Senin, Oktober 14, 2024

Generasi Emas 2045 dan Political Will Adalah Kunci

Robbi Herfandi
Robbi Herfandi
Nama Robbi Herfandi Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Andalas

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia sekitar 278,82 juta jiwa di tahun 2024, yang telah hadir ikut memijakan kakinya di tanah perjuangan ini. Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menembus angka 300 juta manusia selambatnya pada tahun 2050. Prediksi tersebut dipublikasikan oleh Departemen Sosial dan Ekonomi PBB pada Kamis (22/6). Tinggi nya angka kelahiran maka akan ada banyak tantangan, rintangan dan hambatan yang serius dalam Menyongsong generasi emas 2045.

Generasi emas 2045 selalu menjadi tagline yang telah menghiasi ruangan publik hingga hari ini, dengan bonus demografi yang terus digadang-gadang kan dan strategi yang dirancang sedemikian rupa untuk Menyongsong keemasan tersebut, Namun, perlu kita lihat realitas Indonesia apakah rasional atau tidak, untuk menuju generasi emas, maka, diperlukan langkah-langkah paradigmatik perlu diperhatikan seperti kualitas pendidikan.

Kualitas pendidikan Indonesia bisa dikatakan sangat memprihatinkan, menurut penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 diumumkan pada 5 Desember 2023, Indonesia berada di urutan 68 dari 209 negara dan Intelligence Quotient (IQ) masyarakat Indonesia juga terbilang rendah.

Berdasarkan laporan World Population Review dengan judul Average IQ by Country 2022, Indonesia Ditempatkan pada peringkat 10 dari 11 negara di Asia Tenggara. Di tingkat global, Indonesia menduduki peringkat 130 dari 199 negara bahkan tingkat literasi menurut Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda berdasarkan Survei PISA 2018 Indonesia ditingkat 74 dari 79 negara, berarti 6 dari bawah, bahkan rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia tidak lah memuaskan karena sebanyak 6% yang hanya menikmati bangku perguruan tinggi.

Melihat Realitas tersebut, tentu sangat memprihatinkan bagi Indonesia untuk saat ini, menyongsong generasi emas tidak hanya berbicara hasil-hasil saja, membuat pikiran melompat terlalu jauh, sehingga membuat space terlalu besar bahkan tidak terisi oleh isi-isi yang tidak menjadi kebijaksanaan yang terus digelontorkan, melainkan aspek terpenting adalah pendidikan, membangun sumberdaya manusia adalah hal yang sangat penting dalam aksi-aksi perjuangan, karena pendidikan adalah kunci investasi dengan jangka waktu yang sangat panjang untuk menghantarkan kepada kemajuan bagi suatu bangsa dan peradaban.

Merujuk kepada negara lain seperti Jepang yang memiliki masa yang sangat memilukan yaitu bom Hiroshima dan Nagasaki sehingga banyak bangunan hancur dan banyak orang yang terkena dampak kematian dengan daya ledak yang sangat merusak kehidupan, namun, poin yang menarik nya adalah setelah kepiluan itu terjadi, pemerintah Jepang mengumpulkan para guru untuk membangun kembali negara nya, betapa pentingnya pendidikan bagi negara Jepang, sehingga negara tersebut merasakan apa yang mereka tanam hingga hari ini.

Merefleksikan kondisi Indonesia pada detik ini, pendidikan yang menjadi ajang pembangunan Indonesia kedepan, tapi tidak dimaksimalkan dengan baik, masih banyak anak-anak Indonesia yang buta huruf, tidak mengenyam pendidikan dan tidak bisa mengayunkan tangan nya ke bangku perkuliahan, bahkan anak-anak yang memiliki harapan didalam hati nya untuk melanjutkan pendidikan, namun selalu ada tembok besar yang menghalangi dengan alasan terkendala biaya. Nampak nya pemerintah tidak memiliki political will tentang pendidikan, dan masih mengaburkan realitas.

Profesor Toshiko Kinosita, Guru Besar Universitas Waseda Jepang, mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebab dasarnya karena pemerintah Indonesia selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.

Menurutnya, pendidikan tidak ditempatkan sebagai prioritas penting mengingat masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berfokus pada mengejar materi untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berpikir panjang dan jauh ke depan.

Melihat anak muda yang tidak dapat mengenyam pendidikan (awam politik) malah dijadikan alat komoditas politik untuk kepentingan nya dan seperti para caleg 2024 pergi ke sekolah-sekolah menengah atas dan menjadikan objek anak-anak yang baru memilih kisaran umur 17 untuk memilih diri nya, Mau dibawa kemana pemuda hari ini? Apakah hanya sebagai objek politik?Atau hanya memanfaatkan kebodohan publik?

Melilrik saat kemerdekaan pada waktu perumusan undang-undang Indonesia sudah menegaskan bahwa “Mencerdaskan kehidupan bangsa” Sudah sepatutnya pemerintah peka terhadap hal yang paling krusial ini dan memegang teguh komitmen yang sudah disepakati dari awal kemerdekaan Indonesia.

Meminjam kata bijak Bung Hatta “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat.” Dan meminjam perkataan Nelson Mandela “pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia” melihat kejadian di masa lampau seharusnya tendensi mengkonstruksi ke kontruksi pendidikan yang lebih berkualitas dan gratis, biar tidak hanya golongan elite yang dapat merasakan, melainkan semua kalangan dapat hadir di dalam ranah kebijaksanaan (Intelektual).

Kemerdekaan dalam dunia pendidikan juga bermakna mengakui bahwa pendidikan merupakan hak asasi manusia. Ketika berbicara pendidikan sebagai hak asasi manusia maka ini akan berimplikasi pada semua aspek dan tingkatan pembuatan kebijakan, seperti penganggaran, pengadaan, pengelolaan, kurikulum, dan semua proses pendidikan (Hopgood, 2018).

Ada sebuah filosofi tersohor di Indonesia untuk pemerintah yaitu ” Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, yang artinya “di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan di belakang memperhatikan”

Melihat data-data dan realitas di atas, apakah Indonesia sudah siap untuk menyandang gelar generasi emas tersebut?, Melihat populasi Indonesia yang banyak dan itu akan terus bertambah bahkan hampir menyundul di angka 300 juta, atau generasi emas itu hanyalah gerakan konspirasi saja? tentu harapan nya indonesia sudah bersiap-siap menuju Idealisme yang telah dinantikan selama satu abad ini.

Robbi Herfandi
Robbi Herfandi
Nama Robbi Herfandi Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.