Sabtu, Agustus 2, 2025

Fenomena Baru Studi di Timur Tengah

Idham Rahmatullah
Idham Rahmatullah
Saya merupakan seorang mahasiswa yang aktif menjadi penulis lepas
- Advertisement -

Seringkali kita dengar, kalau ada tetangga atau saudara yang kuliah di Arab, pasti dia bakal dikenal sebagai ustadz ketika pulang ke kampung. Gak heran sih, karena emang dari dulu kalau mau belajar agama, ya perginya ke negara-negara Arab.

Al-Azhar contohnya, salah satu kampus terbaik di Mesir itu sudah menerima ribuan bahkan ratusan ribu mahasiswa Indonesia sejak beberapa dekade belakangan. Kebanyakan mereka belajar tentang akidah atau hukum-hukum Islam, karena memang disanalah pusat keilmuan dan kebudayaan Islam berkembang.

Ada juga Universitas Islam Madinah, salah satu favorit kampus anak-anak pesantren salafi yang terletak di Arab Saudi. Selain karena dekat dengan makam Nabi Muhammad SAW, menimba ilmu dari sumbernya merupakan motivasi tertinggi untuk bisa belajar disini. Walaupun ada sebagian, meskipun tidak banyak, yang berkuliah disana untuk menambah cuan dengan menjadi muthawif atau pendamping umroh dan haji.

Jurusan-jurusan di Kampus Timur Tengah Gak Cuma Jurusan Agama

Kita sering dengar kalau kampus-kampus di timur tengah itu hanya berfokus pada ilmu agama. Padahal, ada loh beberapa kampus yang memiliki jurusan ilmu umum. Saya sempat bertemu dengan Nawaf (27), seorang mahasiswa S2 jurusan Teknik Perminyakan di King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM). Nawaf bercerita bahwa selama kuliah, dia seringkali bertemu dengan orang-orang dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Brazil, Kolombia, China dan negara-negara tetangga di kawasan teluk arab. Bahasa pengantar yang dipakai selama perkuliahan pun menggunakan bahasa inggris, bukan bahasa arab yang biasanya digunakan oleh mayoritas kampus lain.

Masih di Arab Saudi, saya juga sempat berjumpa dengan Yusuf (25), seorang mahasiswa master jurusan Biomedical di King Abdullah University (KAU) Jeddah. Ia bercerita bahwa selama study di KAU, dia berkesempatan untuk mengerjakan beberapa project kerjasama dengan berbagai macam perusahaan multinasional. Fasilitas yang memadai dan beasiswa yang ditawarkan merupakan alasan lain bagi Yusuf untuk enjoy dalam menjalankan kehidupan perkuliahan.

Lompat sedikit ke Uni Emirat Arab, saya berkesempatan mewawancarai Rashad (30), seorang mahasiswa doctoral jurusan teknik perminyakan di Khalifa University. Ia berkata bahwa kuliah di timur tengah bisa menjadi salah satu opsi yang menggiurkan karena tingginya beasiswa yang ditawarkan. Bayangkan saja, ia bisa menabung lebih dari 1 milyar selama studi hanya dari beasiswa. Selain itu, lengkapnya fasilitas penunjang riset yang mumpuni dan kolaborasi dengan beberapa kampus ternama dunia menambah produktivitas Rashad dalam melakukan riset.

Kuliah di timur tengah memang menarik. Selain bisa lebih mudah untuk berhaji, beasiswa yang lebih dari cukup dan fasilitas yang mumpuni, peluang kerja setelah lulus juga lebih terbuka di kampus-kampus tertentu. Seperti di Khalifa University, kita akan mendapatkan tawaran pekerjaan dari kampus atau beberapa perusahaan yang bekerjasama dengan kampus, jika memang performa selama kuliah cukup memuaskan dan bidang yang kita ambil sesuai dengan posisi yang ditawarkan. Khusus di Khalifa University, kita akan diminta untuk tanda tangan kontrak sebelum memulai perkuliahan. Isinya adalah jika kita mendapatkan penawaran kerja setelah lulus, maka kita tidak boleh menolak tawaran tersebut atau akan dikenakan denda yang cukup besar.

