Sabtu, November 9, 2024

Feminisme Moral (Spiritual) Perempuan

- Advertisement -

Gerakan feminisme yang memperjuangkan gender sebagai gerakan alienasinya hingga saat ini masih menjadi agenda besar dalam memperjuangkan persamaan hak perempuan dengan laki-laki.

Pada awalnya gerakan ini diawali dengan tuntutan perlakuan yang tidak adil terhadap perempuan dan kemudian meluas pada tuntutan ketidakadilan sosial melalui tuntutan persamaan hak yang ingin mereka capai.

Sebenarnya, isu gender atau yang mereka sebut dengan “feminisme” adalah upaya untuk mengangkat posisi perempuan dan menghilangkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan seminimal mungkin, baik dalam aspek sosial budaya, politik-ekonomi, dll. Artikel akan mencoba untuk menggambarkan tentang gerakan feminisme di era postmodernisme, terutama yang berkaitan dengan gerakan moral (spiritual) perempuan.

Feminisme merupakan sebuah kata yang memayungi berbagai pendekatan, pandangan, dan kerangka berpikir yang digunakan untuk menjelaskan penindasan terhadap perempuan dan menjadi jalan keluar yang digunakan untuk meruntuhkan penindasan tersebut.

Gerakan feminisme yang telah berkembang menjadi beberapa bentuk dan ragam pada dasarnya bermula dari suatu asumsi, yaitu ketidakadilan, adanya proses penindasan, dan eksploitasi. Walaupun pada proses berikutnya terjadi perbedaan paham mengenai apa, mengapa, dan bagaimana penindasan dan eksploitasi itu terjadi, namun sesungguhnya ada kesamaan paham bahwa hakekat perjuangan wanita adalah demi kesamaan, egalitas, dignitas, dan kebebasan untuk mengontrol kehidupan.

Dengan keyakinan seperti ini, dalam rangka mewujudkan struktur masyarakat yang lebih adil dan makmur, maka wanita dan pria harus berjuang, bergerak bersama dalam satu irama dan gelombang kelas menuju pemerdekaan dan kemerdekaan bagi pria dan wanita, serta generasi yang tidak memandang perbedaan kelas antara manusia dengan manusia.

Teori postmodern atau postmodernisme diartikan sebagai sebuah gerakan intelektual yang lahir sebagai respon terhadap beberapa tema yang dikemukakan oleh kaum modern atau modernis yang diartikulasikan pertama kali selama masa pencerahan.

Beberapa ahli terkadang menyebutkan bahwa era posmodernisme dimulai setelah Perang Dunia II berakhir karena adanya kekecewaan eksistensial akibat terjadinya “Holocaust”(suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh Negara Jerman Nazi).

Secara etimologis, postmodern merujuk pada sebuah bentuk kehidupan setelah modernisme. Secara filsafat, istilah postmodern merujuk pada dua hal yaitu tentang adanya ketidak percayaan yang ada dalam arti masyarakat tentang metanaratif dan akhir sejarah.Pengertian postmodernisme adalah sebuah teori tentang unsur-unsur budaya yang membandingkan beberapa elemen, yaitu suatu pendekatan arti budaya dan sejarah melalui sebuah kritik metanaratif seperti Marxisme dan Psikoanalisis.

Adapun pengertian posmodernisme menurut para ahli adalah sebagai berikut: Steven Best dan Douglas Kellner, Menyatakan bahwa posmodernisme menggambarkan berbagai gerakan dan artifak dalam bidang budaya yang dapat dibedakan dari berbagai gerakan, teks, dan praktek kaum modernis.

- Advertisement -

Timotheus Vermeulen, Istilah posmodernisme telah digunakan selama bertahun-tahun untuk merujuk pada berbagai macam hal yaitu periodesasi sejarah, pandangan hidup, teori filsafat, kondisi sosiologis, berakhirnya sejarah, program emansipasi yang terkait berbagai teori feminisme menurut para ahli dan komunikasi gender, kritik budaya, relativisme moral, dan lain sebagainya.

Melford Spiro, Posmodernisme sebagai kritik kaum postmodern tentang sains yang terdiri dari argumen yang saling terakit satu sama lain, yaitu epistemologis dan ideologis yang didasarkan pada subyektivitas.Berdasarkan penjelasan mengenai posmodernisme di atas, dapat disimpulkan bahwa posmodernisme adalah sebuah kritik kehidupan modern yang dimana dalam posmodern lebih mengedepankan subyektivitas.

Gejala pemikiran dan gerakan feminisme tampaknya telah menjadi “mainstream” gerakan wanita kontemporer yang jika dilihat dari titik tolak pemikiran yang mendasari dan sasaran kritiknya, maka dapat dikatakan bahwa ia berada dalam kerangka pemikiran “posmodernisme”.

Titik tolak pemikiran ini dalam gerakan feminisme posmodernisme adalah adanya realitas budaya dan struktur yang mendapat legitimasi teologis dari ajaran agama yang telah sekian lama mengakibatkan wanita berada pada posisi marginal.

Teologi sebagai akumulasi pemahaman terhadap teks-teks ajaran agama memang cukup efektif dalam menciptakan suatu budaya dan sruktur yang deterministik. Hal ini karena pada posisi tertentu agama dalam kehidupan manusia menempati posisi dan peranan yang imperatif.

Oleh karenanya, dengan kedudukan semacam ini, maka apa yang akan diciptakan atas nama agama dianggap bersifat mengikat ke dalam kehidupan manusia. Dalam konteks teologis, kaum wanita berada pada dominasi pemikiran kaum pria, sehingga memunculkan corak paradigma teologis patriarkhis.

Dalam kehidupan sosial, teologi ini telah melahirkan dan melegitimasi budaya patriarkhi, genderisme, skisme, dan kebencian terhadap lawan jenis. Banyak tokoh wanita sepakat bahwa cara  pandang dan sikap negative selama ini terhadap wanita yang banyak terjadi dalam masyarakat, terutama masyarakat Islam, berakar pada teologi, yaitu teologi maskulin yang patriarkhi dan androsentris. Jika tidak dilakukan dekonstruksi terhadap dasar-dasar teologi yang demikian ini, maka diskriminasi gender akan semakin melebar. Pada akhirnya akan memuculkan kembali tradisi jahiliyah, yaitu jahiliyah moderna.

Dapat dikatakan bahwa secara umum tujuan gerakan feminisme adalah untuk menciptakan suatu kondisi dimana baik laki-laki maupun perempuan dapat berpartisipasi secara penuh dan aktif dalam masyarakat tanpa diskriminasi perlakuan dan prasangka negative apa pun antara satu sama lain.

Namun perlu digarisbawahi bahwa kesetaraan gender yang dicita-citakan oleh gerakan feminisme bukanlah mengacu kepada perolehan hak istimewa bagi perempuan sehingga mengabaikan, apalagi merendahkan martabat laki-laki. Sebaliknya, hal ini harus diartikan sebagai pendefinisian ulang terhadap peran gender dan koreksi terhadap stereotip dan ketidak seimbangan akses gender selama ini.

Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.