Jumat, Oktober 11, 2024

Guru Anti-Kekerasan

Kurniawan Adi Santoso
Kurniawan Adi Santoso
Guru SDN Sidorejo, Kab. Sidoarjo, Jatim

Guru itu digugu lan ditiru. Segala tindak tanduk seorang guru haruslah bisa diteladani muridnya. Memberikan contoh budi pekerti yang baik itu mutlak dilakukan guru. Sehingga menihilkan perilaku kasar, semena-mena, dan arogan pada murid.

Nyatanya masih ada guru yang kasar pada muridnya. Seperti yang baru-baru ini, guru di SMA Negeri 12 Bekasi, Jawa Barat, menampar siswanya dan viral video di media sosial (11/2/2020). Sang guru tersulut emosi tatkala mendisiplinkan siswa yang terlambat masuk sekolah dan tidak memakai ikat pinggang.

Sudah berkali-kali diserukan dan diingatkan pada guru bahwa tak boleh memakai kekerasan dalam mendidik. Guru yang melakukan kekerasan pada muridnya bisa berujung dibui. Harusnya itu dijadikan perenungan diri bagi guru. Bagaimana guru dapat mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter bila ia masih memakai kekerasan dalam mendidik?

Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya karena masih memosisikan anak didik sebagai objek langsung dari kurikulum. Pendekatan pendidikan yang digunakan guru lebih sering bersifat top down, dari atas ke bawah dan mendikte. Pendekatan seperti itu berasumsi guru sebagai pusat kebenaran dan pengetahuan, lebih bermoral dan pandai sehingga tidak dapat dibantah.

Hal itu berdampak pada desain pembelajaran yang dilakukan guru. Murid dididik sesuai dengan keinginan guru, layaknya robot. Jika murid tak sesuai dengan harapan guru atau melakukan kesalahan, maka guru dengan superioritasnya atau sebagai penguasa kelas merasa berhak melakukan tindakan untuk mendidik siswa meski dengan cara kekerasan.

Mirisnya ada paradigma school corporal punishment, pemberian hukuman atas nama mendidik siswa yang telah mengakar dalam dunia pendidikan kita. Guru berpandangan berhak menentukan bentuk punishment yang dipilih ketika siswa melanggar aturan. Fatalnya, hukuman fisik dipilih sebagai cara ampuh untuk menyadarkan murid dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kekerasan pada murid yang dilakukan guru meskipun itu dengan dalih hukuman mendisiplinkan, tak bisa dibenarkan. Walau bagaimanapun hukuman fisik sudah tidak relevan digalakkan bagi generasi dewasa ini. Imbasnya, hukuman kekerasan hanya akan mematikan semangat belajar peserta didik serta mendekatkan guru pada jurang kriminalisasi.

Lagi pula hukuman dengan kekerasan malah akan menghasilkan kekerasan turunan. Murid akan meniru kekerasan sebagai jalan menyelesaikan masalah. Lalu untuk apa melanggengkan hukuman dengan kekerasan fisik? Bukankah pendidikan sejatinya menegasikan kekerasan? Hukuman kekerasan malah akan melahirkan generasi yang penuh kebencian. Jika ingin pendidikan kita meningkatkan kualitasnya, maka kekerasan harus segera ditinggalkan.

Penanam Nilai/Karakter

Peran guru yang diidealkan masyarakat adalah sebagai penanam nilai/karakter. Sebelum menanamkan karakter pada murid, guru haruslah menjadi pribadi yang berkarakter. Karakter dicerminkan dalam pilihan yang baik, tindakan yang positif atau perilaku, dan kesadaran etis seseorang. Karakter juga tecermin dalam keputusan, cerminan hati, dan cara berpikir seseorang (Hutchinson, 2006).

Guru yang kasar pada muridnya menandakan pendidikan karakter belum membumi dikalangan guru. Penerapannya belum sungguh-sungguh dilakukan guru. Proses internalisasi nilai karakter masih sebatas level pemahaman, belum sampai penghayatan lalu dibudayakan oleh guru.

Karena itu, penguatan karakter guru mendesak dilakukan dengan jalan digembleng kompetensi kepribadiannya. Kompetensi kepribadian yang dimaksud adalah sikap luhur yang mendukung tugasnya mengajar dan mendidik. Seperti kasih sayang, sabar, telaten, menghargai kemanusiaan, dan sebagainya.

Selama ini pembinaan kompetensi guru lebih mengedepankan kompetensi pedagogik dan profesional. Mulai sekarang harus diimbangi pembinaan kompetensi kepribadian. Ini karena selain kompetensi pedagogik dan profesional, guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik.

Pembinaan dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Pembinaan akan efektif dilakukan dalam komunitas guru (KKG/MGMP), organisasi guru (PGRI), maupun pembinaan dari dinas pendidikan setempat. Materi pembinaan diharapkan terkait dengan pendidikan ramah anak dan penguatan karakter. Kegiatan tersebut dimaksudkan agar guru tidak gagap ketika menangani anak yang nakal.

Guru diharapkan memakai kompetensi kepribadian sebagai roh mendidik. Praksisnya, konsistensi guru untuk menjalankan fasilitasi edukasi dengan bertanggung jawab sesuai tugas pokok dan fungsinya. Menjaga keteladanan moral yang bisa dijadikan panutan bagi anak didik.

Untuk itu, guru perlu menerapkan metode pendidikan warisan Ki Hadjar Dewantara. Guru mendidik menggunakan metode Among. Ia memberi tuntunan bagi hidup anak-anak agar dapat berkembang dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya. Pun ia jadi teladan anak dalam hal keluhuran budi dan kehalusan budi.

Keluhuran menunjukkan sifat batin manusia yang suci, merdeka, adil, berketuhanan, cinta kasih, kesetiaan, ketertiban, kedamaian, dan kesosialan. Sedangkan kehalusan budi menunjukkan sifat manusia yang serba halus dan indah (kebudayaan). Ini ditumbuhkembangkan pada anak lewat sumber pengajaran antara lain etika, sejarah kebudayaan, olahraga (dolanan anak/permainan tradisional), dan kesenian (cerita pewayangan, sastra gending, tarian, sandiwara, dll).

Pendidikan karakter yang diwariskan Ki Hadjar tersebut saat ini sudah diterjemahkan dalam Perpres No. 87 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Yang intinya pendidikan harus diorientasikan untuk mengharmoniskan antara olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.

Maka, hendaknya dilakukan dan didukung komitmen kuat segenap warga sekolah khususnya guru. Pastinya untuk menuju sekolah berkarakter. Sekolah yang berkarakter niscaya iklim belajarnya nirkekerasan.

Kurniawan Adi Santoso
Kurniawan Adi Santoso
Guru SDN Sidorejo, Kab. Sidoarjo, Jatim
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.