Foto diatas ini mewakili spesies lainnya yang bernasib sama, tentu bukan hanya Komodo, masih ada dan masih banyak lagi hewan yang bernasib sama sebut saja Badak di Ujung Kulon, Monyet di Pulo Manuk (Bayah), Kera, Burung dan lain sebagainya; semakin hari mereka semakin terancam ruang hidupnya oleh predator “pembangunan” skala besar demi kepentingan akumulasi kapital yang semakin hari semakin besar.
Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana nantinya jika hewan-hewan yang semestinya berada dihutan, tetapi “hutan” tempat tinggal mereka sudah tergerus atas nama pembangunan, akhirnya dengan terpaksa mereka (Red : hewan) harus tinggal dirumah-rumah masyarakat. Ini jelas ancaman bagi kelangsungan kehidupan umat manusia serta hewan-hewan langka.
Kepentingan Produksi Kapital
Contoh kasusnya di daerah Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, dalam beberapa tahun terakhir saja, hampir ratusan hewan primata (monyet), bermigrasi dari hutan Pamubulan yang sekarang disulap menjadi ‘Pabrik Semen’ dengan dalih atas nama pembangunan ekonomi, mereka sekelompok (Red:monyet) berpindah kedaerah wisata Pulo Manuk, Lebak Banten hanya untuk mencari makan dan bertahap hidup, bahkan tak jarang wisatawan domestik sembari berwisata ke pantai Pulo Manuk atau yang ingin ke pantai Sawarna Bayah-Lebak, sering menghampiri sekelompok monyet yang sedang kelaparan untuk diberikan makanan atau hanya sekedar dijadikan objek selfie.
Hal itu menjadi tanda bahwa ruang hidup sekelompok monyet tersebut sudah berubah dari Hutan menjadi industri pabrik untuk kepentingan produksi kapital. Jika ini terus berlarut dan tak ada solusi, maka kausalitas disini akan menjawabnya. Ini satu contoh terkikisnya ruang-ruang hidup demi kepentingan komoditas produksi.
Krisis Sosial-Ekologis
Dibeberapa daerah yang ada di Kabupaten Lebak seperti Kecamatan Rangkasbitung, Cibadak, Cileles, Cikulur, Maja dan Sajira, terdapat Penyusutan lahan pertanian, hutan dan perkebunan dikarenakan beberapa alih fungsi lahan, seperti kawasan industri terpadu, ekspansi industri manufaktur dan ekstraktif, sektor industri properti hingga megaproyek infrastruktur jalan Tol Serang-Panimbang. Peralihan lahan yang semula dijadikan ruang hidup masyarakat menjadi area-area investasi besar, tentu akan menyebabkan berbagai problem. Seperti menyempitnya ruang pertanian sehingga akan mengurangi produktivitas produksi komoditas pangan, berkurangnya jumlah petani yang akan berimplikasi pada keberlanjutan generasi petani.
Situasi ini tentu akan berimplikasi pada banyak hal, salah satunya ialah kesimbangan lingkungan hidup. Semakin meluasnya ekspansi industri akan mempengaruhi luasan lahan produksi masyarakat, sehingga kehidupan petani akan semakin jauh dari wacana keadilan yang masif. Selain itu dengan menyusutnya lahan pertanian, akan memicu pembukaan lahan-lahan di hutan, seperti yang sudah dijelaskan diatas bagaimana rusaknya alam daerah Bayah, Lebak, Banten karena pembukaan industri pabrik. Situasi ini akan mempengaruhi keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan hidup.
Dampaknya lebih luas lagi yaitu daerah Provinsi Banten khususnya Kabupaten Lebak kini dihadapkan pada wacana krisis sosial-ekologis, di mana lahan pertanian berkurang akan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, lalu karena lahan semakin menyempit maka kawasan-kawasan yang awalnya merupakan vegetasi alami, seperti hutan mulai beralih fungsi menjadi kawasan perekonomian yang jelas sangat berbahaya bagi keberlanjutan ekosistem.
A Brief History of Humankind
Berkaitan dengan yang sudah dijelaskan diatas tadi dalam Replacement Theory oleh Yuval Noah Harari menyebutkan dalam magnum opusnya “A Brief History of Humankind” bahwa sejarah umat Manusia adalah perselisihan, peperangan bahkan genosida terhadap spesies lain dalam perang antar spesies sekitar 50.000 – 70.000 tahun yang lalu. yang kedua adalah interbreeding theory, teori ini menjelaskan bahwa kedua Spesies yaitu Homo Sapiens dan Neanderthals menikah. Hal tersebut diperkuat dengan fakta bahwa 1-4% DNA sapiens yang saat ini tinggal di Arab dan Eropa adalah DNA Neanderthals.
Yuval Noah Harari sendiri meyakini kedua hal tersebut memang terjadi. Sapiens yang mendorong kepunahan spesies manusia yang lain, dan sejumlah Neanderthals maupun Denovian yang “beruntung” menjadi tawanan atau dinikahi oleh spesies sapiens, sehingga jejak DNA mereka masih tersisa di spesies Sapiens saat ini. Bagaimana spesies kita membuat spesies lain punah (selain perang).
Lalu apa yang menyebabkan sapiens bertahan? Harari menuliskan setidaknya ada tiga hal yang membuat sapiens bertahan yang pertama bahasa membuat sapiens bisa berkomunikasi dan berkoordinasi, kedua bahasa dapat dipakai untuk bergosip dengan sesamanya, dan ketiga adalah imajinasi.
Membuat Industri pabrik (perusahaan) menurut Harari adalah Imajinasi terbesar sapiens saat ini. Industri pabrik merupakan wujud dari “Collective Imagination” dari sapiens modern. Tidak hanya industri pabrik (perusahaan) imajinasi kolektif sapiens di era modern saat ini juga terjadi pada banyak hal seperti imajinasi tentang negara, ideologi, hak asasi manusia, dan banyak hal lainnya. Hal-hal tersebut merupakan produk budaya dan imajinasi dari spesies sapiens yang muncul untuk sekedar mempersatukan segerombolan sapiens.
Ketiga hal tersebut muncul ketika masa cognitive revolution, dan membuat sapiens mampu bersatu dan bergerombol dalam jumlah besar. Spesies lain tentu mampu bergerombol dan berkerjasama, akan tetapi ada batasan. Berbeda, dengan kemampuan barunya tersebut, sapiens dapat bergerombol dalam jumlah yang besar, dan tentunya mampu mengalahkan dan menyingkirkan spesies lain dengan mudah.
Kemudian homo sapiens modern yaitu manusia mendominasi bahkan menguasi Dunia hingga saat ini, tetapi pasca peperangan dan Genosida sekitar 50 ribu tahun lalu, Homo soloensis dan Homo denisova terakhir mati. Selang 20 ribu tahun, Neanderthal menyusul. Dan 12 ribu tahun yang lalu, manusia-manusia Flores, yang bertubuh lebih kecil daripada saudara – saudaranya, turut berakhir.
Ruang hidup, industri pabrik, Peperangan sejarah umat manusia hingga beralihnya lahan-lahan hutan yang dijelaskan diatas adalah bentuk ambisi kekuasaan sapiens yang saya kira terlalu serakah dan merasa ingin menguasai dunia melalui imajinasinya. Dan ini adalah pertanda, bahwa jangan sampai sejarah terulang kembali, bukankah homo sapiens adalah manusia paling bijak diantara genus-genus lainnya?
Referensi :
- Sapiens A Brief History of Humankind, Yuval Noah Harari
- Ruang Hidup Terancam Rezim, Walhi.or.id