Senin, April 29, 2024

Filsafat Nasi Goreng Ki Hajar Dewantara sebagai Filter Isme-Isme

Fajar Mahotra
Fajar Mahotra
Mahasiswa kupu-kupu.

Jauh sebelum Indonesia Merdeka, telah banyak isme-isme atau paham-paham baru yang mencoba untuk masuk ke dalam diri bangsa Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara yang terdampak isme-isme tersebut, terpecah menjadi tiga golongan dalam memberikan respon terhadap pengaruh baru tersebut.

Golongan pertama, menerima secara keseluruhan paham baru yang mulai menggerogoti alam pikiran masyarakat Indonesia. Golongan kedua, menolak secara keseluruhan paham-paham yang baru. Golongan ketiga, mereka tidak menerima secara keseluruhan dan tidak menolak secara keseluruhan, mereka  mengambil paham mana yang sesuai dengan objektivitas serta keadaan masyarakat Indonesia saat itu.

Ferry Hidayat dalam salah satu bukunya yang berjudul Sketsa Sejarah Filsafat Indonesia, menyebutnya dengan Adaptasionisme. Disinilah muncul, Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara dengan Filsafat Nasi Goreng-nya.

Asal Usul Filsafat Nasi Goreng

Saat Indonesia mengalami serbuan para penjajah, tidak hanya tanah air yang yang mereka renggut, tetapi juga alam pikiran Indonesia yang masih asli dan alami. Alam pikiran orang-orang barat, menyerang alam pikiran Indonesia seperti mesin penggiling yang tidak kenal kata ampun. Filsafat Barat yang menggilas habis-habisan Filsafat lokal, menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi filosof-filosof adaptasionis.

Saat itulah muncul filosof adaptasionis, sang penggagas sistem pendidikan Taman Siswa, Surwadi Surjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional.

Berangkat dari kekhawatiran beliau akan hilangnya wibawa filsafat lokal oleh gerakan Westernisasi Philosopi. Maka beliau mencoba melakukan konservasi filsafat lokal dan mengadaptasi filsafat barat. Akan tetapi, apa yang beliau upayakan mendapatkan kritikan dari tokoh-tokoh pro-westernis seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane yang memandang filsafat lokal sebagai filsafat kolot, kuno dan Pra-Indonesia. Dari pertengkaran pikiran oleh kedua belah pihak itu, maka munculah istilah Polemik Budaya 1935.

Ki Hajar Dewantara, ketika menghadapi serbuan Filsafat Barat itu, memiliki satu prinsip yang dikenal dengan “Prinsip Nasi Goreng”. Nasi goreng merupakan makanan tradisional Indonesia yang masak menggunakan minyak kelapa. Tetapi, jika margarin dari Belanda sebagai ganti minyak kelapa menjadikan rasa minyak goreng semakin nikmat dan lezat, maka tidak ada alasan untuk menolaknya. Selagi yang memasaknya adalah orang Indonesia, meskipun menggunakan margarin buatan Belanda, maka tetap disebut nasi goreng Indonesia.

Filsafat tradisional Indonesia yang bermargarin Belanda, tetap disebut filsafat orang Indonesia, bukan filsafat barat yang di bela mati-matian oleh Sutan Takdir.

Relevansi Filsafat Nasi Goreng Ki Hajar Dewantara

Dewasa ini, dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat. Kadang kala menjadikan seseorang lupa untuk menfilter setiap informasi atau paham yang secara tidak langsung mendoktrin dirinya. Filsafat nasi goreng Ki Hajar Dewantara, hakikatnya mengajarkan kepada kita bahwa setiap yang datang dari luar, tidak selamanya buruk. Ada hal-hal baik yang perlu kita ambil, dan ada hal-hal yang buruk yang harus kita tinggalkan.

Sejalan dengan itu, sebuah adagium berbunyi “Ambil isinya, campakkan kulitnya”. Hal ini mengajarkan kepada kita, setiap yang masuk dari negeri Barat dan terutama isme-isme. Maka perlu filter dari dalam diri kita, berupa penilaian dan pandangan akan budaya kita, kehidupan sosial, kehidupan agama, dan sebagainya. Perkataan lain, menyebutkan “Ambil baik dan buang buruknya”, menjelaskan juga kepada kita, bahwa setiap pengaruh yang masuk baik berupa teknologi ataupun paham baru, maka kita harus menerapkan filsafat nasi goreng Ki Hajar Dewantara.

Dan dalam prinsip filsafat nasi goreng, kita juga bisa melihat nilai-nilai filosofis secara lebih dalam untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ialah:

1. Filosofi Kesederhanaan: Kita tahu, bahwa nasi goreng adalah makanan yang sederhana yang tidak sulit untuk formulasikan. Nasi goreng yang dibuat dengan bahan-bahan sederhana, mengajarkan juga kepada kita akan pentingnya untuk menghargai setiap hal yang kita miliki meskipun itu kecil. Dan juga, memberikan kita sebuah arti kehidupan bahwa sederhana itu tidak selamanya buruk. Sederhana adalah pilihan hidup yang nikmat.

2. Filosofi Keterbukaan: Meninjau dari berbagai bahan dan alat untuk membuat nasi goreng, dapatlah kita ambil sebuah pelajaran bahwa meskipun kita berbeda-beda namun jika disatukan akan menciptakan sesuatu yang menakjubkan. Setiap alat yang menciptakan api, dan mengolah nasi dalam wadah, dengan bumbu yang beranekaragam menggambarkan juga kepada kita, untuk mempersatukan setiap perbedaan dan ide sehingga menciptakan kehidupan yang harmonis dan bahagia. Sejalan demgan itu, sebuah pepatah mengatakan, “Bersatu kita teguh, bercerah kita rubuh.”

3. Filosofi Keberagaman: Nasi goreng yang dihidangkan, memiliki beberapa varian rasa. Ada pedas, ada manis, ada rasa ayam, dan lain sebagainya. Hal ini, mengandung nilai bahwa keberagaman adalah sesuatu yang lumrah, yang harus ada untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonisasi. Dengan menghargai keberagaman, maka kita mampu untuk hidup damai dengan segala perbedaan yang ada. Hal ini diajarkan oleh filsafat nasi goreng Ki Hajar Dewantara.

Kesimpulannya, kita tidaklah harus kaku dalam menerima segala yang baru. Kita ambil yang baik dan kita buang yang buruk, kita ambil isi dan kita buang kulitnya. Namun, hal itu semua harus merujuk kembali kepada keadaan masyarakat sekitar agar tidak terjadi konflik internal. Semoga bermanfaat.

Fajar Mahotra
Fajar Mahotra
Mahasiswa kupu-kupu.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.