Optimisme Negara-negara Teluk di Dunia Pendidikan

Sudah menjadi rahasia umum, kalau negara-negara padang pasir ini memiliki kekayaan yang luar biasa banyak. Dengan minyak sebagai sumber pendapatan utama, mereka sadar bahwa ini tidak akan bertahan lama. Banyak negara-negara teluk yang menggelontorkan dana milyaran dollar hanya untuk mendanai anak mudanya belajar di luar negeri. Dengan iming-iming uang saku yang besar, mereka berlomba-lomba untuk masuk ke dalam universitas ternama dunia, seperti Oxford, Stanford, MIT dan sebagainya. Nantinya, mereka diharuskan untuk pulang dan berkarya di negara mereka sendiri. Salah satu tujuan utama investasi besar-besaran ini tidak lain adalah untuk mendapatkan SDM berkualitas yang nantinya bisa di berdayakan untuk menunjang kemajuan negara.

Di dalam negeri, kampus-kampus lokal di suntikkan dana besar untuk membuka beasiswa bagi mahasiswa internasional agar mau datang dan belajar di tempat mereka. Ambil contoh di King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM), seorang mahasiswa S2 bisa mendapatkan uang bersih sebesar 10 juta rupiah + akomodasi, dan mahasiswa S3 sebesar 20 juta + akomodasi. Lain halnya di Khalifa University, seorang mahasiswa bisa mendapatkan lebih dari 50 juta dalam sebulan.

Alasan kuat mengapa mereka berani memberikan beasiswa sebesar itu, karena mereka ingin mendatangkan SDM unggul dari berbagai dunia untuk dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh negara tersebut. Selain itu, mereka juga ingin ada transfer knowledge kepada warga lokal, yang nantinya akan bisa berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada orang asing. Reputasi tinggi di mata pendidikan internasional juga merupakan salah satu alasan mengapa mereka berani menggelontorkan dana begitu banyak. Coba bayangkan, kamu bisa dapat uang saku besar, fasilitas gratis yang mumpuni, punya networking yang lebih luas, dan kamu hanya diminta untuk belajar? Siapa yang ga mau coba.

- Advertisement -

Dari Pengembala Domba Hingga Doktrin Menjadi Negara Maju

Beberapa dekade belakangan, kebanyakan negara-negara teluk mulai mereparasi image di mata dunia. Mereka tidak mau dikenal sebagai negara “Islam” saja, tetapi ingin menjadi pemain global yang setiap langkahnya di perhitungkan oleh dunia. Di dunia pendidikan sendiri, mereka tidak ingin orang datang hanya untuk belajar agama. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka pun bisa menyediakan tempat belajar ilmu sosial dan teknik terbaik yang tak kalah dengan kampus-kampus ternama di Eropa dan Amerika.

Lebih jauh lagi, para pemimpin negeri gurun ini seakan-akan kompak dalam menyongsong satu hal, “menjadikan kawasan timur tengah sebagai pusat peradaban dunia selanjutnya”. Hal ini terlihat dari maraknya pendanaan riset yang digelontorkan oleh masing-masing negara. Mengutip dari Arab News, Saudi Arabia telah merogoh kocek sebesar 6 milliar dollar hanya untuk riset dan pengembangan (R&D) di tahun 2023.

Hal itu ditujukkan untuk mendukung tercapainya Visi 2030 Arab Saudi, salah satu mega proyek ambisius di berbagai macam sektor, termasuk di bidang riset dan teknologi. Di tahun yang sama, The Qatar Fund Development telah menginvestikan dana sebesar 4.91 milliar dollar di bidang riset dan teknologi. Salah satu motivasi utama dalam pendanaan besar-besaran ialah untuk menjadi hub internasional di bidang riset dan teknologi.

Maka tak heran, adanya perubahan yang signifikan antara timur tengah jaman dulu dengan yang sekarang. Dulu hanya pengembala domba, sekarang berlomba-lomba menjadi juara. Dulu tidak pakai sendal, sekarang berlomba-lomba membuat kecerdasan buatan. Kedepannya, kita tidak hanya melihat ustadz lulusan timur tengah yang paham tentang ilmu aqidah dan syariah. Tapi kita akan menemukan “ustadz” yang menguasai ilmu bumi, air, atau bahkan nuklir?

Idham Rahmatullah
Idham Rahmatullah
Saya merupakan seorang mahasiswa yang aktif menjadi penulis lepas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.