Kamis, Maret 28, 2024

Fundamentalis, Mereka yang Merasa Terasing

Maulana Ilham
Maulana Ilham
Seorang pemerhati manusia.

Di panggung dunia ini, manusia terdampar sebagai seorang yang dengan kesadaran dan kebebasannya harus memahami siapa dirinya sebenarnya. Dunia menggambarkan keterpisahan, ketidakadilan, dan kecemasan manusia.

Setidaknya itulah yang para filosof katakan. Mereka mengalami alienasi (keterasingan) di dunia. Ketidakadaan pegangan atau petunjuk hidup membuat diri manusia dalam ketidakjelasan hidup.

Lalu bagaimana dengan kaum fundamentalis? Fundamentalisme adalah paham yang ingin mengembalikan (mempertahankan) sistem suatu tradisi atau ideologi, baik itu agama, politik, budaya, dan sebagainya ke konteks awal (dasar) tradisi itu berkembang di mana sistem yang suci (sebenarnya) diterapkan.

Namun semakin berjalanannya waktu dan semakin luasnya daerah tentu perubahan konteks akan terjadi dan mengakibatkan sistem awal itu mengalami benturan dengan konteks yang baru sehingga akan ada penambahan atau pengurangan dari sistem tersebut. Bagi kaum fundamentalis, hal itu malah menodai kesucian sistem awal (tradisi lama).

Oleh sebab itu, mereka mencoba mengembalikan atau menerapkan kembali sistem awal (dasar) yang dianggap suci itu dengan metode konservatif, mempertahankan keadaan (kolot), sehingga memandang segala kebaruan sebagai sebuah ancaman dan kesesatan karena bisa menggelincirkan umat ke dalam kesesatan yang nyata.

Dengan metode tekstual, manut pada teks lahiriah yang melandasi sistem itu, membuat mereka cenderung nampak nyentrik karena berbeda dengan tradisi masyarakat umumnya.

Maka dari itu hidup di konteks yang berbeda dari “yang seharusnya” mereka inginkan, membuat mereka merasa terasingkan di tengah segala ancaman dan kesesatan di sekelilingnya.

Namun sikap itu tidaklah mencerminkan sebuah alienasi (keterasingan) melainkan alienisasi (mengalienkan) diri. Asing dalam alienasi mengambarkan sebuah prinsip dasar atas diri manusia secara individu sehingga kita, sesama manusia, bisa merasakan keasingan itu. Namun asing dalam alienisasi menggambarkan sebuah prinsip bersama atas dasar tradisi atau ideologi yang hanya berlaku bagi golongannya.

Dengan demikian, kondisi yang sedang dialami oleh fundamentalis ini disebabkan oleh diri (kelompok) mereka sendiri yang merasa terasingkan. Dengan banyaknya perubahan dan perbedaan di sekitarnya, mereka malah mengasingkan diri –bukan terasingkan. Mereka menganggap diri mereka hidup dalam dunia yang asing sebagaimana alien yang hidup di planet bumi.

Apakah sikap seperti itu buruk? Tentu tidak – setidaknya bagi mereka. Sebaliknya, seharusnya dengan sama-sama merasa asing di dunia ini bisa menimbulkan keinginan untuk menyatukan diri dan membangun kemajuan bersama. Hal itu pun direalisasikan dengan menempatkan diri di satu daerah di mana sistem suci itu bisa diterapkan secara maksimal.

Atau, membuat produk-produk tandingan untuk menyaingi produk asing yang sudah terlanjur tersebar di pasaran. Karena dengan demikian akan tercipta sebuah pasar baru yang lebih baik demi kehidupan bersama ketimbang pasar asing yang penuh dengan kecurangan di dalamnya.

Ketika perekonomian sudah maju dan massa semakin besar tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada gerakan ke ranah politik. Setelah politik diambil alih maka sistem suci menurut mereka bisa diterapkan karena rakyat harus manut kepada penguasa. Itulah sebuah kemenangan yang hakiki bagi kaum teralienasi. Persisi seperti alien yang datang untuk mengambil alih bumi, bukan?

Maulana Ilham
Maulana Ilham
Seorang pemerhati manusia.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.