Kamis, April 25, 2024

Hoax, Antara Kepentingan dan Kegentingan

muhammad ridha
muhammad ridha
Dosen Teknologi Pendidikan UIN Antasari Banjarmasin; Alumni Program Magister Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang; Ketua Yayasan Titik Fokus Karya. Penulis dapat dihubungi via email ridha@uin-antasari.ac.id

Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau, beragam suku, budaya, dan agama yang tersebar dari sabang sampai merauke merupakan suatu negara kesatuan yang unik dengan keberagamannya.

Dengan keragaman yang dimiliki, Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar untuk menjadi negara maju sekaligus potensi yang tidak kecil untuk menjadi negara “gagal” dan “terpecah-pecah”. Namun beruntung, sejak awal didirikannya, Indonesia sudah menyadari keragaman tersebut dan telah menegaskan dirinya meski berbeda dengan segala keragaman agama, suku dan budaya, namun tetap memutuskan untuk bersatu (Bhineka Tunggal Ika)

Keragaman yang dimiliki tersebut menghendaki suatu pengelolaan yang tepat dalam rangka memaksimalkan manfaat dan meminimalkan mudharat. Isu-isu yang berkaitan dengan agama, suku dan budaya merupakan hal-hal yang sangat sensitif dan harus senantiasa mendapat perhatian sangat serius.

Masih segar diingatan penulis pada tahun 2016 silam, kasus yang sebenarnya merupakan kriminal murni yang terjadi antara dua pemuda di Banjarmasin, yang kebetulan pelaku berasal dari suku Madura dan korban berasal dari suku Dayak.

Kejadian tersebut sempat menimbulkan kegaduhan antar suku karena di picu oleh munculnya spanduk yang memuat informasi hoax serta bernada sangat provokatif disekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP). Pemicu tersebut pun menjadi semakin besar pengaruhnya ketika ada pihak yang dengan sengaja menyebarluaskan foto spanduk tersebut ke berbagai media sosial dengan caption yang juga bernada provakatif.

Kemudian, pada pemilihan umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta yang lalu, begitu banyaknya informasi-informasi hoax diluncurkan untuk mengganggu stabilitas politik dan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jenis hoax yang ditebarkan pun tidak terbatas hanya tentang pribadi calon, tapi juga sudah merambah hingga ke wilayah agama, suku dan etnis. Bahkan, dampak yang ditimbulkan ditengah  masyarakat sampai pada munculnya saling klaim antara pihak yang merasa paling islami dan pihak yang merasa paling nasionalis. Identitas primer menjadi lebih ditonjolkan daripada identitas sekunder (nasional).

Dua kasus sebagaimana tersebut di atas kiranya sudah sangat cukup untuk dijadikan rambu-rambu atau pelajaran berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara yang mencita-citakan keharmonisan dalam keberagamannya. Tak perlu ada pengulangan kasus yang sama dengan tempat yang berbeda.

Tantangan dan Harapan

Baru-baru ini pihak kepolisian republik Indonesia telah berhasil mengungkap kelompok Muslim Cyber Army (MCA) yang dinilai sebagai produsen informasi hoax. Sebelumnya, pada tahun 2017 lalu, pihak kepolisian juga sudah berhasil mengungkap keberadaan sindikat bernama Saracen yang juga dianggap sebagai spesialis menyebarkan berita hoax. Saracen dan Muslim Cyber Army (MCA) hanyalah dua contoh mesin produksi hoax yang berhasil ditemukan dan dihentikan. Mungkin saja masih banyak mesin-mesin sejenis yang masih aktif berproduksi diluar sana.

Peredaran informasi-informasi hoax yang semakin marak dewasa ini memberikan dampak tidak hanya pada stabilitas kenyamanan dan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara, namun juga pada tingkat kepercayaan suatu informasi. Semakin banyak informasi hoax yang ditebarkan, maka semakin sulit untuk memilah mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Perlu usaha yang cukup keras terlebih dahulu sebelum bisa menentukan mana informasi yang benar dan tidak.

