Jumat, Maret 29, 2024

Guru Budi Tewas Digebuk, Krisis Moral Siswa

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Lagi-lagi dunia pendidikan nasional berduka. Seorang guru kesenian SMAN 1 Torju, Kabupaten Sampang, Jawa Timur bernama Ahmad Budi Cahyono (Guru Budi), tewas digebuk muridnya. Peristiwa sadis dan tragis ini semakin memilukan ketika diketahui, ternyata guru Budi masih berstatus sebagai tenaga pengajar honorer alias guru tidak tetap.

Guru Budi merupakan sosok pengajar multitalenta. Dia hanya menerima gaji di bawah upah minimum kabupaten (UMK) Sampang, yaitu sekitar Rp 500.000 hingga Rp 600.000.

Terlepas dari kisah tragis tewasnya Guru Budi, kasus ini menjadi momentum bagi lembaga pendidikan nasional dan seluruh instrumennya untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh. Ada apa dengan dunia pendidikan kita?

Krisis moral siswa semakin mengancam bangsa ini. Anda boleh percaya, boleh juga tidak. Tindak kenakalan siswa yang cenderung mengarah kepada perbuatan sadis sudah menjadi fenomena di negeri ini.

Nafsu dan emosi sesaat untuk mengejar pengakuan identitas diri, telah merusak akal sehat pelajar. Sebagian besar pelajar, tampaknya sangat menikmati  ketika ‘bersahabat’ dengan perbuatan keji.

Contoh kongkretnya ialah kelompok geng sekolah yang kejam, masa orientasi siswa baru (plonco) yang sadis sampai dengan perilaku seks bebas di ruang kelas yang banyak beredar YouTube.

Mengapa generasi sekolah mudah sekali berperilaku sadis dan keji? Kuncinya ada di sistem pengajaran dan pendidikan serta harmonisasi kehidupan siswa dalam keluarga. Ketika nilai-nilai agama tidak lagi ampuh mengarahkan moral manusia, maka tak ada lagi rasa saling sayang menyayangi antarsesama.

Ketika hukum bisa dibeli, maka kehidupan manusia menjadi ajang transaksi. Ketika teknologi salah diterapkan, maka peradaban manusia menjadi rusak. Ketika kekayaan materi menjadi ukuran status sosial, maka manusia akan memiliki sifat rakus dan serakah.

Sekolah beserta seluruh instrumennya, mungkin sedikit sekali memberi pengajaran dan pemahaman kepada para siswa tentang sisi moralitas berbagai persoalan kemanusiaan. Selama ini, siswa hanya dicekoki ilmu teks buku dan menghamba kepada pelajaran teori-teori ilmu pasti.

Di sisi lain, waktu terus berkejaran dengan etika budaya baru dan aktivitas humanistik yang terus berkembang mengikuti kemajuan zaman. Dalam hal ini, sekolah lalai mengajarkan para siswa untuk menyelami realitas sosial yang bersifat massif. Akibatnya, siswa tidak lagi mempunyai moral dan terjebak kepada perilaku sadistik dan egoistik.

Sesungguhnya ada solusi sederhana yang mungkin bisa mengurangi dekadensi moral pelajar, diantaranya ialah sistem pendidikan di sekolah tidak lagi melulu menekankan prestasi akademik di atas kertas. Kembangkan dan tingkatkan pembinaan moralitas dan mentalitas para siswa  dalam pergaulan sosial.

Dalam lingkungan keluarga, para orang tua wajib menanamkan nilai dan norma sosial kepada anak. Orang tua harus terus-menerus melakukan pengawasan edukatif ketika anak menggunakan teknologi (ponsel dan internet). Untuk para pemimpin bangsa (tanpa kecuali), tunjukkan sikap dan perilaku santun kepada generasi penerus dalam memimpin negara.

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.