Senin, Desember 9, 2024

Generasi Z dan Milenial Sulsel Masih Rentan Menganggur?

Timey Erlely
Timey Erlely
Mahasiswa Magister Akuntansi, Universitas Hasanuddin. Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Universitas Hasanuddin Instagram @timey_erlely Youtube Timey Erlely
- Advertisement -

Data BPS menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Selatan pada tahun 2021 mencapai 5,79%. Sementara, tingkat pengangguran terbuka Sulawesi Selatan berdasarkan kelompok umur ditempati oleh generasi Z dan milenial. Generasi Z merupakan orang yang lahir tahun 1997-2012 dan Generasi milenial yaitu orang yang lahir tahun 1981-1996.

Generasi Z dan milenial adalah harapan masa depan, mereka memiliki bakat dan kemampuan yang hebat, tetapi kenapa masih rentan menganggur? Ada beberapa faktor yang membuat generasi Z dan milenial di Sulsel masih rentan menganggur yaitu:

Pertama, kurangnya lapangan kerja yang tersedia. Sulawesi Selatan masih tergolong sebagai daerah yang sedang berkembang, sehingga lapangan kerja yang tersedia masih terbatas. Hal ini membuat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat, terutama bagi generasi Z dan milenial yang masih fresh graduate atau belum memiliki pengalaman kerja.

Menurut data BPS tahun 2022, jumlah pengagguran di Sulsel meningkat menjadi 264,210 orang dibandingkan tahun 2021 adalah 256,914 orang. Lalu, bagaimana kondisi lapangan kerjanya? Lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja yang paling banyak adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 37,38%.

Lapangan kerja utama yang mengalami peningkatan yaitu transportasi dan pergudangan, perdagangan besar dan eceran, dan industri pengelolaan. Sementara lapangan kerja yang mengalami penurunan adalah konstruksi, pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Kita tahu bahwa Sulsel merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi yang luar biasa yaitu di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu, tiga lapangan kerja ini menyerap tenaga kerja terbanyak, tetapi mengapa mengalami penurunan di tahun 2022?.

Tiga lapangan kerja ini menurun artinya perlu upaya pengembangan dan peningkatan kualitas dari sektor-sektor ini. Cara yang bisa dilakukan yaitu meningkatkan teknologi dan inovasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan menambah modal pada sektor-sektor tersebut. Selain itu, pemerintah juga perlu memperluas pasar internasional dan mengekspor produk-produk pertanian, kehutanan, dan perikanan ke negara lain.

Untuk mengatasi penurunan lapangan kerja di sektor konstruksi, pemerintah dapat mempercepat program pembangunan infrastruktur yang masih banyak tertunda dan memperluas kerjasama dengan pihak swasta untuk membangun lebih banyak infrastruktur yang dibutuhkan.

Sementara itu, untuk meningkatkan lapangan kerja di sektor transportasi dan pergudangan, perdagangan besar dan eceran, dan industri pengelolaan, pemerintah dapat memperluas peluang usaha dan investasi, memberikan pelatihan dan pendidikan pada masyarakat terkait keahlian yang dibutuhkan, dan memberikan insentif bagi para pelaku usaha dan investor yang berinvestasi di sektor ini.

Sulawesi Selatan juga memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata yang harus dikelola dengan baik. Adanya upaya ini, diharapkan dapat meningkatkan lapangan kerja dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

- Advertisement -

Kedua, minimnya keterampilan yang dimiliki. Banyak generasi Z dan milenial di Sulawesi Selatan yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini bisa disebabkan oleh minimnya pendidikan yang diterima atau kurangnya akses terhadap pelatihan kerja yang memadai. Padahal, keterampilan yang dimiliki sangat penting dalam memperoleh pekerjaan yang diinginkan.

Ketiga, tuntutan gaji yang tinggi. Beberapa generasi Z dan milenial di Sulawesi Selatan cenderung menuntut gaji yang tinggi pada awal karir mereka. Hal ini terkadang membuat sulit bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan mereka. Padahal, di saat inilah yang seharusnya menjadi fase untuk mengumpulkan pengalaman kerja dan meningkatkan keterampilan.

Keempat, belum memutuskan karir yang tepat. Banyak generasi Z dan milenial yang masih bingung dalam memutuskan karir yang tepat untuk mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai peluang karir yang tersedia atau karena mereka masih mencari passion yang sesuai dengan keinginan mereka.

Bagaimana mengatasi masalah pengangguran ini? perlu adanya upaya dari pemerintah, dunia pendidikan, dan dunia industri untuk meningkatkan lapangan kerja, memberikan akses pelatihan kerja yang memadai, dan memberikan informasi yang jelas mengenai peluang karir yang tersedia.

Pemerintah harus melihat kesempatan kerja yang tersedia dan memperkuat peluang bagi generasi Z dan milenial di Sulawesi Selatan. Selain itu, pekerjaan informal dan kewirausahaan harus dibuka dan memberikan pelatihan yang memadai bagi mereka. Masyarakat juga harus turut berperan aktif dalam memberikan bantuan dan pengalaman pada generasi Z dan milenial.

Namun, tidak hanya pemerintah dan masyarakat saja yang bertanggung jawab. Generasi Z dan milenial juga harus melakukan perubahan dan menunjukkan kemampuan yang mereka miliki kepada perusahaan di Sulawesi Selatan. Mereka harus berusaha untuk mengembangkan keterampilan dan memanfaatkan teknologi untuk mencari pekerjaan, mempromosikan diri mereka dan menekan angka pengangguran.

Timey Erlely
Timey Erlely
Mahasiswa Magister Akuntansi, Universitas Hasanuddin. Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Universitas Hasanuddin Instagram @timey_erlely Youtube Timey Erlely
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.