Buku setebal 176 halaman berjudul Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat yang diterbitkan Kompas pada tahun 2007. Berisikan 24 artikel yang dimuat di Kompas antara tahun 2001 dan 2006.
Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memiliki berbagai kelebihan. Ia bertutur kata dengan cerdas, cerdik, dan kocak, Ia pun menulis dengan lancar, jelas, dan menarik. Bagi Gus Dur, ajaran agama merupakan sumber inspirasi orang beragama dan bernegara. Oleh karena itu, Islam tidak memiliki konsep negara.
Jakob Oetama Pemimpin Umum Kompas 2007 memberikan pengakuan bahwa Gus Dur selalu mengangkat persoalan-persoalan yang menggerakkan perhatian banyak orang karena memang aktual dipermasalahkan dan dirasakan.
Pandangan dan pendapatnya cenderung mencerminnkan sikap dasarnya, seperti Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika, Indonesia yang Pancasila, Indonesia yang beragama, Indonesia yang berkemanusiaan, yang berkeadilan sosial serta yang demokratis.
Gus Dur mengulas soal Agama dan Kekuasaan, Kepemimpinan, Hingga moral dan spiritual. Bahkan tidak luput dari perhatiannya soal Palestina. Jika hari ini masyarakat masih gelisah dengan hasil Pemilu 2019. Kegelisahan pikiran, perasaan serta pergulatan prihal masalah-masalah tersebut. Maka aktual dan relevanlah belajar dari tulisan-tulisan Gus Dur.
Gus Dur memberikan perhatian luas dan mendalam terhadap Demokrasi. Ia menggunakan istilah “demokratisasi”. Karena sesuai dengan kenyataannya, berlangsung proses yang makan waktu, perhatian, pengalaman, pemikiran terus menerus, serta komitmen.
Komitmen itulah yang dapat menerima kemenangan atau kekalahan dalam proses pemilihan presiden sesuai dengan aturan konstitusi. Artinya, Mengikuti proses demokrasi yang konstitusional ialah sebuah komitmen.
Diingatkan kata bijak tokoh Inggris Winston Churchill: “Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang sangat banyak kelemahan, tetapi ia masih lebih baik dari semua sistem pemerintahan lain,”
Teringat akan ungkapan almarhum Gus Dur. “Gitu ajah ko repot”.