Jumat, Maret 29, 2024

Gus Ipul, Puti, dan Nyanyian La Nyalla

Muhammad Bahruddin
Muhammad Bahruddin
Dosen Media dan Komunikasi di Universitas Dinamika Surabaya. Kandidat Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Keputusan untuk mengusung Puti Guntur Soekarno sebagai pasangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dinilai tepat bagi sebagian besar pengamat. Pasangan ini diyakini akan menempel ketat pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak.

Pasalnya, nama besar Seokarno yang berada di belakang Puti diprediksi mampu mendongkrak elektabilitas (keterpilihan) Gus Ipul-Puti Guntur. Bertambahnya dukungan dari PKS, dan Gerindra juga diyakini menjadi kekuatan yang solid dalam pertarungan pilkada Jawa Timur.

Sayang, kabar kurang sedap datang dari nyanyian La Nyalla yang merasa dikhianati Prabowo karena tidak jadi bakal calon gubernur. Isu mahar politik sebesar 40 miliar rupiah (konon sampai 170 miliar rupiah) pun berhembus. Nama Prabowo dan Gerindra dipertaruhkan. Bahkan, hingga artikel ini ditulis, isu ini masih menghiasi media cetak, elektronik, dan online. Nyaris setiap hari.

Bagaimana seharusnya tim pemenangan Gus Ipul-Puti menangkal isu sekaligus membranding pasangan ini agar bisa mengerek suara mereka sehinga mampu memenangkan pertarungan melawan Khofifah-Emil?

Nama Besar Soekarno

Sebagian besar warga Jawa Timur tentu kaget dengan pengganti Azwar Anas yang sebelumnya telah mengundurkan diri karena gerah foto-foto syur-nya beredar di media online. Ini karena nama Puti Guntur tidak cukup dikenal di Jawa Timur. Tapi keputusan PDIP untuk memasangkan Puti sebagai sebagai cawagub Gus Ipul tak bisa ditawar. Apalagi batas pendaftaran cagub dan cawagub ke KPU mendekati injury time. Keputusan ini tentu membuat peta kekuatan pilkada Jawa Timur menjadi sedikit bergeser.

Entah karena sudah menjadi rencana PDIP atau karena kebingungan memilih cawagub pasca pengunduran Anas, partai berlambang banteng hitam bermoncong putih ini yakin jika cucu proklamator Republik Indonesia itu mampu mengerek suara Gus Ipul untuk menandingi pasangan Khofifah-Emil, terutama dari pemilih perempuan dan milenial. Meski demikian, tidak mudah bagi pasangan ini untuk melenggang ke kursi nomor satu di Jawa Timur.

Nama besar Soekarno masih punya tuah di Jawa Timur. Presiden pertama Republik Indonesia ini menjadi salah satu nama paling keramat di antara tokoh-tokoh besar lain yang lahir di Jawa Timur. Apalagi ditambah dengan nama besar pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari yang menempel kuat di belakang Gus Ipul, sebagai cicit tokoh nasional itu. Sangat lengkap. Pasangan ini mengantongi dua tokoh besar yang menjadi kebanggan Jawa Timur.

Kendati demikian, tim pemenangan Gus Ipul-Puti Guntur tidak memiliki waktu banyak untuk memperjuangkan dan mensukseskan pasangan ini. Dalam waktu kurang lebih  lima bulan harus mampu “memanfaatkan” nama besar Seokarno di belakang Puti jika ingin menaikkan elektabilitasnya saat pilkada 28 Juni 2018 nanti.

Harus diingat, kecintaan seseorang terhadap seorang tokoh belum tentu menjadi elektabilitas. Apalagi nama Puti Guntur masih terlalu asing bagi warga Jawa Timur. Demikian juga dengan kiprah dan prestasinya, masih terlalu hijau untuk bisa bertarung di Jawa Timur.