Ke depan, kita akan melaksanakan pilkada serentak, disusul oleh pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Tahun politik adalah tahun yang dianggap sebagai penuh intrik dan taktik. Tahun yang penuh kebaikan, namun juga penuh kecurigaan. Di tahun itulah peluang bisnis hoax menjadi terbuka lebar.

Bisnis informasi hoax akan menemukan pasar utamanya pada tahun politik ini. Peluang produksi meningkat. Kecepatan arus informasi beredar dan kemudahan akses terhadap informasi di era dewasa ini menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi produsen dan pemilik kepentingan informasi-informasi hoax tersebut.

Imbalan besar demi memuluskan rencana politik tertentu dari aktor-aktor yang gelap mata dan keras hati menjadikan bisnis hoax semakin menggiurkan. Ada uang, ada barang. Meskipun merupakan ancaman nyata bagi stabilitas kenyamanan dan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, beragam usaha pun mesti dilakukan untuk menghadapi banjir informasi hoax tersebut.

Pertama, perlunya meningkatkan daya kritis terhadap beragam informasi yang dilihat, didengar dan dibaca, baik dalam bentuk gambar, meme, video, berita dan tulisan. Setiap informasi yang dilihat, didengar dan dibaca perlu untuk dibandingkan dengan informasi sejenis, namun dengan sumber yang berbeda atau dengan menelusuri secara seksama sumber awal yang dianggap memiliki otoritas terhadap informasi tersebut.

Penulis pernah beberapa kali mendapatkan kiriman informasi yang dikemas dengan susunan diksi yang bagus dan mencantumkan lembaga/individu yang memiliki otoritas yang sesuai dengan informasi yang disajikan serta melampirkan link dimana berita/informasi tersebut dipublikasikan secara online sehingga secara sekilas akan terkesan sebagai berita yang valid. Padahal, antara link yang dicantumkan dengan isi berita yang disajikan berbeda sangat jauh.

Kedua, turut serta menghentikan peredaran informasi hoax. Informasi-informasi hoax akan sangat mudah dan semakin luas tersebar karena memanfaatkan jaringan sosial media. Media sosial merupakan sarana yang paling efektif untuk menyebarkan beragam infromasi secara cepat, tanpa terkecuali informasi hoax.

Oleh karena itu, sebagai salah satu pengguna, kita memiliki tanggungjawab untuk menghentikan peredaran informasi-informasi hoax tersebut, baik melalui pelaporan, keputusan untuk tidak menyebarkannya lebih lanjut, maupun melalui pemberian klarifikasi berupa komentar langsung atau tanggapan seperti menambahkan informasi penyanggah dengan sumber yang jelas dan terpercaya.

Terakhir, turut serta memberikan edukasi untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat. Banyak masyarakat yang masih belum menyadari dan memahami tentang begitu mudahnya sebuah informasi hoax di produksi dan begitu mudahnya sebuah website berita/informasi dibuat.

Banyaknya informasi-informasi hoax yang bertebaran pun turut mengaburkan dan menyulitkan masyarakat untuk menentukan mana informasi yang benar dan mana informasi yang hoax. Apalagi jika hanya berminat membaca apa yang disenangi atau sesuai dengan minat saja. Judul sebuah informasi/berita merupakan salah satu bagian yang paling sering dibuat hoax.

Oleh karena itu, tanggungjawab untuk memberikan pemahaman dan informasi yang benar bagi masyarakat merupakan tanggungjawab yang wajib dipikul oleh mereka yang menyadari begitu besarnya potensi mudharat yang akan ditimbulkan hoax bagi keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika kepedulian bersama untuk selalu mengikhtiarkan kebaikan masih ada, maka hoax dengan segala kepentingan dan kegentingan yang dibawanya hanya akan ada tanpa makna. Begitu juga sebaliknya.

 

muhammad ridha
muhammad ridha
Dosen Teknologi Pendidikan UIN Antasari Banjarmasin; Alumni Program Magister Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang; Ketua Yayasan Titik Fokus Karya. Penulis dapat dihubungi via email ridha@uin-antasari.ac.id
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.