Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan Indonesia untuk turut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ini sejalan dengan politik luar negeri bebas aktif Indonesia yang diwujudkan antara lain dalam bentuk partisipasi aktif di organisasi internasional.
Organisasi internasional adalah organisasi atau forum antar pemerintah atau non-pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama internasional dan dibentuk dengan aturan tertentu atau kesepakatan bersama. Melalui organisasi internasional, Indonesia telah berperan antara lain dalam proses mediasi berbagai konflik.
Organisasi Internasional (OI) ada yang bersifat regional seperti ASEAN, ada yang bersifat afiliasi keagamaan seperti OKI (Organisasi Kerja Sama Islam). Selain itu ada juga yang seperti MIKTA, suatu kerja sama inovatif antara negara-negara dengan ekonomi berkembang yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
Data Kementerian Luar Negeri tahun 2015, mencatat bahwa terdapat sekitar 2.100 orang Indonesia yang bekerja di organisasi internasional. Jumlah ini tersebar sebanyak 80 orang di PBB (dari sekitar 44 ribu staf di PBB), 232 orang di OI di luar negeri dan 1.860 orang di OI di Indonesia. Rasio WNI di badan energi atom dunia, IAEA sebesar 0,39 %, yakni 10 orang dari sekitar 2.500 orang, sementara rasio WNI di organisasi perdagangan dunia, WTO 0%.
Jumlah ini tentu relatif kecil bila dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Filipina yang dengan 99 juta penduduknya telah menempatkan sebanyak 800 orang di OI. Bahkan Bangladesh, telah terdapat 121 orang di OI, dari 164 juta penduduknya.
Tidak sedikit orang Indonesia yang dipercaya pada jabatan strategis di organisasi internasional dalam berbagai bidang. Di bidang ekonomi ada Sri Mulyani Indrawati yang pernah dipercaya menjadi World Bank’s Managing Director. Di bidang sosial politik ada Marzuki Darusman yang menjadi direktur pendiri Human Rights Resource Centre for ASEAN (HRRCA). Di bidang agama ada Salim Segaf Aljufri yang dipercaya sebagai wakil ketua International Union of Muslim Scholar. Di bidang pangan ada Purwiyatno Hariyadi yang menjabat Vice Chair Codex Alimentarius Commission (CAC) 2017-2019.
Keanggotaan Indonesia pada lebih dari 200 OI seperti UNESCO, UNICEF, IAEA, dan sebagainya perlu dimanfaatkan dalam bentuk berbagai peluang kerja bagi WNI. Harapannya, kepentingan-kepentingan Indonesia akan lebih terwakili di dunia internasional.
Indonesia=Aquaman?
Dalam film Aquaman, sang tokoh utama Arthur Curry dikisahkan memiliki ibu yang berasal dari Atlantis. Legenda Atlantis muncul dalam berbagai karya fiksi, namun selain itu muncul pula berbagai kisah yang membahas lokasi Atlantis. Salah satu teori itu merujuk pada Indonesia.
Terlepas dari klaim tersebut, dalam konteks kondisi Indonesia di OI, terdapat kemiripan dengan kisah Aquaman. Aquaman digambarkan seperti orang kebanyakan (ia bahkan tidak pernah dianggap ada oleh kampung halamannya). Rambut gondrong, bertato, lengkap dengan bau badan yang tak sedap. Sama sekali tidak layak menjadi raja apabila penampilannya dilihat secara sepintas lalu.
Namun kemudian, Arthur berhasil menemukan kembali trisula legenda yang hilang. Trisula tersebut membuatnya mampu berkomunikasi dengan para penghuni lautan dan kemudian merebut kembali tahta kerajaan bawah laut.
WNI yang berminat meniti karir sebagai pegawai internasional di OI seperti PBB dapat melalui skema rekrutmen seperti United Nations Young Professionals Programme. Salah satu persyaratan yang diminta biasanya terkait kemampuan bahasa asing seperti bahasa Inggris atau Perancis.
Secara alami, bangsa Indonesia adalah bangsa poliglot yang terbiasa dengan lebih dari satu bahasa. Jamak menjumpai orang Indonesia yang berbicara dalam sedikitnya dua bahasa, bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Sejatinya itu adalah.modal utama untuk berinteraksi dan menjalin jejaring dalam organisasi internasional. Boleh jadi, itulah trisula legenda bagi bangsa Indonesia.
Mungkin ada sebagian bangsa Indonesia yang merasa seperti Arthur. Lebih nyaman untuk menjadi orang biasa, tanpa perlu menjadi raja. Namun terkadang ada hal-hal yang mengharuskan orang biasa itu untuk menjemput takdirnya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, sudah selayaknya berkontribusi besar.
Referensi:
- Republik Indonesia, Undang‐undang Dasar 1945
- Forcang 19: Peningkatan Peran Indonesia Di Dunia Global. https://www.youtube.com/watch?v=I6Lvd8H4pVw
- http://blogs.worldbank.org/team/sri-mulyani-indrawati
- http://www.icomdp.org/commission/marzuki-darusman/
- http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/roster/detail/en/c/1025316/
- http://un.or.id/ypp
- https://www.aquamanmovie.com/