Jumat, Maret 29, 2024

Perspektif Generasi Z terhadap Eksistensi Pancasila

Tsuwaybah
Tsuwaybah
Mahasiswa Universitas Mulawarman Jurusann Ekonomi dan Bisnis (Pendidikan Kewarganegaraan dengan Dosen Pengampu Ibu Hj. Hairunnisa Husain, S.Sos., MM.)

Generasi Z merupakan penerus dari generasi milenial. Menurut Pew Research Center, Generasi Z didefinisikan sebagai orang yang lahir pada tahun 1997 atau lebih tua yang tumbuh di sekitar teknologi, internet, dan media sosial. Tumbuh di era teknologi digital menjadikan generasi ini melek teknologi dan cenderung antisosial. Generasi Z juga lahir di era yang benar-benar digital saat ini. Karena generasi ini sudah akrab dengan internet, media sosial, dan sistem ponsel sejak lahir.

Dilihat dari perkembangan teknologi ini nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mulai luntur, nilai-nilai yang dahulu sangat diperhatikan dan diterapakan dalam tatanan hidup bermasyarakat kini perlahan-lahan memudar seiring bertambahnya waktu.

Era digital ini menghasilkan generasi yang punya opsi yang lebih terbuka untuk mengenal ideologi-ideologi di luar pancasila. Yang mana membuat eksistensi dari Pancasila terancam. Bisa dilihat saat ini, penelusuran informasi yang sedang tranding di media sosial, ditemukan bahwa arus informasi mengenai ideologi Pancasila tak sebanyak informasi mengenai kehidupan selebritis dan pejabat, eforia idola K-Pop, dan perbincangan tentang liberalisme.

Walaupun secara organisasi, pemerintah telah menutup akses bagi siapa pun yang bergerak mengkampanyekan ideologi di luar Pancasila. Undang-undang ini tidak dapat menjawab banyak pertanyaan tentang bagaimana Pancasila dapat diterima dan hadir dalam kehidupan sehari-hari generasi muda atau generasi Z saat ini.

Generasi Z memiliki karakteristik yang menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran terhadap perbedan budaya. Masalahnya, konten media sosial tentang ideologi Pancasila masih sebatas slogan, tagar, dan twibbon. Fenomena itu semacam gebyar pasar malam, tidak berlanjut hingga keesokan harinya. Apalagi, pemerintah biasanya merayakannya dengan upacara bendera yang hanya berlangsung satu hingga dua jam. Dengan kata lain, upaya untuk melestarikan ideologi Pancasila hanya seperti menabur garam di lautan.

Jika metode pengenalan Pancasila masih sebatas semboyan “Akulah Pancasila”, maka tinggal menunggu waktu saja generasi Z akan meninggalkannya. Mereka membutuhkan penjelasan rasional mengapa pancasila harus hadir dalam kehidupan mereka yang berubah secepat kilat. Apalagi fenomena sekarang dari para konten kreator di media sosial yang hidupnya penuh dengan flexing dan terlalu menjunjung paham liberalisme, tentu menjadi ancaman.

Lalu di mana posisi Pancasila bagi generasi Z? Jawabannya adalah Pancasila jangan lagi disebarluaskan hanya dengan slogan-slogan belaka. Generasi Z sudah memaknai Pancasila sebagai ideologi terbuka dan sejatinya memang begitu. Mulailah percakapan tentang Pancasila tentang berbagai topik.

Pertama, generasi Z tidak perlu ragu untuk membagikan konten keagamaan karena ini merupakan implementasi dari nilai-nilai Pancasila pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Tinggal bagaimana mereka dididik untuk menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa menjadi konsumsi publik.

Keaktifan generasi Z dalam membagikan konten yang menghargai keragaman agama di media sosial harus dijadikan bukti bahwa mereka mengkampanyekan Pancasila. Nilai-nilai penghormatan dan toleransi terhadap kehidupan beragama lebih mudah diserap oleh generasi Z. Sudah saatnya generasi Z berhenti mencontoh generasi yang masih asyik merayakan Pancasila.

Generasi Z yang diwakili oleh mahasiswa Universitas Mulawarman bahkan menjadikan Pancasila relevan dengan persoalan terkini. Misalnya, mereka menulis di jejaring sosial mengenai nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila.

Aksi ini merupakan bukti penguatan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial. Dengan narasi positif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila. Sangat penting untuk menyampaikan konten positif agar media sosial tidak dibanjiri dengan unggahan negatif dan candaan yang mengganggu masyarakat. Pancasila lebih dari sekedar pemahaman tentang pedoman hidup warga negara.

Pembelajaran di kampus tidak lagi sekadar mendoktrin mahasiswa untuk menghafal butir-butir Pancasila, melainkan mengajak mahasiswa untuk melakukan aksi untuk menunjukkan dengan keteladanan bahwa semua garis kehidupan generasi Z tidak jauh dari Pancasila.

Generasi Z harus diajak untuk menunjukkan bahwa mereka dapat berpartisipasi sebagai generasi yang optimis dan bangga menjadi bagian dari perjalanan ideologi Pancasila. Mereka harus diberi ruang kebebasan berpendapat dan berkeyakinan agar tetap melestarikan Pancasila sesuai generasinya.

Sekarang bukan saatnya generasi tua hadir dan menjadikan Pancasila sebagai renungan, tetapi menjadikannya bagian dari ruang dan waktu untuk berada di dalam dan menjadi bagian dari proses keberlanjutannya, inilah jawaban untuk bangkit bersama membangun peradaban dunia.

Tsuwaybah
Tsuwaybah
Mahasiswa Universitas Mulawarman Jurusann Ekonomi dan Bisnis (Pendidikan Kewarganegaraan dengan Dosen Pengampu Ibu Hj. Hairunnisa Husain, S.Sos., MM.)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.