Senin, Desember 9, 2024

Gangguan Jiwa Skizofrenia

agung prabono
agung prabono
Bimkemas A
- Advertisement -

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan social sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri. Dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Namun bagaimana jika seseorang mengalami gangguan kesehatan dalam jiwanya atau mungkin kebanyakan orang menyebutnya dengan “gila”. Orang dengan gangguan seperti ini biasanya memiliki ciri umum yaitu, sering berbicara sendiri, bertingkah jauh berbeda dari kebiasaan orang pada umumnya, merasa susah beinteraksi dengan lingkungannya dan masih banyak lagi. Pada gangguan jiwa seseorang dapat dikategorikan menjadi dua, yakni:

  • ODMK (orang dengan masalah kejiwaan), adalah orang yang memiliki masalah fisik, mental, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
  • ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang telah termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Termasuk salah satunya adalah skizofrenia, yang merupakan gangguan jiwa dengan kategori berat pada bidang psikiatri. Skizofrenia masuk dalam kategori ke dua yakni ODGJ, gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. gangguan ini biasanya memiliki gejala seperti, halusinasi, ilusi, waham (suatu keyakinan yang tidak rasional/tidak masuk akal), gangguan proses piker dan tingkah laku yang aneh.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar; serta terganggunya relasi personal (Arif, 2006). Pada gangguan ini terdapat gejala-gejala yang menimbulkan hendaya berat terhadap individu dalam berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menganggu relasi social.

Gangguan skizofrenia biasanya terjadi pada usia dewasa awal,rentan usia 15 – 24 tahun. Pada pria cenderung menderita Skizofrenia sedikit lebih awal dari pada perempuan, usia puncak onset pada pria 15-24 tahun, sedangkan wanita rentan pada usia 25-35 tahun. Insidensi Skizofrenia pada pria sedikit lebih besar dibandingkan dengan wanita. Insiden yang terjadi pada wanita lebih tinggi setelah usia mereka menginjak 30 tahun. Rata-rata usia yang menjadi awal gejala skizofrenia adalah 18 tahun pada pria dan 25 tahun pada wanita.

Menurut pedoman praktis diagnosis gangguan jiwa 3 (PPDGJ III), bahwa gangguan skizofrenia dibedakan menurut gejala-gejala khasnya menajadi 5 jenis, yaitu

  • Skizofrenia paranoid, adalah jenis yang paling sering muncul dengan gejala halusinasi dan delusi. Individu yang mengalami gangguan ini berperilaku tidak normal dan merasa bahwa dirinya sedang diawasi yang mengakibatkan mudah merasa marah, kesal, benci dan gelisah terhadap orang lain.
  • Skizofrenia katonik, pada jenis ini individu akan mengalami kecenderungan dalam bergerak, kadang selalu hiperaktif atau tidak bergerak sama sekali. Pada beberapa kasus bahkan individu dengan gangguan jenis ini tidak mau berbicara samasekali.
  • Skizofrenia tidak teratur, jenis ini yang berada pada kemungkinan kecil untuk disembuhkan. Sesuai dengan namanya jika individu dengan gangguan jenis ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang sulit diatur dan sulit untuk dipahami. Tertawa tanpa alasan dan merasa sibuk dengan dengan persepsi yang mereka miliki.
  • Skizofrenia diferentiatif, Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan adalah kombinasi dari beragam subtipe dari skizofrenia lainnya.
  • Skizofrenia residual, pada pengidap skizofrenia residual biasanya tidak menunjukkan gejala umum dari gangguan skizofrenia seperti berkhayal, delusi, halusinasi, tidak jelas dalam berbicara maupun berperilaku. Mereka baru mendapat diagnosis mengalami skizofrenia residual setelah satu dari empat jenis skizofrenia lain telah terjadi.

Kurangnya perhatian dan pemahaman baik dari keluarga individu yang mengalami gangguan skizofrenia maupun lingkungan masyarakat yang menyebabkan dalam proses penyembuhan terhadap individu ini terasa sulit. Mereka juga cenderung menganggap bahwa gangguan ini berhubungan dengan hal-hal mistis. Gangguan skizofrenia bisa disembuhkan jika ditangani dengan baik dan benar serta dilakukan secara berkelanjutan, melakukan :

  • Pengobatan, sangat penting karena pengobatan ini mengendalikan penyakit gangguan ini. Obat gangguan skizofrenia dapat dilakukan secara oral (lewat mulut) jika pengidap ini mudah dikendalikan, dan bisa melalui suntikan jika pengidapnya sulit untuk dikendalikan. Beberapa obat antisikoptik generasi ke dua pada penderita skizofrenia meliputi, Aripiprazole, Asenapine, Brexpiprazole, Cariprazine dan lain-lain.
  • Psikoterapi, seperti terapi individual, terapi perilaku kognitif, terapi remediasi kognitif dan terapi lainnya.
  • Dukungan dari keluarga serta lingkungan tempat tinggal, pemahaman dari keluarga dan lingkungan yang mendalam terhadap gangguan skizofrenia. Bahwa gangguan ini tidak disebabkan pada gangguan mistis akan tetapi pada klinis atau kedokteran.
agung prabono
agung prabono
Bimkemas A
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.