Kemampuan mengomunikasikan pasangan ini tidak bisa ditawar lagi. Nama besar Soekarno dan kiprahnya harus di-branding dengan kuat dalam program  kampanye Gus Ipul-Puti Guntur. Hal ini karena warga Jawa Timur dinilai sebagai propinsi yang semakin cerdas dan dewasa dalam  berpolitik. Peristiwa reformasi 1998 memperlihatkan bahwa Jawa Timur dinilai sebagai wilayah paling aman, cerdas, dan dewasa dalam berdemokrasi. Jika ada riak-riak kecil di tengah pencalonan cagub-cawagub, masih dalam batas kewajaran dalam sebuah proses demokrasi.

Memanajemen Isu “Nyanyian” La Nyalla

Baru saja PDIP meredakan isu Azwar Anas yang mundur akibat tak kuat jika foto-foto syur-nya ditonton gratis para netizen, pasangan Gus Ipul-Puti Guntur telah menerima awu anget atas kasus yang menimpa La Nyalla Mattalitti. Isu tentang permintaan mahar Prabowo terhadap Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla sebesar 40 miliar rupiah (konon bahkan sampai 170 miliar rupiah) menjadi isu tak sedap bagi pasangan ini.

Memang tidak ada kaitan secara langsung antara La Nyalla dengan pasangan Gus Ipul-Puti Guntur. Tapi Partai Gerindra sudah terlanjur bergabung dengan pasangan ini. Nyanyian La Nyalla tentu akan menjadi hambatan bagi pasangan Gus Ipul-Puti Guntur. Isu ini akan menjadi noda hitam yang menempel dalam pasangan Gus Ipul-Puti Guntur sehingga mengancam elektabilitas mereka dalam pemilihan nanti. Ini cukup logis karena nama La Nyalla telah mendapat tempat di hati warga Jawa Timur, bahkan mengungguli Gus Ipul sendiri.

Survei yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) yang dilakukan pada bulan 25 Agustus – 5 September 2018 menyebutkan elektabilitas La Nyalla menempati urutan teratas dengan perolehan 23,1 persen. Perolehan ini mengungguli Risma 19, 2 persen, Khofifah 18,3 persen dan Gus Ipul 13,1 persen

Sementara hasil yang tidak jauh berbeda juga dilaporkan oleh Indonesia Development Monitoring (IDM) yang melakukan survei pada 10-20 September 2017 lalu. Tingkat elektabilitas La Nyalla berada di posisi teratas dengan angka 18,6 persen, Risma 18,3 persen, Khofifah 17,9 persen, dan Gus Ipul 17,7 persen.

Data ini cukup menjadi bukti bahwa nama La Nyalla sangat berpengaruh di mata warga Jawa Timur. Maka tugas tim pemenangan Gus Ipul-Puti Guntur adalah bagaimana memanajemen isu tak sedap ini menjadi sebuah kekuatan. Tim pemenangan harus mampu meredam nyanyin La Nyalla. Tentu saja menggunakan tangan Gerindra sehingga tak ada kesan ikut campur urusan rumah tangga orang lain.

Grunig dan Repper (1992) menyebut bahwa monitoring pemberitaan media penting untuk dilakukan karena media memiliki kemampuan menciptakan  isu publik. Strategi komunikasi perlu mencakup strategi komunikasi interpersonal dengan kelompok publik, melalui sosialisasi dan negosiasi, serta strategi komunikasi massa, khususnya publisitas dan menjalin press relations.

Jika isu ini terus dibiarkan menggelinding, maka “nyanyian” La Nyalla akan lebih nyaring di media daripada nyanyian duo penyanyi fenomenal Via Vallen dan Nella Kharisma yang resmi digandeng dalam tim kampanye Gus Ipul-Puti Guntur. Apalagi jika hati mantan ketua umum PSSI (beserta para pendukungnya) ini berlabuh ke pasangan Khofifah-Emil. Elektabilitas La Nyalla tentu akan menjadi “berkah” bagi pasangan yang didukung Partai Golkar, Demokrat, PPP, Nasdem, Hanura, PKPI, dan PAN ini.

Muhammad Bahruddin
Muhammad Bahruddin
Dosen Media dan Komunikasi di Universitas Dinamika Surabaya. Kandidat Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.