Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang terpilih pada (9/11/2016) silam, cukup menarik perhatian masyarakat luar maupun dalam negeri. Trump berhasil mengakhiri dominasi masa pemerintahan Partai Demokrat selama delapan tahun di Gedung Putih.
Meski sudah melakukan banyak perubahan bagi negeri Paman Sam ini, namun tidak dapat dipungkiri Trump adalah salah satu tokoh Presiden yang cukup kontroversional di Amerika. Banyak kebijakan maupun pernyataan yang menimbulkan polemik dikalangan masyarakat.
Pada November 2017 sendiri, Trump memutuskan untuk melakukan kunjungan ke beberapa negara di Asia selama 12 hari. Keputusan tersebut dibuat ditengah investigasi mengenai adanya intervensi dari Rusia saat pemilu Amerika Serikat berlangsung tahun lalu. Berikut adalah beberapa hal kontroversial yang dilakukan Trump :
1. Melarang Kedatangan Imigran dari 7 Negera Muslim
Selang beberapa hari setelah pelantikannya sebagai Presiden, Donald Trump langsung menandatangani perintah eksekutif berisikan larangan masuk bagi warga asal tujuh negara mayoritas Muslim. Lewat penandatangan tersebut, banyak tokoh-tokoh besar seperti Presiden, maupun pengamat politik internasional yang angkat suara.
Dilansir dari CNNIndonesia, Dubes Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi Nasrabadi, berpendapat bahwa kebijakan yang dianggap diskriminatif itu diberlakukan dengan dasar “kemanan nasional”, namun AS tidak bisa begitu saja memasukkan Iran sebagai negara yang dianggap berisiko terorisme.
Nasrabadi menjelaskan, Sejak kebijakan tersebut diterbitkan, Iran langsung menangguhkan seluruh visa warga AS sebagai balasan karena Trump menetapkan “langkah provokatif” yang dapat memicu ketegangan antar kedua negara tersebut.
Selain hal itu, melalui kebijakan tersebut, diberitakan oleh The Independent, pada rabu (22/2/2017), Seorang pria asal Meksiko bernama Guadalupe Olivas Valencia memutuskan untuk menghabisi nyawanya sendiri setelah dideportasi dari Amerika.
2. Pernyataan Sinis kepada Pemandu Acara Fox News
Dalam sebuah acara televisi, terlihat sedikit pertengkaran antara Pemandu Acara Fox News, Megyn Kelly, dengan Calon Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump. Tidak hanya sampai disitu, Trump membawa pertengkaran tersebut kedalam akun media sosial miliknya.
“Saya menolak untuk memanggil Megyn Kelly murahan, karena secara politik itu tidak benar. Sebaliknya, saya hanya akan menyebutnya seorang reporter yang dangkal!” cuit Trump dalam akun Twitter resmi miliknya, @realDonaldTrump.
Selain tulisan kontroversinya itu, Trump juga meluapkan kemarahannya tersebut dengan membatalkan penampilan dalam debat yang rencananya akan dilangsungkan di Des Moines, lowa, dan akan ditayangkan oleh Fox News.
Amarah Trump bermula pada 8 Agustus 2015 dimana Kelly selaku Pemandu Acara meminta pertanggungjawaban kepada Trump terkait dengan bahasa hinaan yang keluar dari mulutnya ketika berbicara dengan wanita.
“Anda sudah memanggil wanita yang Anda tidak sukai dengan julukan babi gemuk, anjing, dan hewan menjijikkan,” kata Kelly. Ia menanyakan apakah perilaku semacam itu mencerminkan temperamen seorang pria yang harus dipilih sebagai presiden.
3. “Pernyataan Perang” yang Dilontarkan kepada Korea Utara
Dalam Forum Majelis Umum PBB, 23 September 2017, Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong-Ho, menggambarkan Trump sebagai “orang gila” dan sosok yang sakit secara mental. Menanggapi pernyataan tersebut, lewat akun twitternya, Trump menulis, “Baru saja mendengar Menteri Luar Negeri Korea Utara berbicara di PBB. Jika dia menggemakan pemikiran Little Rocket Man, mereka tidak akan lama lagi!”
Atas kicauannya tersebut, Trump dinilai Ri melakukan sebuah deklarasi perang terhadap Korea Utara. Dirinya berpendapat bahwa Pyongyang sebagai ibu kota Korea Utara, siap mempertahankan negaranya, dan mengambil langkah tegas dengan menembak jatuh pesawat Amerika Serikat.
Selain itu, dengan dimasukkannya Kim Jong-un dan 9 pejabat korut ke dalam daftar hitam AS juga memicu anggapan perang yang dideklarasikan oleh AS kepada Korut. Daftar hitam tersebut dikeluarkan dengan alasan pertanggungjawaban atas berbagai pelanggaran hak asasi manusia serius yang terjadi di Korut.
Menanggapi semua tudingan tersebut, Amerika Serikat sendiri membantah telah mengeluarkan pernyataan perang. Menurut Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee mereka belum mengumumkan perang melawan Korea Utara dan semua pernyataan itu tidak masuk akal.
Isu HAM di Korut ini juga mendapat perhatian dari komunitas internasional lainnya, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, pun meminta China untuk mendesak Korut sebagai sekutunya untuk bekerja sama menangani masalah HAM ini.
4. Kunjungan ke Beberapa Negara di Asia
Ditengah kontroversi adanya intervensi dari Rusia terhadap Pemilihan Presiden di Amerika Serikat tahun lalu, Donald Trump memutuskan untuk mengunjungi beberapa Negara di Asia hingga 14 November 2017.
Keputusan tersebut cukup menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran. Pasalnya, kepergian Trump ini membantu dirinya menghindari beberapa masalah yang terjadi di Washington.
Diantaranya adalah investigasi federal yang semakin memuncak terkait dengan dugaan ikut campur Rusia dalam pemilu AS tahun lalu. Belum lama berselang kota New York yang mengalami penyerangan teror yang menewaskan delapan orang dan juga perbedatan soal rencana pemangkasan pajak.
Dilansir dari CNNIndonesia, Kepergian Trump yang cukup lama membuat khawatir sejumlah sekutu yang takut upaya pemangkasan pajak bisa gagal tanpa kehadirannya, setelah melihat usulan reformasi undang-undang layanan kesehatan mandek.