanya tidak direstui keluarga  berujung pada kematian keduanya. Meskipun akibat cinta tanpa restu itu fatal dan berujung kematian, akhirnya terjadi kesepakatan antar kedua keluarga tersebut untuk berdamai.

Kisah cinta Romeo dan Juliet adalah salah satu karya Shakespeare yang menjadi legenda hingga saat ini. Begitulah kira-kira kekuatan cinta yang mampu memberi energi positif dan negatif tergantung siapa yang menggerakkan.

Dalam “Konsep Ikigai” yang dikenal luas di Jepang, setiap orang pasti memiliki alasan melakukan suatu perbuatan tertentu.  Iki (kehidupan) dan gai (nilai) merupakan sebuah konsep mengenai alasan atas eksistensi diri.

Ada yang mengatakan jika kita memahami konsep ikigai ini, maka kita akan menemukan kebahagiaan meskipun kita sedang dalam tekanan kehidupan maupun pekerjaan. Salah satu elemen pembentuk ikigai adalah cinta.

Sehingga apapun yang sedang dikerjakan pastikan dasarnya adalah cinta, karena dengannya seseorang mampu bekerja rela hati, tanpa pamrih, dan mau berkorban apapun. Namun demikian konsep ini juga harus menggabungkan elemen-elemen lainnya sehingga terbentuklah nilai ikigai secara sempurna.

Demikian dengan menumbuhkan rasa cinta berinovasi. Tidak mudah, tapi ketika cinta berinovasi itu tumbuh maka akan dirasakan perubahan dahsyat yang akan terjadi. Inovasi bisa menjadi pembeda, pengungkit daya saing, dan menjadi pemenang dalam mencapai masa depan gemilang suatu bangsa.

Menumbuhkan Cinta Inovasi di Daerah

Tak kenal maka tak sayang, begitu kira-kira pepatah mengatakan. Begitu pula untuk istilah inovasi, yang baru beberapa tahun belakangan menjadi trend bagian penting penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Daerah-daerah yang telah menerapkan inovasi secara masif, meskipun kebanyakan akibat dari kuatnya kepemimpinan kepala daerahnya, namun setidaknya telah memberikan warna berbeda di kancah nasional.

Sebut saja Kota Bandung, Kabupaten Banyuwangi, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, dan  masih ada beberapa kabupaten/ kota lain yang memiliki kadar inovasi daerah tinggi. Namun jika dibanding dengan lebih dari 500 an kabupaten/kota yang ada di seluruh Indonesia, masih terlalu sedikit jumlah daerah yang kelihatan nyata berinovasi dalam skala yang masif dan berdampak luas bagi  masyarakatnya. Perlu lebih banyak lagi kabupaten/ kota lain yang harus didorong untuk lebih melakukan inovasi.

Untuk itulah perlu gerakan besar-besaran berinovasi, mulai dari tahap pengenalan inovasi, membiasakan, membudayakan, hingga memunculkan rasa cinta mendalam terhadap inovasi. Sehingga untuk sampai tahap mencintai tentu harus kenal lebih dekat terlebih dahulu dengan konsep inovasi.

Banyak tawaran konsep inovasi yang bisa dipakai daerah untuk memulai langkah inovasinya. Salah satu tawaran konsep inovasi adalah “Laboratorium Inovasi” yang sudah hampir 5 tahun ini gencar dikampanyekan oleh Lembaga Administrasi Negara.

Konsep Laboratorium Inovasi setidaknya telah dilaksanakan di lebih dari 75 daerah baik Provinsi/ Kabupaten/ Kota di Indonesia dengan menghasilkan kurang lebih 8640 gagasan inovasi. Menggunakan pendekatan konsep kompetisi seperti yang digagas oleh Kementerian PAN dan RB melalui SINOVIK, maka setidaknya setiap tahunnya masuk 99 top inovasi pelayanan publik. Jika dihitung dari tahun 2014-2019, maka sudah dilahirkan 594 inovasi.

Tidak mudah dalam jangka waktu 5 tahun mendorong begitu banyak inovasi daerah lahir, tapi bukan hal yang mustahil dilakukan. Masih perlu lebih banyak inovasi lagi yang sifatnya breakthrough bukan sekeder parsial atau incremental saja agar bisa menopang Indonesia menjadi negara yang berdaya saing dan mampu berkompetisi secara global sejajar dengan negara-negara maju dunia lainnya.

Untuk itulah ditataran bawah, perlu terus didorong daerah-daerah agar sadar inovasi dan mau menyiapkan ekosistem inovasi di daerahnya. Bukan hanya sekedar jumlah inovasi yang berkembang, tetapi perlu membuat inovasi menjadi satu sistem yang terstruktur rapi. Mengingat visi birokrasi Indonesia di tahun 2024 menuju world class bureaucracy, maka perlu kerja keras semua pemangku kebijakan di pusat dan daerah bersinergi mewujudkannya.

Cinta juga bisa digunakan untuk menjadi sebuah gerakan inovasi di daerah, karena tanpa cinta inovasi tak bisa cepat tumbuh berkembang. Hanya cintalah yang akan mengantarkan seluruh komponen di daerah bersatu padu dan menguatkan inovasi menjadi satu kekuatan besar mendorong daya saing daerah.

Daerah inovatif akan memberikan kemanfaatan kepada masyarakatnya, dan juga menjadi inspirasi daerah lainnya. Oleh karenanya kenalilah inovasi dan bergerak berinovasi dan jadikan cinta sebagai alasan daerah melakukan inovasi. Inovasi karena cinta!

Fani Heru Wismono
Fani Heru Wismono
Sedang mencoba untuk banyak mendengar, karena sudah terlalu banyak bicara.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.