Persoalan kualitas dan kesejahteraan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) masih menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Setiap tahun, Hari Guru Nasional (HGN) menjadi momen refleksi sekaligus apresiasi atas peran guru. Pada November 2024, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) meluncurkan Bulan Guru Nasional. Kegiatan ini diadakan sebagai upaya untuk menyoroti kondisi GTK dan mempercepat pemberdayaan mereka.
Di lapangan, guru masih menghadapi berbagai kendala, termasuk beban kerja administratif yang berat dan distribusi kesejahteraan yang tidak merata. Banyak guru di daerah terpencil masih memiliki akses terbatas terhadap fasilitas belajar dan pelatihan. Dalam konteks ini, Kemdikdasmen mengusung Program Wajib Belajar 13 Tahun untuk meningkatkan akses pendidikan, yang diharapkan menjangkau semua lapisan masyarakat, termasuk daerah tertinggal.
Namun, kebijakan ini tidak akan optimal tanpa dukungan kualitas pengajaran yang memadai. Guru yang profesional dan kompeten merupakan fondasi utama untuk memastikan pendidikan yang berkualitas. Sertifikasi guru telah menjadi langkah utama untuk memastikan standar profesional, namun masih banyak guru yang belum bersertifikasi. Di lapangan, proses sertifikasi ini kerap terbentur oleh keterbatasan waktu dan akses bagi guru-guru di wilayah terpencil.
Sebagai tindak lanjut dari sertifikasi, Pemerintah memberikan tunjangan profesi untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Namun, banyak guru honorer yang belum mendapatkan tunjangan ini secara merata, yang mempengaruhi stabilitas ekonomi mereka. Kemdikdasmen juga meluncurkan beasiswa bagi guru yang belum bergelar S-1 atau D-IV, memberi kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan. Langkah ini penting agar mereka dapat memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi.
Kemdikdasmen menyadari bahwa selain aspek kesejahteraan, kualitas pengajaran guru juga perlu diperkuat melalui peningkatan kompetensi. Ada empat kompetensi utama yang menjadi fokus: kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional. Sayangnya, masih banyak guru yang belum memiliki akses terhadap pelatihan-pelatihan yang mendukung pengembangan keempat kompetensi ini. Karena itulah, Kemdikdasmen menyediakan pelatihan berkelanjutan yang melibatkan bimbingan konseling dan pendidikan nilai.
Bimbingan konseling sangat penting, terutama untuk membantu guru menjalankan perannya sebagai pembimbing siswa. Pendidikan nilai juga menjadi bagian penting untuk menanamkan karakter positif pada siswa. Program ini dirancang sebagai bagian dari Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang kini semakin difokuskan. Pelatihan ini diharapkan dapat membekali guru dalam menghadapi kebutuhan siswa secara lebih menyeluruh.
Dalam hal penghargaan dan apresiasi, Kemdikdasmen juga menyelenggarakan berbagai acara. Webinar, simposium, dan pameran dijadikan ajang apresiasi bagi guru yang berinovasi. Namun, kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan sehari-hari di lapangan. HGN 2024 menjadi ajang yang tidak hanya merayakan, tetapi juga memperkuat jaringan profesional dan mengupayakan penyelesaian masalah GTK.
Di era digital, kemampuan penguasaan teknologi menjadi penting bagi guru. Penguasaan teknologi mendukung mereka agar lebih efektif dan efisien dalam mengajar. Kemdikdasmen pun telah mengadakan pelatihan berbasis teknologi untuk membantu guru menghadapi tantangan abad ke-21. Dengan kompetensi ini, diharapkan guru dapat memaksimalkan potensi siswa serta menghadirkan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman.
Pemberdayaan GTK oleh Kemdikdasmen menunjukkan bahwa kebijakan tidak hanya berfokus pada aturan, tetapi juga implementasi nyata. Setiap kebijakan diharapkan menjawab tantangan nyata di lapangan, seperti kesenjangan akses, ketimpangan kualitas, dan kesejahteraan yang belum merata. Kebijakan ini juga diharapkan mendorong guru agar lebih siap menghadapi tantangan pendidikan di masa depan.
Guru yang kompeten dan sejahtera memiliki peran penting dalam pembentukan generasi penerus bangsa. Mereka tidak hanya pengajar, tetapi juga pembentuk karakter siswa. Dalam hal ini, guru memiliki tanggung jawab besar yang mendukung perkembangan sumber daya manusia berkualitas. Oleh karena itu, pemberdayaan GTK bukan hanya upaya peningkatan kualitas individu, tetapi juga peningkatan pendidikan secara nasional.
Dengan evaluasi dan kebijakan yang adaptif, pemberdayaan GTK diharapkan dapat berjalan berkelanjutan. HGN 2024 juga menjadi momen penting untuk meningkatkan dukungan pada guru agar terus berinovasi. Melalui pendidikan berkualitas, Indonesia diharapkan mampu menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan global.