Minggu, November 10, 2024

Film Ramah Anak

Muhammad Edy Thoyib
Muhammad Edy Thoyib
Pengajar di Jurusan Sastra Inggris UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
- Advertisement -

Saya seringkali mengurungkan niat untuk pergi ke bioskop bersama keluarga karena mempertimbangan kedua anak saya yang masih berusia di bawah enam tahun. Karena sampai saat ini, bioskop-bioskop Indonesia saat ini masih belum “ramah anak”.

Film-film yang ditayangkan kebanyakan diperuntukkan untuk remaja atau orang dewasa. Sehingga saya harus selektif memilih film yang akan kami tonton bersama. Film tersebut harus memiliki kriteria yang menurut saya cocok dinikmati oleh anak-anak. Setidaknya, film tidak mengandung adegan erotis dewasa, kekerasan, dan menyeramkan.

Mungkin hal yang sama juga dialami dan dilakukan oleh banyak orang tua lainnya mengingat jumlah film anak Indonesia yang sangat terbatas. Sedikitnya jumlah film anak Indonesia cukup memperihatinkan.

Bahkan kondisi ini membuat Presiden Jokowi merasa resah. Pernyataan itu diungkapkan pada hari Jum’at 23 Maret 2018 lalu dalam pertemuan dengan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf dan produser terkenal, Mira Lesmana di istana. Presiden khawatir karena sedikitnya jumlah film anak, anak-anak akan mengonsumsi film dewasa.

Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan hiburan. Film termasuk salah satu jenis hiburan berbentuk audio-visual yang sangat menarik untuk dinikmati dan mudah dicerna oleh anak-anak. Pada usia pertumbuhan otak, mental dan fisik, anak-anak akan cepat menangkap dan menirukan apa yang mereka lihat dan dengar.

Sehingga, melalui media film, kita dapat memberikan hiburan sekaligus pendidikan kepada anak-anak. Tentu, film yang baik adalah film yang mempunyai dua fungsi tersebut; menghibur dan mendidik. Film yang tepat akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan otak dan mental anak sekaligus pembentukan karakter anak. Sebaliknya, film yang tidak layak untuk ditonton anak-anak akan memberikan dampak negatif bagi mereka.

Hari ini, tanggal 30 Maret, kita memperingati Hari Film Nasional Indonesia. Ini adalah momen yang tepat bagi kita berefleksi untuk merenungkan kebutuhan dan fungsi film anak sebagai salah satu hak hiburan mereka yang selama ini terabaikan.

Pertumbuhan film Indonesia masih didominasi oleh tema dan genre tertentu, sedangkan film bertema dan bergenre anak masih sangat terbatas. Menurut pemberitaan yang dilansir oleh portal online CNN Indonesia pada 23 Maret 2018, dalam lima tahun terakhir ada sekitar 500 judul film Indonesia yang diproduksi, namun jumlah film anak tidak lebih dari 15 judul.

Kondisi krisis film anak Indonesia ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah segmen penonton sebagai pasar dan modal finansial. Sebelum memutuskan untuk memproduksi sebuah film, tentu sebuah rumah produksi mempertimbangkan setidaknya pasar dan modal. Karena saya kira tidak ada satu rumah produksi pun yang mau rugi ketika membuat film.

Sementara, mungkin peminat dari segmen penonton anak-anak jumlahnya kurang menguntungkan. Memang ada beberapa film anak Indonesia yang sangat laris seperti Petualangan Sherina dan Laskar Pelangi, namun tidak banyak rumah produksi yang mengikuti jejak produser Mira Lesmana tersebut.

- Advertisement -

Untuk itu, dibutuhkan peran dan dukungan banyak pihak terutama pemerintah dan para pekerja film untuk menumbuhkan geliat film anak Indonesia. Melalui kebijakannya, pemerintah dapat membuat regulasi yang mendukung meningkatnya produksi film anak. Selain itu, seperti yang sudah pernah diwacanakan, pemerintah juga dapat memberi bantuan dana produksi.

Di sisi lain, para pekerja film juga harus memberikan perhatian khusus terhadap film anak bukan semata-mata sebagai lahan bisnis namun juga sebagai bentuk kontribusi dalam mendidik generasi bangsa melalui film yang berkualitas. Dengan demikian, para orang tua tidak akan enggan untuk mengajak anak-anaknya menonton selama film-film yang ditonton bermutu. Dengan demikian, kita berharap pertumbuhan film anak Indonesia akan meningkat dan hak hiburan anak yang mendidik terpenuhi.

Muhammad Edy Thoyib
Muhammad Edy Thoyib
Pengajar di Jurusan Sastra Inggris UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.