Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam memengaruhi pendapat masyarakat dan hasil pemilihan politik di Indonesia. Banyak kali, media massa digunakan sebagai alat oleh para elit politik untuk memengaruhi pemilih saat pemilihan umum. Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia akan menjadi momen bersejarah dalam politik kita, dan media massa akan memainkan peran utama dalam memengaruhi hasilnya.
Saya yakin banyak dari kita telah menyaksikan bagaimana media massa dapat membentuk pandangan kita tentang berbagai isu politik. Salah satu cara yang sering digunakan oleh media massa adalah dengan cara mereka “mengemas” berita, yang dalam istilah sederhana disebut sebagai “framing.” Framing media dapat sangat mempengaruhi cara kita melihat suatu masalah atau kandidat politik.
Konsep Framing
Framing adalah suatu proses di mana media massa secara selektif memilih dan menonjolkan aspek-aspek tertentu dari suatu isu atau peristiwa dengan tujuan memengaruhi cara orang memahami dan meresponsnya (D. P Sari, 2018). Model framing yang dikembangkan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki merupakan salah satu konsep terkemuka dalam kajian ini.
Model ini terdiri dari tiga elemen kunci yang saling terkait: “Frame” yang mengacu pada kerangka interpretatif yang digunakan oleh media untuk mengarahkan perhatian pada aspek-aspek tertentu, “Source” yang merujuk pada sumber informasi yang digunakan oleh media untuk menguatkan kerangka interpretatif tersebut, dan “Audience” yang merupakan target dari framing media dan dapat dipengaruhi olehnya (Pan & Kosicki, 1993).
Dengan model ini, kita dapat mengkaji bagaimana media massa berperan dalam memengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu dan peristiwa, serta bagaimana media dapat menjadi alat yang digunakan oleh elit politik untuk memengaruhi opini publik.
Media sebagai Alat Kekuasaan
Media massa memegang peran kunci dalam konteks komunikasi politik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Mereka memiliki pengaruh dalam membentuk opini publik dan merumuskan kebijakan negara. Dalam arena politik, media massa sering digunakan sebagai alat oleh elit politik untuk mencapai tujuan, terutama dalam pemilihan presiden.
Dalam pemilihan presiden, media massa memiliki peran sentral dalam memengaruhi persepsi masyarakat terhadap calon presiden dan isu-isu politik. Model framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki menjadi alat yang penting. Melalui proses framing, media massa dapat secara selektif memilih dan menonjolkan aspek-aspek khusus dari suatu isu atau peristiwa, dengan tujuan memengaruhi pemahaman dan respons masyarakat terhadapnya. Para elit politik cerdik dalam memanfaatkan teknik framing ini untuk membentuk opini publik dan meraih kemenangan dalam pemilihan presiden. Dengan demikian, media massa tidak hanya mencerminkan realitas politik, tetapi juga meng”konstruksi”nya.
Studi Kasus Pemilihan Presiden 2024
Peran media online dalam Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia menjadi penting. Media online menjadi alat yang digunakan oleh elit politik untuk memengaruhi opini publik dan meraih kemenangan dalam pemilihan. Tentunya, framing media online memiliki peran utama. Framing media online adalah proses di mana media tersebut secara cermat memilih dan menyoroti aspek-aspek tertentu dari suatu isu atau peristiwa tujuannya mempengaruhi cara masyarakat memahami dan meresponsnya.
Model framing yang dikembangkan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki menjadi alat analisis yang berguna untuk memahami bagaimana media online memengaruhi persepsi masyarakat terhadap calon presiden dan isu-isu politik yang relevan.
Sebagai contoh, beberapa kasus pemberitaan tentang Ganjar Pranowo yang mencalonkan diri pada Pemilihan Presiden 2024, yang dipublikasikan oleh media online seperti CNNIndonesia.com dan Tempo.co, (I Permatasari, 2022) mengilustrasikan konsep framing ini. Dalam pemberitaan-pemberitaan tersebut, media online secara sengaja memilih dan menyoroti aspek-aspek tertentu dari profil Ganjar Pranowo untuk memengaruhi cara masyarakat melihatnya.
Media online dalam pemberitaannya menonjolkan aspek-aspek seperti pengalaman Ganjar Pranowo sebagai seorang gubernur yang berhasil di Jawa Tengah, popularitasnya sebagai tokoh yang disukai oleh masyarakat, dan kemampuannya dalam kepemimpinan. Dari strategi ini, media online berusaha untuk membentuk persepsi positif masyarakat terhadap Ganjar Pranowo dan, dalam jangka panjang, memperoleh dukungan yang cukup untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2024.
Analisis Framing dan Implikasinya bagi Demokrasi dan Kebebasan Pers
Hasil analisis framing menggambarkan peran penting media massa sebagai alat kekuasaan yang digunakan oleh elit politik untuk memengaruhi opini publik dan meraih kemenangan dalam pemilihan. Framing media memainkan peran sentral, yaitu proses di mana media massa secara selektif memilih dan menonjolkan aspek-aspek khusus dari suatu isu atau peristiwa dengan tujuan memengaruhi pemahaman dan respons masyarakat.
Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia menjadi ajang di mana media memiliki peran kunci dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap calon presiden dan isu-isu politik. Dalam hal ini, model framing yang dikembangkan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki menjadi alat analisis yang berguna untuk memahami bagaimana media memengaruhi pandangan masyarakat terhadap calon presiden.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan media sebagai alat kekuasaan memiliki konsekuensi penting terhadap demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia. Praktik ini bisa mengancam kebebasan pers dan memengaruhi integritas proses demokratisasi di negara ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong peningkatan literasi media dan keterbukaan informasi agar masyarakat dapat mengakses informasi yang akurat dan obyektif tentang calon presiden dan isu-isu politik yang relevan, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang baik.